Test Pack ART-ku (59) #Testpack_Inem#Testpack-Karin Pingsan-“Saya pikir kamu sudah benar-benar move on dari Karin, ternyata kalian masih sering berdua-dua’an di dalam rumah begini, ya. Duduk mesra seperti layaknya seorang suami istri, apa-apa’an ini namanya? Sudahlah Mas, sudah jelas semuanya. Sudahlah kita putus!”Masih dengan berteriak. Kemudian Refi pergi meninggalkan rumah.Astagfirullah Refi. Kenapa gadis itu jadi demikian temperamentalnya. Aku seperti tak mengenalinya, bukankah dia gadis yang ramah dan nggak pemarah? Apa yang harus dicemburui dariku, sich?Kulihat Mas Hangga bangkit mengejar Refi ke teras, sayangnya Refi sudah melaju kencang dengan mobilnya.“Mas, kenapa Refi? Kok jadi kaya bukan watak Refi seperti itu?”“Itulah, Rin. Belakangan ini dia berubah. Mungkin karena dia sudah nggak ingin melanjutkan hubungan dengan, Mas, makanya cari-cari masalah. Ya sudahlah biarin. Kalau dia mau putus ya putus saja. Mulai saat ini Mas nggak akan hubungi dia lagi, mungkin itu mau
Test Pack ART-ku (60) #Testpack_Inem#Testpack-Wanita Dalam Pigura-“Mama, ini bunga untukmu!” Dia memberikan satu ikat bunga liar kepadaku.“Dari Mana kamu dapatkan bunga-bunga cantik ini, Nak?”“Dari kebun ilalang tidak jauh dari sini, Ma. Banyak bunga liar yang sedang mekar di sana, tapi entah kenapa sangat cantik-cantik. Jadi kupikir aku harus mengumpulkannya menjadi seikat, dan harus memberikannya padamu, Ma. Bunga ini cantik, unik, jarang ada yang tahu, jarang ada yang melihat, tapi dia istimewa, sepertimu,” ucapnya sembari tersenyum tulus.Aku tersenyum, lalu menaruhnya pada sebuah botol yang diisi dengan air setengahnya.Sejak itu, setiap pagi, ia selalu memberikan seikat bunga liar yang cantik untukku. Anak yang manis.Bahkan terkadang ia sendiri yang mengganti air dalam botol dan bunga yang baru, tanpa aku tahu. Jadi setiap pagi aku akan tersenyum melihat bunga segar sudah ada di sudut meja makan. Terkadang di meja itu juga sudah ada lima piring nasi goreng spesial. Kupik
#Testpack 61-Pulang Dan Tergores Hati-Pak Saga bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Sang Nenek.Memegang kendali kursi roda dan mendorongnya ke dekat kami.Sang Nenek masih lekat memandangiku.Senyumku terkembang mencoba hangat kepada seseorang uzur di depanku.“Nek, kenalin, ini Karina, teman Saga ….” Lembut Lelaki yang juga memiliki kemiripan dengan wanita tua ini berucap.Kuulurkan tangan dan mencium takzim tangannya. Anak-anakku mengikuti, juga Lastri.“Jadi nama kamu Karin, apakah kamu kenal Clarissa?”“Cla-ris-sa?” Aku mengeja nama itu pelan. Berpikir tentang siapa sosok yang Nenek maksud.“Nek ... Clarissa tidak mengenal Karina ….” Pak Saga menjawab pertanyaan wanita tua ini.Nenek ini tampak mencerna perkataan Pak Saga.“Oh, ya … ya …. Nenek yang bingung mau tanya apa tadi karena mereka berdua sangat mirip sekali, ya ….”Pak Saga mengangguk pelan di antara senyum tipisnya.“Sorry, Rin. Clarissa itu almarhumah istriku,” ucpanya.’“Oh, nggak apa-apa. Mungkin Nenek sedang ri
#Testpack62Bagaimana Kalau Kita Menikah?“Masyaa Allah, Aksa!”Sontak anak-anak menghentikan aktivitas menatapku lalu beralih pada apa yang kulihat.“Om Aksa …!”“Om Aksa …”Sefina dan Hanifa berlari menghambur, dan Aksa langsung memposisikan diri berjongkok siap menyambut anak-anak dalam pelukan.“Om, kapan datangnya?”“Om kemana aja, sich?”“Om, aku kangen, Om. Kenapa Om jarang menelepon?”“Om sudah berhasil usir dinosaurusnya, ya, makanay bisa ke sini?”“Om, aku punya mainan baru nanti kita buka bareng, ya.”Dan lelaki bertubuh kekar itu mengangkat kedua anak ini dengan tangannya yang kokoh di sisi kiri kanan pinggangnya.“Asyik kita digendong, Om lagi.” Mereka cekikikan bahagia sekali.“Apa kabar Sefina dan Hanifa? Om kangen juga sama kalian. Kangen super pake banget banget malah.” Matanya menatapi kedua bocah ini bergantian.Lalu mereka memeluk bahu Aksa berbarengan, Aksa mengelus punggung-punggung kecil dalam dekapannya itu. tatapannya sempat bertemu dengan tatapanku sesaat. Aks
#Testpack (63)Test Pack ART-ku -Tiga Hari Lagi Kita Ke KUA-Menikah?Aku diam tak menjawab, tapi berusaha mencerna ajakannya itu. Jadi maksudnya menikah dadakan minggu ini?“Maksudnya, Sa?”“Iya, nggak ada salahnya ‘kan, kita menikah siri dulu?”“Iya, itu nggak salah ….” Suaraku tertahan.Aku terhenyak. Nggak sebenarnya nggak ada salahnya. Bahkan aku bahagia dengan tawaranmu ini meskipun tiba-tiba. Tapi aku sedikit kaget. Harus siap dalam waktu seminggu ini. Apa bisa?“Rin?”“Enggak. Nggak ada salahnya, Sa. Tapi …. Sudahlah, nanti saja, Sa. Anak-anak belum tidur,” bisikku. Aku pergi ke kamarku. Entah kenapa aku ingin merenung sejenak. Aku tahu pernikahanku dengan Aksa memang sudah direncanakan, jika sesuai jadwal, dua bulan lagi. Tapi sekarang? Keadaannya berbeda. Rencana pda tanggal yang telah ditentukan dibatalkan. Keputusan keluarga pada waktu itu akhirnya menunggu Aksa pulang tugasnya selama dua tahun. Keluarga aksa pun sepakat. Tapi ajakan Aksa barusan, membuatku sedikit shock.
#Testpack (64)Test Pack ART-ku-Kita Pasti Menikah-“Sa, jangan membuat keputusan dalam keadaan emosi. duduklah sebentar, kita bicarakan baik-baik. Aku sayang kamu. Maaf, ini tak pantas aku ucapkan, apalagi oleh seorang wanita muslim. Tapi aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku benar-benar serius denganmu. Tolong jangan begini, aku sakit.”Dia tetap melangkah menuju garasi.“Sa, please. Jangan pergi dulu, aku butuh berbincang denganmu. aku rindu.”Aksa menghentikan langkahnya. Memandangku. Aku tahu dia juga rindu. Bahkan mungkin ia sama sepertiku, ingin berbincang lama, sayangnya karena moment pertemuan tadi yang kurang pas, jadi seperti ini. Ya, siapa mengira pertemuan tadi harus ada Bang Saga.“Sini, duduk dulu, sebentar saja. Aku tahu ini sudah malam.”Aku mengambil posisi duduk pada ayunan putih di teras ini.Aksa duduk pada kursi teras di dekat kaca jendela kamarku.“Kita pasti akan menikah, Sa.”Hening. Hanya ada suara air mancur pada kolam di dekat kami. Juga kecil suara radio
#Testpack (65)Test Pack ART-ku ”Kita Menikah Sekarang,” Ucap Karin(65)“Terserah kamu saja. Aku nggak pernah berhubungan secara Berlebihan dengan mereka.”Sekali lagi ada panggilan video dari Mas Hangga.Benar saja, Aksa menarik ke atas tombol hijau panggilan video itu, lalu diarahkan ke kepadaku.“Sorry, Rin. Telepon malam-malam. Zayyan demam, pertolongan pertama yang harus dilakukan apa, ya?”Zayyan demam? Nampak seorang anak dibelakang Mas Hangga sedang tergolek lemah. Kenapa dia tidak menghubungi Refi saja. Refi ‘kan Dokter dan kekasihnya. Entah apa rasa hatiku, sebel tapi kasihan juga melihat wajah anak kecil itu.“Zayyan demam? Ada stock bye-bye fever nggak? Mbaknya Zayyan mana?”“Mbaknya lagi pulang kampung, besok pagi baru datang.”“Refi?”“Refi itu bukan istriku, masak iya jam dua belas malam ada di sini.” Nada suara Mas Hangga agak emosi. Ya Allah, sabar. Mungkin karena dia lagi stress saja Zayyan sakit.“Bawa ke UGD rumah sakit aja gimana?”“Maunya begitu, tapi siapa yang
#Testpack (66)Test Pack ART-ku -Ijinkan Saya Menikahi Anak Papa.-“Rin ...?”“Iya ….”“Ka-kamu, nggak salah bicara ….”“Enggak, Sa. Aku sempat memikirkannya dari rumah.”Ia diam. menatapku. “Ini bukan terpaksa. Aku sudah memikirkannya. Aku sudah bukan lagi perempuan muda. Sebaiknya lebih bisa menyesuaikan diri dengan keadaan apapun. Termasuk jika harus menikah dadakan.”“Emm, Bukan begitu, Rin. Ma-maksudku ….” Suara itu tertahan.“Sa, besok aku adalah istrimu ….” Aku tersenyum dan menaikkan dua alisku.“Rin, coba kamu pikirkan dulu lagi, saja. Jangan iba karena melihat aku sakit?” wajah itu gerimis. Sungguh tak tega aku melihatnya.“Enggak, Sa. Aku mengagumi keberanian dan niat tulusmu. Dari sejak kamu menyadari memiliki hati padaku, kamu sudah menunjukkan keseriusan itu.”“Tapi ….” Ia sedikit berbisik.“Nggak pakai tapi, Sa. Aku baru ingat nasehat salah satu Murobbi. Kalau ada seorang yang sudah siap secara mental, mempunyai pekerjaan tetap, seagama, apalagi soleh sepertimu, dan d