Test Pack ART-ku (52) #Testpack_Inem#Testpack-Tamparan Dahsyat Untuk Inem-“Jadi dia masih bisa menghubungi suami Ibu? Bukankah dia sudah dimasukkan ke dalam penjara khusus, yang nggak sembarang orang bisa masuk. Bisa mengirim pesan berarti ada seseorang yang memberinya fasilitas itu.”Canggih Inem. Terus saja pergunakan pesonamu untuk bisa mengelabui orang-orang. Kalau begini caranya aku juga tidak bisa hanya diam. Bagaimana jika dia bisa keluar penjara lagi untuk yang kedua kalinya, belajar dari kesalahan kabur yang pertama, maka dia lebih lihai dan akan lebih sulit ditangkap. Kemudian dia berkeliaran menggangguku. Membayangkan air keras yang ditaruh di ujung gang itu lagi saja sudah membuatku bergidik. Dia pasti akan lebih gila dan liar lagi mencelakaiku. Jika yang kemarin dia gagal belum berhasil menyiramkan air keras itu ke wajahku mungkin, maka yang kedua, aku yang harus tidak boleh main-main menghadapinya. Maka lebih baik mencegahnya agar dia tidak bisa keluar penjara saat
Test Pack ART-ku (53) #Testpack_Inem#Testpack-Rasa Yang Harus Kutinggal-Di dalam mobil Bu Nadia Irianto masih emosi.“Maaf, ya, Bu Karin, saya nggak bisa tahan emosi seperti pesan Bu Karin tadi. Entah begitu lihat wajahnya emosi dalam dada saya langsung meluap begitu saja. Pantas ya dia cantik bisa menggoda suami saya. Tapi belagu dan sombongnya bukan maen. Nggak perduli, nggak takut dia sama saya. Bukan soal siapa saya, tapi soal bahwa saya adalah istrinya yang suaminya dia goda."“Ya, Bu. Makanya saya males meladeni, karena saya sudah tahu watak dia. Di gertak keras nggak mempan. Makanya saya main strategi saja kalau menghadapi dia. Itulah akhirnya saya berhasil menjebloskan dia ke penjara. Saya juga pernah menggerebek dia dan mengarak dia di muka publik. Tapi dia nggak jera. Bahkan ada indikasi dia mau siram saya pake air keras.Pelakunya baru kemarin tertangkap. Sedang diinterogasi, Bu. Jika benar otaknya adalah Inem, saya siap menuntut dia lagi.”“Waduh, gimana ini, ya. Saya
Test Pack ART-ku (54) #Testpack_Inem#Testpack-Pernikahan yang Tertunda-“Adek Zayyan, Nifa, ada Adek Zayyan inihhh.”“Eh, iya ada adek Zayyan. Nifa udah kangennn. Hallo adek apa kabar….”Mereka berdua langsung mengerubuti bayi itu, menjawil-jawil pipi, bersemangat menggoda sang bayi hingga terpingkal-pingkal.Ya Allah anak-anakku, segemes itu kalian sama bayi Zayyan. Kalian memang benar-benar ingin punya adek kecil rupanya. “Ya Allah, Bu, ini si Kakak-kakak pada gemes ke Adek. Padahal mereka berdua juga bikin gemes orang dewasa lihat tingkah mereka,” ujar Refi yang sudah datang membawa jus.Setelah menaruh jus di meja, gantian Refi yang menggoda dua gadis kecilku.“Hallo Aksa, apa kabar, kamu?” sapa Mas Hangga.“Oh, Alhamdulillah, kabar baik, Mas. Sehat, Mas?”“Alhamdulillah.”Mereka berdua bersalaman.lalu mengambil tempat di sudut untuk mengobrol.Syukurlah, tak ada masalah yang berarti di antara dua orang cakap pikir itu. Mereka mengobrol layaknya sahabat yang baru bertemu, lalu
Test Pack ART-ku (55) #Testpack_Inem#Testpack-Semakin Dalam Mencinta-Sudah dua bulan tanpa Aksa, terasa berat bagi Sefina dan Hanifa, terlebih di bulan-bulan pertama penempatan, Aksa sama sekali tidak boleh berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia. Ini membuat anak-anak benar-benar kehilangan. Setelah kebersamaan yang cukup intens selama dua tahun. Ini jauh lebih sulit dibanding ketika perceraian terjadi dengan Mas Hangga. Karena Mas Hangga tidak pernah benar-benar pergi dari anak-anak. Sepulang kerja datang menghampiri, bermain seperti tak pernah terjadi keretakan dalam rumah tangga. Hingga kini, rutinitas itu masih ia lakukan,Tapi Aksa, kepergiannya mendadak dan keberadaannya sulit dijangkau. Aku menyediakan waktu lebih banyak untuk anak-anak saat ini. Bermain bersama, menggambar, pergi ke time zone, bermain basket, melakukan aktivitas seperti yang biasa mereka lakukan dengan Aksa.Hari ini Aksa akan video call anak-anak untuk pertama kalinya setelah dua bulan yang mengha
Test Pack ART-ku (56) #Testpack_Inem#Testpack-Hati Yang Mengharu Biru-Ya Allah, dia Pak Saga!“Tolong bawa dia ke rumah sakit Pertamina, Pak. Saya yang akan jamin!”Aku menyetop taksi yang lewat.“Pak Udin, tolong bilang Lastri untuk jemput saya ke rumah sakit, bawa tas saya juga hape saya,” pintaku pada security.Pikiranku panik, tapi aku berinisiatif ikut ke dalam taksi yang akan membawa Pak Saga.“Ibu masuk saja dulu, Bu. Biar kepala bapak ini bisa direbahkan di paha ibu sebagai bantalan,” ucap salah seorang warga. Sebaiknya memang begitu, walau aku khawatir darah itu pasti akan tumpah mengenai bajuku.“Tolong kebut, Pak. Saya khawatir dia tak tertolong.” “Baik, Bu.” Mobil terpacu kencang.Kulihat wajah dihadapanku ini. Hidungnya sobek nyaris separuhnya, terkena hantaman pecahan kaca di depan mobil. Pipinya penuh dengan tancapan kaca kecil. Lalu Kaki dan paha berlumuran darah.Kuraba kepalanya, ya Allah gumpalan darah di dekat tengkuknya.Lelaki di depanku ini tak pingsan, ia
#Testpack_Inem#Testpack-Undangan dari Pak Saga -[Miss you so bad, Dear.]Setelah itu, tak ada pesan lagi darinya. Dan aku tak tahu ini nomor milik Aksa atau bukan. Jadi aku memutuskan tak menghubunginya jika ia tak menghubungiku.*[Hallo Karin, Assalamualaikum. kamu tahu, aku sudah sembuh dari koma, bahkan saat ini aku bisa mengirim pesan untuk kamu. Aku mau bilang terima kasih banyak atas semua bantuan kamu saat aku kecelakaan. Maaf kalau nggak keberatan, bisakah kamu besok datang menjenguk?]==Ada riak dalam hati saat menyadari yang mengirim pesan adalah Pak Saga. Dia sudah sembuh. Sudah tiga hari aku tak menjenguknya lagi.[Hallo, Pak. Waalaikumussalam. Alhamdulillah, ini beneran Bapak yang mengirim pesan? Nggak kebayang senangnya hati saya Bapak sudah jauh lebih sehat. Selamat sehat kembali ya, Pak. Insyaa Allah besok saya datang ke rumah sakit. Akan menepati janji saya, apa Bapak tahu?][Saya tahu, kamu akan ajak saya keliling taman rumah sakit, ‘kan? Lekas ke sini kalau git
Test Pack ART-ku (58) #Testpack_Inem#Testpack-Kamu Mirip Mendiang, Karin-“Innalillahi wainnailaihi rojiun. Saya turut berduka, Pak.”Aku tak berani banyak berkata, menghormati orang yang sedang bersedih mungkin dengan diam dan tak banyak tanya. Tapi jujur aku bisa merasakan kesedihan itu. Bagaimana tidak, Pak Saga kehilangan orang yang sangat dicintainya pada saat mengandung lima bulan buah hatinya. Ya Allah, kebayang gimana hancur hati Pak Saga. Entah aku menilai, Pak Saga bukan tipikal lelaki yang mudah jatuh cinta. Jadi wanita yang menjadi istrinya pastilah wanita yang beruntung karena akan selalu dicintai sepanjang waktu, dan apa jadinya Pak Saga kalau akhirnya yang istri berpulang. Nyess, hatiku nyeri sendiri. “Terima kasih, dan kamu tahu, Karin, wajahnya, sangat mirip denganmu.”Deg!Pak Saga menatapku. “Kamu bilang tak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini. Ya, betul, semua terjadi untuk sebuah alasan yang telah Allah rencanakan, untuk memberi hikmah atau suatu nilai ke
Test Pack ART-ku (59) #Testpack_Inem#Testpack-Karin Pingsan-“Saya pikir kamu sudah benar-benar move on dari Karin, ternyata kalian masih sering berdua-dua’an di dalam rumah begini, ya. Duduk mesra seperti layaknya seorang suami istri, apa-apa’an ini namanya? Sudahlah Mas, sudah jelas semuanya. Sudahlah kita putus!”Masih dengan berteriak. Kemudian Refi pergi meninggalkan rumah.Astagfirullah Refi. Kenapa gadis itu jadi demikian temperamentalnya. Aku seperti tak mengenalinya, bukankah dia gadis yang ramah dan nggak pemarah? Apa yang harus dicemburui dariku, sich?Kulihat Mas Hangga bangkit mengejar Refi ke teras, sayangnya Refi sudah melaju kencang dengan mobilnya.“Mas, kenapa Refi? Kok jadi kaya bukan watak Refi seperti itu?”“Itulah, Rin. Belakangan ini dia berubah. Mungkin karena dia sudah nggak ingin melanjutkan hubungan dengan, Mas, makanya cari-cari masalah. Ya sudahlah biarin. Kalau dia mau putus ya putus saja. Mulai saat ini Mas nggak akan hubungi dia lagi, mungkin itu mau