Share

Di Ruangan Itu (4)

Author: Asa Jannati
last update Last Updated: 2022-04-30 20:49:02

-Di Ruangan Itu-

Kali ini otakku benar-benar mendidih. Seperti sebuah magma yang siap diledakkan kuat-kuat ke angkasa. aku bahkan tak mampu lagi mencerna kata demi kata yang sedang mereka bicarakan saat ini. Yang kupahami, mereka berdua ternyata tidak hanya menjalin sebuah affair. Tapi sudah menikah!

Aku berbalik, berlari menuju kamar tamu paling ujung. Lalu menguncinya dan meluapkan semua emosi agar bisa meredamnya lebih cepat. Aku benar-benar dibohongi oleh suamiku sendiri. Entah sudah sejak kapan hubungan itu dimulai dan sejak kapan mereka menikah. Aku benar-benar tak tahu.

Canggih sekali akting mereka, sampai aku mengetahui keberadaan test pack itu dan baru menyadari ada yang tak beres di rumah ini. Kupikir kecurigaanku kepada Inem tak akan mengantarkanku pada sebuah fakta sejauh ini. Gila, suamiku sendiri berselingkuh di dalam rumahnya dimana ada anak dan istrinya berada. Seleranya begitu rendah, hanya berani berselingkuh dengan seorang pembantu cantik.

Kuusap air mataku dengan kasar. Tak perlu ada kesedihan berlarut untuk sebuah pengkhianatan dari seorang pecundang!

Aku pergi ke kamar, mengambil gawaiku dan menekan tombol pengambilan video, kurekam wajahku sendiri yang sudah sembab dengan air mata.

“Pukul setengah dua malam. Jika video ini sudah sampai kepada siapapun yang melihat, berarti aku sudah rela membagikan kisah hidupku kepada siapa saja untuk dijadikan pelajaran. Jangan pernah percaya kepada suami kita 100% sesetia apapun dia, sesayang apapun pada istri dan anak-anak."

"Sisakan ketidakpercayaan padanya beberapa persen untuk sebuah kewaspadaan. Dan jangan pernah membiarkan suami tinggal berdua dengan seseorang yang bukan mahramnya, terutama seorang ART muda yang bisa saja dia tak tahu diri. Kali ini, kuajak kalian melihat sebuah fakta rumah tanggaku.”

Lalu kubiarkan kamera tetap merekam aksiku berjalan menuju kamar Inem, masih terdengar sama, Inem masih menangis dan sedang terus dibujuk oleh lelaki bejat itu. Bedanya, kali ini pintu sudah tertutup rapat.

Hanya saja, aku masih mampu mendengar suara mereka ditengah kesunyian malam ini. Suara Inem pasti akan jelas terdengar oleh rekaman video gawaiku yang kebetulan kupilih mampu merekam suara sebising apapun menjadi terdengar jelas dan jernih.

“Sudah, sayang, jangan nangis lagi, ya. Nanti cantiknya hilang,” ujar lelaki itu lembut.

Kuarahkan kamera ke atas pintu, semoga saja kamera ini masih mampu merekam adegan di dalamnya. Aku membekap mulutku, menahan isak yang sesekali masih muncul.

“Tapi Mas janji, ya. Janji adalah hutang, Mas. Nggak kasihan, tah sama Inem yang lagi isi anakmu, ini.” Nada suara Inem benar-benar berbeda. Pantas saja suamiku tergoda, benar-benar ular.

“Iya, sayang, Mas, janji.” Jawaban yang memuakkan dari lelaki biadab yang sayangnya dia adalah Papa dari anak-anakku.

terdengar suara lampu dimatikan. “Satu, dua, tiga, empat, lima ….” Aku terus menghitung dalam hati tanpa henti, hanya agar aku mampu bertahan dan siap mendengarkan yang terjadi selanjutnya.

Ya, Rabb, desahan wanita itu lagi.

Aku membekap mulutku kencang-kencang kembali. Terlalu menahan tangis sesekali suaraku keluar. Kesakitan hatiku sungguh luar biasa, saat ini.

Hingga pada hitungan ke sembilan puluh, aku tak sanggup lagi mendengar desahan yang makin bersahut-sahutan itu. Memilih untuk berbalik ke kamar bersama anak-anak. Aku menangis memeluk kedua buah hatiku.

Aku tahu harusnya tak ada tangisan lagi, tak ada kesedihan lagi. Tapi ternyata aku tetaplah wanita yang cengeng. Ya, aku cengeng tapi aku pastikan aku kuat, aku tak rapuh. Aku masih mampu menjalani esok hari dengan baik-baik saja.

Kulihat rekaman pada gawaiku itu. Satu bukti tak terbantahkan ada dalam genggamanku. Ternyata rekaman gawai ini melalui lubang angin pintu kamar Inem berhasil menunjukkan jelas-jelas perselingkuhan kedua manusia keji itu. Terlihat adegan Mas Hangga sedang mengusap air mata Inem, membelainya juga adegan lain yang sangat tak pantas dilakukan antara lelaki beristri dengan wanita lain.

Ya, bagiku hubungan mereka tetaplah suatu hubungan yang haram. Karena bisa kupastikan Inem menikah dengan Mas Hangga, bukan diwalikan oleh Ayah kandungnya. Sebab tak akan mungkin ayahnya merestui. Aku sangat kenal dengan Pak Jono, beliau sampai sujud-sujud ketika rumah Inem yang awalnya berdinding geribik jadi berdinding semen 50%nya.

Jadi jelas Pernikahan Mas Hangga dan Inem adalah pernikahan tak sah, dan itu tak ada bedanya dengan hubungan yang haram! Ya Allah Mas, seterbuai itu kamu sama seorang wanita muda!

***

Pagi yang mendung. langit tampak gelap. Aku duduk di meja makan sudah dengan pakaian kerja yang rapi. Mas Hangga duduk di hadapanku dengan wajah yang lesu. Mungkin dia lelah. Aku mencoba menyikapinya sebiasa mungkin.

“Wajahmu sembab, Dek?” Akhirnya ia menyapaku.

Aku diam saja.

“Dek, kok, diam?”

Tiga detik, baru kujawab.

“Ehm, yaa … Mungkin karena tadi aku mencoba memakai soft lens, mungkin karena sudah jarang pakai, jadi air mata netes terus, alhasil sembab.”

Aku menjawab dengan tak menatapnya.

Ia diam, kuharap lelaki tampan berwajah oval dihadapanku ini masih memercayai ucapanku.

ia masih diam, aku meliriknya, ia menatapku.

“Mas ambilin obat tetes, ya. Biar agak enakan.”

“Nggak usah, Mas. Nanti juga sembuh.”

“Mas khawatir iritasi, lagian obatnya dingin, jadi sembabnya jgua bisa hilang.”

Ia bangkit, membuka lemari obat.

Mas Hangga memegang kepalaku perlahan, lalu membungkuk.

“Mendongak dan tahan, ya, Dek.”

Cairan itu menetes dua kali di setiap mata.

Prank! Suara piring terjatuh. Aku tersentak.

Lalu melongok berbarengan ke arah Inem yang juga menatap aku dan Mas Hangga.

Kupastikan dia cemburu, melihat adeganku dan Mas Hangga barusan.

“Kenapa, Nem?” tanya Mas Hangga.

Inem hanya diam, lalu melengos dengan tatapan kesal.

“Kamu kenapa, sich, Nem? Kok aneh pagi ini?” tanyaku. Dia yang memecahkan piring tapi wajahnya musam seperti emosi.

“Kamu sakit, Nem? Sudah kalau sakit istirahat aja di kamar. Nggak usah cuci piring. Kan itu kerjaan Yu Siti.” Lelaki ini lembut berkata. Aku yakin, lelaki dihadapanku ini tak enak hati melihat “istri mudanya” itu cemberut karena cemburu.

Ia masih diam.

“Sini, Nem, kamu sarapan aja, dulu. Sini duduk di sini sama-sama,” ujarku. Aku memang tak membeda-bedakannya sejak dulu. Sarapan pagi bersama Inem juga anak-anak adalah hal biasa. Sayangnya pagi ini anak-anak belum bangun, mungkin sebentar lagi, bangun lalu pergi sekolah.

Sebenci apapun aku pada Inem, Ia masih di dalam rumah ini, menjaga anak-anakku. Aku mengkhawatirkan keselamatan Sefina dan Hanifa seandainya aku gegabah dengan Inem. Tunggu saja, akan ada saatnya memuaskan pembalasanku padanya, nanti.

Tiba-tiba Inem berlari ke kamar mandi, lalu mengeluarkan erangan seperti ingin muntah.

“Hoeek-hoeekk-hoeekk.”

Mas Hangga menatapku. Dan aku menatapnya. Aku ingin tahu apa reaksi Mas Hangga melihat Inem seperti itu.

Di dalam kamar mandi Inem masih terus berusaha mengeluarkan isi perutnya. Sesekali terhenti, sesekali berjekpot/berhoek lagi.

“Mas …. tolong aku. Aku mual. Tolong aku, Mas,” ucap Inem.

Sontak aku kaget, dan Mas Hangga langsung terperanjat kuat. Matanya membulat menatapku sembari menelan ludah.

Aku menyedakepkan kedua tanganku menatapnya tajam. Mati kamu, Mas!

____

Terima kasih sudah menyimak, tinggalkan jejak love dan komen sblm menuju bab selanjutnya. Terima kasih sudah membantu penulis bertumbuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Senja jingga
Bismillah... semoga saya juga bisa menjadi penulis hebat yang menghasilkan uang seperti mbak nya. Aamiin..
goodnovel comment avatar
Al Fatih
siiiip aku senang bacanya
goodnovel comment avatar
Baharudin Haris
istri yg msh mau melayani suami yg sdh bertubuh dg babu , bodoh sekali, iti kontolnya udah seting nyemplung menek babu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Tamat: Bahagia Tak Berujung (174)

    TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Dua Hati Mencecap Rasa (173)

    #Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?

    #Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Honeymoon ke Norwegia

    #Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Aku Mau, Mas (170)

    #Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan

  • TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU   Kita Menikah Sekarang (169)

    #Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status