#Testpack (132) Test Pack ART-ku-Biarkan Setiap Hati Jujur Bicara-“Ya Allah, Shan, teganya kamu ngomong begitu?”Aku makin tak mengerti, kenapa tiga orang terdekatku ini semuanya jadi tak kukenali. Mas Hangga yang nggak gentle. Shania yang jadi emosional, dan Bang Saga yang plin-plan dan tak berkarakter kuat. Entah kenapa dengan mereka. Ada apa sebenarnya dengan mereka bertiga.“Ya, tadi kata Mbak, Mas Hangga sudah mau jalan. Bukannya Mbak suruh pergi, malah kalian berduaan lagi enjoy santai kaya di pantai gini? Kan Mbak tau aku sama Mas Hangga ada janji sama orang butik.”“Mas, kamu ngomong deh sama Shania. Aku nggak mau lo jadi salah paham gini.”Mas Hangga masih duduk dengan santainya nonton televisi dan mengambil castangle dalam toples yang digenggamnya.“Mas, ngomong lah, jangan diem aja,” pintaku.“Duduk, Ga. Silahkan duduk. Duduk, Shan.” Ia justru berucap demikian masih dengan santai.Eh, ini orang makin gila saja.“Mas, kok suruh duduk. shania itu buru-buru.” Aku menepuk ba
#Testpack (133) Test Pack ART-ku-Hangga di Ambang Putus Asa-Bang Saga pergi meninggalkan kami bertiga.“Bang.” Langkah itu terhenti.---Menampakkan punggung dan bahu lebarnya seakan orang di hadapanku tak memiliki sakit apapun.“Jadi Abang sudah siap untuk menikah sekarang?” tanyaku lembut.“Ya, Abang ke sini mau bilang itu ke kamu sebenarnya tadi.”Kutarik napas dalam-dalam. Keputusanku juga sudah bulat. Aku memang menginginkan ini. Aku berjanji dalam hati akan membantu kesembuhannya. Dan karena aku mencintainya. Juga agar Mas Hangga tidak lagi galau terhadap rencana pernikahannya yang sudah di depan mata.“Besok malam, Abang akan bawa orang tua Abang datang ke rumah untuk melamarmu secara resmi.”“Baik, Bang. Aku akan siap-siap untuk itu.”Aku tahu, lelaki dengan kumis tipis pada wajah bersihnya itu sangat serius mengatakan ini. Dia bukan tipikal orang yang suka bercanda apalagi bermain-main dengan kata-kata.Mas Hangga mengusap wajahnya berkali-kali. Ia tampak kacau. Rahangnya
#Testpack (134) Test Pack ART-ku-Berita Mengejutkan Dari si Misterius-Mas Hangga mengangkat gawainya, yang ternyata sedang berbicara dengan seseorang dan diloudspeaker.“Shania, kamu dengar ‘kan? dua bulan lagi. 15 Maret. Jadi tanggal itu juga pernikahan kita akan berlangsung,” ucapnya.Aku yakin, baik Bang Saga maupun Shania sama-sama mendengarnya.To Be Continued.“Ya Allah, Mas. Jadi kamu itu sedang menelepon Shania? Kenapa kamu memperlakukan Shania seperti itu, sih?” Kukatakan itu dengan berbisik. Berharap Shania tak mendengarnya.“Loh, kamu kenapa lagi, Rin? Bukannya bagus, kita sama-sama akan menikah?”Kututup mulutku dengan telunjuk berharap ia mengerti.“Iya, tapi nggak gini juga caranya. Kamu bisa bicara baik-baik ‘kan. Datang ke rumahnya. Ketemu kedua orang tuanya. Bukan hanya karena tanggal itu keluar dari bibirku semata.”“Mas nggak ada niat apa-apa. Hanya ingin menikah di tanggal yang sama denganmu. Karena Shania juga kan tanya. Makin jelas main baik ‘kan?” bisiknya.A
#Testpack (135) Test Pack ART-ku-Lamaran Resmi dari Keluarga Saga----Sedetik kemudian dia menyelinap masuk ke lorong. Dari caranya berjalan, gerak bahunya, aku mengenalnya. Seperti … Seperti … Inem?ya, ya, ya, Inem. Apakah artinya benar Inem memang masih hidup? Sehebat apa dia sampai mampu menyelamatkan diri dari kecelakaan maut itu. Bahkan kepolisian sudah menyatakan ia tak akan mungkin selamat.Tapi barusan yang kulihat semakin meyakinkanku bahwa Inem memang masih hidup. Dia ada, dan dia mulai mengintai hidupku lagi. dia pasti sedang merencanakan sebuah kejahatan lagi kepadaku. Terlebih kecelakaan itu, pasti membuatnya menderita. Dan dia akan selalu membalas dendam kepada sesiapapun yang membuatnya menderita.“Mas? Kamu di sini?” Seseorang muncul di hadapanku.“Ya, aku mau menjenguk Yana, bagaimana keadaannya, Rin?”“Alhamdulillah terus ada progress, Mas. Oya, ada yang ingin kubicarakan sama kamu, Mas.”Mas Hangga mengamati wajahku, mungkin terlihat sebuah kekhawatiran di sana.
#Testpack (136) Test Pack ART-kuWanita Misterius itu Adalah ...-Biarkan Inem Berkeliaran Tapi Kupastikan Ia Tak Bisa Menyakiti Siapapun Lagi-Baru saja aku hendak mereply pesan. Si gelembung misterius itu mengirim pesan lagi untukku.[Selamat atas lamarannya. Waspada saja, karena bisa jadi pernikahanmu, juga Hangga akan hancur berantakan oleh seseorang yang sangat membencimu.]Astagfirullah apa lagi ini.[Sudahlah, jangan kirim berita cuma untuk menakut-nakutiku. Kecuali kamu info misalnya satu jam lagi Inem datang ke rumah membawa bensin. Baru kamu kasih tahu saya. Jadi saya bisa jaga-jaga secepatnya.][Wah kalau begitu namanya saya bukan memberi tahu, tapi bisa-bisa saya dijadiin tersangka sebagai Inem sendiri. Tapi kamu pasti selalu rasain kan, informasi yang saya berikan selalu benar dan memberi manfaat untuk kamu. Setidaknya nggak ada orang lain yang punya informasi sevalid saya buat keselamatan kamu.]Lampu hijau itu mati lagi. Selalu saja begitu. Baiklah, silahkan saja ka
#Testpack (137) Test Pack ART-ku-Aku Ingin Membatalkan Rencana Pernikahan Ini, Mbak-“Siapa dia, Mbak? Aku nggak kenal dia. Kok gayanya sinis begitu?” tanya Shania heran.“Aku juga nggak kenal, Shan. Maaf, siapa ya, Mbaknya?” Mencoba bertanya dengan sopan meskipun ia terlihat kurang sopan.Dan lebih aman bereaksi seolah tak mengenalinya, karena memang aku masih menyangsikan kecurigaanku sendiri. “Tasya! kalian lupa? Saya Tasya.”Mendengar pengakuannya jelas aku dan Shania tersentak. “Tasya … maksudnya Inem?” Kuamati fisiknya yang kini benar-benar berubah. Wajah itu, seperti bukan wajah Inem lagi. aku sama sekali tak mengenalinya. Hidung, bibir, mata, dagu, semuanya berubah. Mungkin telah ada operasi besar-besaran yang dilakukan pada wajahnya pasca selamat dari kecelakaan dan kebakaran mobil yang ditumpanginya. Kini hanya tubuhnya saja yang aku masih bisa kenali dari caranya berdiri dan bergerak.“Ya.” jawabnya pendek. Sembari memainkan kunci mobil di tangannya santai. Ia masih m
#Testpack (138) Test Pack ART-ku-Izinkan Abang Ikhtiar ke Guangzhou----“Shania, kamu kelihatannya lelah. Gimana kalau kamu menenangkan diri saja dulu. Dalam keadaan kalut, khawatir seperti ini, jangan buat keputusan apapun, ya. Inget, semua persiapan sudah sejauh ini. Keluarga kedua belah pihak sudah siap menggelar pernikahan ini. Jangan kecewakan mereka, oke?” Kubingkai kedua pipi yang masih memerah itu. “Mbak, please. Hatiku meragu.”Kepegang kedua bahunya. Menatapnya dengan bersungguh-sungguh. Semoga ia melihat pengharapan besar dari kedua mataku. Wajahnya memang menunjukkan kekhawatiran dan keraguan, tapi aku tahu, ia akan teramat berat untuk melepas Mas Hangga. Itu tidak mudah baginya. Jadi ia pasti akan bahagia seandainya pernikahan itu sudah dihelat. Hanya keresahan hati yang akan teredam dengan sendirinya bila telah berhasil melewati ini semua.“Mbak, yakin, kamu bisa lewati keraguanmu ini. Ini hanya keraguan sesaat. Oke?”Kuguncang bahunya pelan, untuk lebih meyakinkann
#Testpack (139) Test Pack ART-ku-Siapa Lelaki Yang diusap Dengan Sapu Tangan Itu-Usai ia pulang, aku kembali menangis sejadi-jadinya. Kuluahkan semua rasa yang sedari tadi tertahan. Mengharap sesuatu yang sulit ditebak, kanker yang sudah sedemikian rupa dilumpuhkan, ternyata ia lebih kuat, melumpuhkan seseorang yang kukira tak akan terkalahkan, jangankan oleh sakit, bahkan mimpi-mimpi yang bagi orang lain sulit terwujud. Lelaki ini mampu mewujudkannya. Semua cita telah ia genggam.Ia hanya kalah dua hal, takdir kematian istrinya, dan takdir sakitnya. Dua hal ini, ia tak akan mampu melawan, karena ini adalah kehendak Allah. Allah Sang Maha Hebat, Sang Pemberi ujian kepada hamba-hambanya. Berarti memang benar, Allah hanya memberi ujian kepada hamba yang mampu. Bang Saga hebat, Bang Saga Allah anggap mampu. Kalau Allah saja percaya padanya, harusnya aku percaya, akan ada keajaiban, atau rencana allah yang lebih indah lainnya. Kupasrahkan padamu Robbi. Hamba berserah.***Ajt.Hari ini,