Test Pack ART-ku (55) #Testpack_Inem#Testpack-Semakin Dalam Mencinta-Sudah dua bulan tanpa Aksa, terasa berat bagi Sefina dan Hanifa, terlebih di bulan-bulan pertama penempatan, Aksa sama sekali tidak boleh berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia. Ini membuat anak-anak benar-benar kehilangan. Setelah kebersamaan yang cukup intens selama dua tahun. Ini jauh lebih sulit dibanding ketika perceraian terjadi dengan Mas Hangga. Karena Mas Hangga tidak pernah benar-benar pergi dari anak-anak. Sepulang kerja datang menghampiri, bermain seperti tak pernah terjadi keretakan dalam rumah tangga. Hingga kini, rutinitas itu masih ia lakukan,Tapi Aksa, kepergiannya mendadak dan keberadaannya sulit dijangkau. Aku menyediakan waktu lebih banyak untuk anak-anak saat ini. Bermain bersama, menggambar, pergi ke time zone, bermain basket, melakukan aktivitas seperti yang biasa mereka lakukan dengan Aksa.Hari ini Aksa akan video call anak-anak untuk pertama kalinya setelah dua bulan yang mengha
Test Pack ART-ku (56) #Testpack_Inem#Testpack-Hati Yang Mengharu Biru-Ya Allah, dia Pak Saga!“Tolong bawa dia ke rumah sakit Pertamina, Pak. Saya yang akan jamin!”Aku menyetop taksi yang lewat.“Pak Udin, tolong bilang Lastri untuk jemput saya ke rumah sakit, bawa tas saya juga hape saya,” pintaku pada security.Pikiranku panik, tapi aku berinisiatif ikut ke dalam taksi yang akan membawa Pak Saga.“Ibu masuk saja dulu, Bu. Biar kepala bapak ini bisa direbahkan di paha ibu sebagai bantalan,” ucap salah seorang warga. Sebaiknya memang begitu, walau aku khawatir darah itu pasti akan tumpah mengenai bajuku.“Tolong kebut, Pak. Saya khawatir dia tak tertolong.” “Baik, Bu.” Mobil terpacu kencang.Kulihat wajah dihadapanku ini. Hidungnya sobek nyaris separuhnya, terkena hantaman pecahan kaca di depan mobil. Pipinya penuh dengan tancapan kaca kecil. Lalu Kaki dan paha berlumuran darah.Kuraba kepalanya, ya Allah gumpalan darah di dekat tengkuknya.Lelaki di depanku ini tak pingsan, ia
#Testpack_Inem#Testpack-Undangan dari Pak Saga -[Miss you so bad, Dear.]Setelah itu, tak ada pesan lagi darinya. Dan aku tak tahu ini nomor milik Aksa atau bukan. Jadi aku memutuskan tak menghubunginya jika ia tak menghubungiku.*[Hallo Karin, Assalamualaikum. kamu tahu, aku sudah sembuh dari koma, bahkan saat ini aku bisa mengirim pesan untuk kamu. Aku mau bilang terima kasih banyak atas semua bantuan kamu saat aku kecelakaan. Maaf kalau nggak keberatan, bisakah kamu besok datang menjenguk?]==Ada riak dalam hati saat menyadari yang mengirim pesan adalah Pak Saga. Dia sudah sembuh. Sudah tiga hari aku tak menjenguknya lagi.[Hallo, Pak. Waalaikumussalam. Alhamdulillah, ini beneran Bapak yang mengirim pesan? Nggak kebayang senangnya hati saya Bapak sudah jauh lebih sehat. Selamat sehat kembali ya, Pak. Insyaa Allah besok saya datang ke rumah sakit. Akan menepati janji saya, apa Bapak tahu?][Saya tahu, kamu akan ajak saya keliling taman rumah sakit, ‘kan? Lekas ke sini kalau git
Test Pack ART-ku (58) #Testpack_Inem#Testpack-Kamu Mirip Mendiang, Karin-“Innalillahi wainnailaihi rojiun. Saya turut berduka, Pak.”Aku tak berani banyak berkata, menghormati orang yang sedang bersedih mungkin dengan diam dan tak banyak tanya. Tapi jujur aku bisa merasakan kesedihan itu. Bagaimana tidak, Pak Saga kehilangan orang yang sangat dicintainya pada saat mengandung lima bulan buah hatinya. Ya Allah, kebayang gimana hancur hati Pak Saga. Entah aku menilai, Pak Saga bukan tipikal lelaki yang mudah jatuh cinta. Jadi wanita yang menjadi istrinya pastilah wanita yang beruntung karena akan selalu dicintai sepanjang waktu, dan apa jadinya Pak Saga kalau akhirnya yang istri berpulang. Nyess, hatiku nyeri sendiri. “Terima kasih, dan kamu tahu, Karin, wajahnya, sangat mirip denganmu.”Deg!Pak Saga menatapku. “Kamu bilang tak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini. Ya, betul, semua terjadi untuk sebuah alasan yang telah Allah rencanakan, untuk memberi hikmah atau suatu nilai ke
Test Pack ART-ku (59) #Testpack_Inem#Testpack-Karin Pingsan-“Saya pikir kamu sudah benar-benar move on dari Karin, ternyata kalian masih sering berdua-dua’an di dalam rumah begini, ya. Duduk mesra seperti layaknya seorang suami istri, apa-apa’an ini namanya? Sudahlah Mas, sudah jelas semuanya. Sudahlah kita putus!”Masih dengan berteriak. Kemudian Refi pergi meninggalkan rumah.Astagfirullah Refi. Kenapa gadis itu jadi demikian temperamentalnya. Aku seperti tak mengenalinya, bukankah dia gadis yang ramah dan nggak pemarah? Apa yang harus dicemburui dariku, sich?Kulihat Mas Hangga bangkit mengejar Refi ke teras, sayangnya Refi sudah melaju kencang dengan mobilnya.“Mas, kenapa Refi? Kok jadi kaya bukan watak Refi seperti itu?”“Itulah, Rin. Belakangan ini dia berubah. Mungkin karena dia sudah nggak ingin melanjutkan hubungan dengan, Mas, makanya cari-cari masalah. Ya sudahlah biarin. Kalau dia mau putus ya putus saja. Mulai saat ini Mas nggak akan hubungi dia lagi, mungkin itu mau
Test Pack ART-ku (60) #Testpack_Inem#Testpack-Wanita Dalam Pigura-“Mama, ini bunga untukmu!” Dia memberikan satu ikat bunga liar kepadaku.“Dari Mana kamu dapatkan bunga-bunga cantik ini, Nak?”“Dari kebun ilalang tidak jauh dari sini, Ma. Banyak bunga liar yang sedang mekar di sana, tapi entah kenapa sangat cantik-cantik. Jadi kupikir aku harus mengumpulkannya menjadi seikat, dan harus memberikannya padamu, Ma. Bunga ini cantik, unik, jarang ada yang tahu, jarang ada yang melihat, tapi dia istimewa, sepertimu,” ucapnya sembari tersenyum tulus.Aku tersenyum, lalu menaruhnya pada sebuah botol yang diisi dengan air setengahnya.Sejak itu, setiap pagi, ia selalu memberikan seikat bunga liar yang cantik untukku. Anak yang manis.Bahkan terkadang ia sendiri yang mengganti air dalam botol dan bunga yang baru, tanpa aku tahu. Jadi setiap pagi aku akan tersenyum melihat bunga segar sudah ada di sudut meja makan. Terkadang di meja itu juga sudah ada lima piring nasi goreng spesial. Kupik
#Testpack 61-Pulang Dan Tergores Hati-Pak Saga bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Sang Nenek.Memegang kendali kursi roda dan mendorongnya ke dekat kami.Sang Nenek masih lekat memandangiku.Senyumku terkembang mencoba hangat kepada seseorang uzur di depanku.“Nek, kenalin, ini Karina, teman Saga ….” Lembut Lelaki yang juga memiliki kemiripan dengan wanita tua ini berucap.Kuulurkan tangan dan mencium takzim tangannya. Anak-anakku mengikuti, juga Lastri.“Jadi nama kamu Karin, apakah kamu kenal Clarissa?”“Cla-ris-sa?” Aku mengeja nama itu pelan. Berpikir tentang siapa sosok yang Nenek maksud.“Nek ... Clarissa tidak mengenal Karina ….” Pak Saga menjawab pertanyaan wanita tua ini.Nenek ini tampak mencerna perkataan Pak Saga.“Oh, ya … ya …. Nenek yang bingung mau tanya apa tadi karena mereka berdua sangat mirip sekali, ya ….”Pak Saga mengangguk pelan di antara senyum tipisnya.“Sorry, Rin. Clarissa itu almarhumah istriku,” ucpanya.’“Oh, nggak apa-apa. Mungkin Nenek sedang ri
#Testpack62Bagaimana Kalau Kita Menikah?“Masyaa Allah, Aksa!”Sontak anak-anak menghentikan aktivitas menatapku lalu beralih pada apa yang kulihat.“Om Aksa …!”“Om Aksa …”Sefina dan Hanifa berlari menghambur, dan Aksa langsung memposisikan diri berjongkok siap menyambut anak-anak dalam pelukan.“Om, kapan datangnya?”“Om kemana aja, sich?”“Om, aku kangen, Om. Kenapa Om jarang menelepon?”“Om sudah berhasil usir dinosaurusnya, ya, makanay bisa ke sini?”“Om, aku punya mainan baru nanti kita buka bareng, ya.”Dan lelaki bertubuh kekar itu mengangkat kedua anak ini dengan tangannya yang kokoh di sisi kiri kanan pinggangnya.“Asyik kita digendong, Om lagi.” Mereka cekikikan bahagia sekali.“Apa kabar Sefina dan Hanifa? Om kangen juga sama kalian. Kangen super pake banget banget malah.” Matanya menatapi kedua bocah ini bergantian.Lalu mereka memeluk bahu Aksa berbarengan, Aksa mengelus punggung-punggung kecil dalam dekapannya itu. tatapannya sempat bertemu dengan tatapanku sesaat. Aks