'Emangnya enak lu, dilabrak Ibu-ibu di tempat rame kaya gini. Rasain!' ucapku dalam hati bersorak girang, karena telah berhasil mempermalukan Mbak Nina di muka umum."Pelakor? Maksud ibu, yang pelakor itu saya?" Mbak Nina tampak menghampiri Ibu tersebut sambil menahan amarah yang seakan membuncah."Iyalah, kamu pelakor kan? udah berani-beraninya ngambil pacarnya Mbak Ella? dan sekarang kalian malah menikah, dasar nggak tahu malu!" ucap Ibu tersebut membelaku sambil berkata sinis pada si Nina bobo, sedangkan ibu-ibu yang lainnya hanya mengangguk-angguk membenarkan ucapan ibu tersebut."Duh, kok saya makin bingung aja ya? mending daripada ibu seenaknya nuduh saya tanpa tahu yang sebenarnya, ibu cari bukti dulu deh, jangan sampai nanti ibu malah malu sendiri, karena ketahuan sudah memfitnah saya. Ingat loh, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan! dan hal kaya gini juga bisa mencemarkan nama baik saya, ibu tahu kan kalau mencemarkan nama baik seseorang, bisa dituntut?" ucap Mbak Nina
Di dalam ruangan pesta masih sangat ramai sekali, rasanya malas sekali mau masuk ke dalam. Apalagi aku sudah mengganti baju dengan baju rumahan.Tapi demi bertemu dengan Zahra mau tak mau aku pun langsung masuk ke dalam. aku masih mencari ke sekeliling ruangan ini, Zahra juga belum tampak sama sekali. Berharap ada orang yang aku kenal disini.Tamu undangannya Pak Tarno sangat banyak sekali, jadi ruangan ini terasa sangat ramai. tak kupedulikan lagi orang-orang yang memandangku dengan tatapan aneh, mungkin mereka terpesona dengan kecantikanku yang sangat alami.Aku berjalan ke samping kiri ruangan tersebut, dan Alhamdulillah akhirnya aku melihat Zahra sedang bersama Bu Ijah dan Hanum. hatiku seketika sangat plong sekali saat melihat Zahra berada disana.Zahra juga tak menangis seperti perkiraanku. Dia malah asyik bermain souvenir yang diberikan oleh penjaga tamu tadi bersama Rara dan Adit."Zahra!" aku berteriak memanggil Zahra, dia menoleh ke arahku, beserta Bu Ijah dan Hanum. aku pun
Saat aku sedang sibuk menangis tiba-tiba datanglah seorang Ibu paruh baya dengan dandanan menor dan berperawakan besar, sepertinya dia mau ke toilet juga.Dia memperhatikanku dari atas sampai bawah, kepo banget sih jadi orang?"Ngapain ngeliatin saya kaya gitu, Bu?" refleks dia terkejut saat aku bertanya."Oh, kamu bisa ngomong? kirain saya kamu bisu?" kini gantian aku yang terkejut dengan ucapannya, mulutku langsung melongo."Maksud Ibu apaan? kenapa ngatain saya bisu? ini saya bisa ngomong, sembarangan ngatain orang!" jawabku sengit."Kamu waras apa gila sih? saya jadi bingung," dia malah garuk-garuk kepalanya yang mungkin udah penuh kutu."Enak aja ngatain saya gila, sembarangan banget! saya waras lah!" ucapku berapi-api, karena sudah sangat emosi sekali.Seenaknya banget ngatain aku yang cantik jelita begini dibilang orang gila. Mentang-mentang dandanan aku kaya gini! Huh."Kalau kamu waras, nggak mungkin dandanan kamu kaya orang gila begini. Oh iya, saya baru ingat. Kebanyakan or
"Assalamualaikum, Ella!" terdengar suara Bu Ijah dari luar memanggil namaku. Oh ternyata mereka sudah pulang, kirain mereka bakalan nginep, abis lama banget sih disana.Aku pun langsung buru-buru membuka pintu. karena pasti Bu Ijah ingin mengantarkan Zahra.Ceklek! saat pintu terbuka ternyata bukan Bu Ijah saja yang berada disitu. ada si Hanum juga, Mas Rian, serta si Nina bobo dan juga anak-anak mereka."Wa'alaikum-salam." jawabku yang tetiba jadi galfok kan, sambil sesekali merapikan rambut, jangan sampai kaya kejadian tadi.Mas Rian memakai baju batik lengan panjang beserta celana chino model terkini. ya Allah calon imamku, jauh beda banget sama Mas Gino yang … ah, nggak usah dibahas deh! cuma bikin badmood."Mama …." Zahra langsung menghampiriku sambil memegang es krim di tangannya, aku pun langsung memeluk Zahra. berusaha bersikap lemah lembut di depan Mas Rian, biar dibilang ibu yang penyayang. Heheh."Sini masuk Bu Ijah, Hanum, Mas Rian. sini masuk! makasih ya, udah repot-repot
"Tetangga Sebelah Rumah""Baru pindahan ya, Mbak?" tegur salah seorang tetangga kepadaku."Iya, Bu, mari mampir, tapi masih berantakan." tawarku kepada tetangga tersebut sambil tersenyum."Iya, makasih Mbak. nanti aja kalau udah rapi pindahannya, baru mampir," jawabnya sambil tersenyum."Iya nih Bu, emang belum rapi, karena masih diangkatin barang-barangnya," ucapku lagi.Kami memang baru saja pindah beberapa jam yang lalu, dikarenakan suamiku yang ditempatkan oleh perusahaan tempatnya bekerja di daerah sini, dan akhirnya rumah inilah yang kami tempati sekarang dengan sistem sewa alias ngontrak.Tak lama datang lagi seorang tetangga, yang sepertinya masih belia, karena kalau dilihat dari wajahnya yang masih muda sekali, kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang, tapi tak terlalu cantik, ada kesan judes juga di wajahnya, dia memakai daster selutut.Dia berdiri disebelah Wanita paruh baya yang tadi mengobrol denganku.Dia tersenyum sinis padaku, seperti orang yang tak suka akan kehadir
Tetangga Sebelah RumahPart 2Tak lama terdengar suara pintu diketuk, Tok! Tok! Tok!Aku pun langsung bergegas menuju ke ruang tamu untuk segera membukakan pintu.Dan ternyata yang datang adalah Mbak Ella, dia membawa sepiring pisang goreng di tangannya."Maaf, Mbak. Saya ganggu ya? Ini ada sedikit makanan untuk Suaminya," dia menyodorkan piring berisi pisang goreng tersebut ke arahku, jelas aku terpaku bukan karena pemberiannya tapi karena ucapannya."Mbak, kok bengong sih? ini silahkan diambil," seketika aku terkesiap dan tersadar kembali dari lamunan, dia sedikit memaksa dengan menyuruhku mengambil piring tersebut.Lalu mau tak mau karena aku orangnya yang nggak enakan akhirnya piring tersebut kuambil dari tangannya, dia tersenyum licik."Makasih Mbak Ella, atas pemberian pisang gorengnya. emangnya lagi ada acara apa ya pake acara ngasih pisang goreng segala? mana buat suami saya doang lagi? disini kan juga ada saya juga sama anak-anak?" sindirku."Hhm … nggak ada acara apa-apa sih
Tetangga Sebelah RumahPart 3 (POV ELLA)Pintu rumah Mbak Nina akhirnya terbuka."Ada apa ya Mbak? ngetuk pintunya pelan aja, saya belum budek kok," sontak aku melotot mendengar ucapan Mbak Nina barusan, dasar tetangga aneh."Maksud Mbak apa? kenapa pisang goreng yang saya kasih kemarin malah dikasihin lagi ke Pak Tarno? nggak sopan sama pemberian tetangga!" aku pun langsung memarahi tetangga baru itu."Loh, kan Mbak udah ngasih buat saya ya? terserah saya dong mau saya apain tuh pisang goreng, mau saya ancurin juga urusan saya, bukan urusan Mbak," jawabnya sambil memandangku dengan sinis."Jangan kepedean ya kamu, itu buat suami kamu, bukan buat kamu. Ngerti!" Lalu aku pun langsung pergi sambil menghentak-hentakan kaki, karena rasa kesal yang sudah tak tertahankan.💋💋💋Sejak kemarin daerah kami memang kedatangan tetangga baru, mereka tinggal persis di samping rumahku yang hanya dipisahkan oleh jalan kecil, mereka pindahan dari luar kota. Mereka sepertinya keluarga kecil yang terli
Tetangga Sebelah RumahPart 4 (POV ELLA)Saat aku berjalan untuk menuju ke arah rumah, aku melihat Suaminya Mbak Nina sedang berboncengan dengan seorang laki-laki yang kemungkinan teman kerjanya.Dia mengendarai motornya menuju ke arahku, bukan deh. lebih tepatnya ke arah rumahnya. Karena kan rumah aku sama rumah dia emang berdekatan.Aku pun buru-buru mengejarnya, agar kami bisa sampai berbarengan.Kini aku pun sudah sampai di dekat rumahnya, aku melihat jelas wajah suaminya Mbak Nina tersebut. ya Allah gantengnya bukan main. beda tipis lah sama Mas Al yang main di sinetron ikatan batin. Mas Aldebaran yang membuat hatiku jadi berdebar tak karuan.Aku makin yakin, kalau dia benar kakak kelasku waktu di SMA dulu. soalnya mirip banget. Apalagi dari dekat gini.Lalu aku berniat untuk pura-pura terjatuh di depannya dan berharap dia menolongku, lalu memandang wajahku dan kami saling jatuh cinta. Uhuy.@@@@Dia sudah sampai di depan rumahnya, tampak istrinya belum keluar dari rumah, apa mun