Share

Paduka yang Dipertuan Agong

Bab 7

"Nang, lu masih ingat kan sama taruhan kita kemarin?" tanya Aldo karena ingin menagih janji.

"Taruhan? Yang mana?" jawab Anang pura-pura lupa.

Dua makhluk asal Jakarta itu melangkahkan kaki, membelah kawasan pelabuhan yang begitu luas. Mereka hendak menuju gerbang keluar yang posisinya cukup jauh. Setelah itu keduanya berencana menunggu angkutan umum untuk pulang ke Jakarta.

"Taruhan kalau lu bakal traktir gue ngopi sama rokok saat nemu muara atau pelabuhan. Sekarang kita pan uda di pelabuhan!!"

"Oke, oke gue traktir," balas Anang diikuti merogoh saku demi saku celana Cargo yang dikenakannya sejak awal pendakian. Tersimpan lima lembar uang seratus ribuan di sana, walau sudah lepek bentukannya.

Manakala keluar dari gerbang pelabuhan, mereka kembali tercengang oleh pemandangan spektakuler yang tersuguh.

Mobil-mobil mewah melaju dengan deru mesin yang begitu halus di jalanan super lebar. Kalau aspal pada umumnya berwarna hitam, maka aspal di Sarandjana warnanya putih bersih.

Gedung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status