Share

Si Tetangga Aneh

Tetangga Sebelah Rumah

Part 5 

Aku benar-benar tak habis pikir dengan tetangga baru itu. baru saja dua hari kami menempati rumah ini, tapi dia sudah mulai membuat resah keluargaku, terutama Suamiku--Mas Rian.

Entah kenapa dia sepertinya ingin sekali mencari perhatian dengan Mas Rian. seperti kejadian kemarin sore, dia membawakan sepiring pisang goreng, yang katanya untuk Mas Rian, tapi karena Mas Rian yang nggak mau makan pemberian orang dan aku pun yang sudah kenyang, karena kami baru saja selesai makan bersama, setelah lelah beberes rumah seharian karena baru pindahan.

Jadi pisang goreng itu pun akhirnya aku simpan di lemari makan, dan niatnya untuk kuberikan saja pada Bu Ijah besok, daripada sayang dibuang lalu jadi mubazir.

@@@

Keesokan paginya setelah Mas Rian pergi berangkat untuk bekerja. aku langsung masuk kedalam rumah beserta Anak-anak.

Tapi belum sempat aku masuk, ternyata ada seseorang yang memanggilku. lelaki tua yang baru kuketahui bernama Pak Tarno, lalu aku pun mengenalkan diri sebagai tetangga baru, orangnya lumayan ramah tapi agak sedikit genit, dia kesini karena ingin mengundangku untuk datang ke pesta pernikahan anaknya.

Lalu aku pun berniat untuk memberikan pisang goreng pemberian dari Mbak Ella, untuk Pak Tarno saja. sebenarnya aku nggak enak memberikan makanan kemarin untuk Pak Tarno, tapi karena tidak disentuh sama sekali dan daripada mubazir, akhirnya aku berikan saja. Dan Pak Tarno pun pulang, lalu aku segera masuk ke dalam untuk melanjutkan beberes rumah.

Tapi disaat aku sedang beres-beres di dapur, terdengar suara pintu diketuk keras, lalu segera saja aku membukakan pintu.

Dan ternyata yang datang adalah Mbak Ella, dia malah marah-marah denganku, katanya aku nggak menghargai pemberian dia, malah memberikannya lagi pada Pak Tarno.

Berarti dari tadi dia mengintipku dari balik celah pagarnya sampai Pak Tarno pulang.

Lalu setelah marah-marah tetangga aneh itu langsung pergi, dasar aneh!

@@@

Hari sudah menjelang siang, tadi Mas Rian menelepon katanya mau pulang cepat dan pulang bareng bersama si Boy, teman dekatnya, sekalian si Boy katanya mau mampir kesini.

Mas Rian dan Si Boy memang dekat sekali seperti anak kembar si*l, karena si Boy yang tampangnya pas-pasan dan Mas Rian yang tampangnya seperti Aldebaran. jadi sangat kontras kalau dibilang kembar. Hehehe.

Aku sengaja memasak banyak, takutnya Mas Boy mau makan disini sekalian saat pulang kerja nanti.

Tring … Tring … Tring … suara ponselku berbunyi, lalu aku segera mengangkatnya.

[Hallo, Assalamualaikum, oh kamu Beb? kenapa?] tanyaku pada Mas Rian, diseberang telepon sana.

[Waalaikumsalam, Aku pulang sebentar lagi ya, agak ngaret Beb. aku sama Boy, nanti dia mau sekalian mampir dan makan di rumah,] 

[Iya, tadi kan kamu juga udah bilang. Aku udah masak juga, udah beres semuanya, tenang aja ya? tinggal nungguin kamu doang. yaudah hati-hati di jalan ya Beb? jangan lirak-lirik di jalan ya? Inget sama anak istri di rumah,] 

[Ok beb kalau gitu, ya nggaklah Sayang, bidadari surgaku! kan aku cintanya sama kamu doang, hehehe. yaudah ya, I Love You. muaachh. Assalamualaikum,] Lalu Mas Rian pun menutup teleponnya.

[Waalaikumsalam.]

@@@

Tiba-tiba setelah selesai beberes rumah, perutku terasa mulas dan aku pun segera ke kamar mandi, sedangkan anak-anak masih sibuk dengan mainannya di dalam kamar.

Setelah menuntaskan panggilan alam, aku pun langsung bergegas untuk santai sambil menunggu Mas Rian di ruang tamu. Tapi setelah sampai di ruang tamu aku seperti mendengar suara Mas Rian dan suara tetangga aneh itu diluar sana.

Aku segera mengintip dari balik gorden dekat jendela. Tampak Mas Rian sedang bersalaman dengan Mbak Ella. seketika hatiku langsung dipenuhi rasa cemburu dan rasa terbakar di dalam hati, karena melihat suamiku sedang bersalaman cukup lama dengan si tetangga aneh.

Mana tuh tetangga malah sambil senyam-senyum nggak jelas lagi, membuatku makin gregetan saja jadinya.

Akhirnya, aku pun buru-buru keluar rumah, daripada si 'wewe gombel' tadi makin menjadi-jadi cari perhatiannya.

@@@

Setelah berbasa-basi di luar rumah, aku pun pura-pura menawarkan Mbak Ella untuk masuk ke dalam rumah. Ternyata tanpa ba-bi-bu dia langsung masuk, guys. Oemji. ya udah aku cuma ingin tahu aja dia mau apa setelah di dalam rumah.

Lalu aku pun pamit ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Mbak Ella dan Mas Boy, aku melihat Mas Boy keluar rumah untuk mengangkat telepon yang entah dari siapa, sedangkan Mas Rian sudah berlalu ke kamar dan langsung mandi.

Berhubung jarak dari dapur ke ruang tamu nggak terlalu jauh dan hanya dipisahkan oleh tembok, jadi aku bisa mengintip Mbak Ella di ruang tamu. ternyata dia hanya duduk diam di sofa, tapi kepalanya memutar ke segala arah, lebih tepatnya sedang memperhatikan sekeliling ruang tamuku.

Selesai membuatkan minuman, aku pun langsung menuju ke ruang tamu. dan Mas Boy ternyata juga sudah ada disana. Lalu aku mempersilahkan mereka untuk meminum air yang telah kubuat.

Lalu aku pun ikut duduk di sofa berseberangan dengan tempat duduk Mbak Ella.

Aku sedikit berbasa-basi dengan Mbak Ella, namun dia menjawabnya dengan setengah hati. membuatku malas untuk bertanya lagi.

Hal yang paling membuat aku kesal, yaitu saat Mas Rian datang, karena sudah selesai mandi dan hanya memakai kaos oblong putih dipadukan celana pendek. Aku melihat mata Mbak Ella seperti terbelalak dan mulutnya menganga, matanya tak luput memperhatikan Mas Rian, sampai Mas Rian duduk di sebelahku.

Tak lama dia pun juga senyum-senyum sendiri. Membuatku makin eneg dengan perempuan ini. karena kalau dilihat dari gelagatnya, sepertinya dia sangat tertarik dengan Mas Rian. Awas aja kalau macem-macem.

"Boy, kita makan dulu yuk, di belakang. aku udah laper nih. Nina udah masak-masakan yang enak, yuk!" Mas Rian tiba-tiba mengajak Mas Boy untuk ke dapur untuk segera makan, padahal aku perhatikan sedari tadi, sepertinya Mas Rian juga risih. karena pandangan mata Mbak Ella tak pernah lepas terus memperhatikan Mas Rian. 

Padahal jelas-jelas ada aku istrinya duduk di sebelah Mas Rian, tapi emang ciri-ciri pelakor kan salah satunya ya nggak tahu malu. Huh! 'sabar Nina, sabar!' rutukku dalam hati.

"Ya udah deh, yuk. Aku juga udah laper." Lalu Mas Boy bangkit dari tempat duduknya, dan mereka segera menuju ke dapur.

Terlihat raut kesal di wajah Mbak Nina, tapi kubiarkan saja. 

"Saya permisi dulu ya, Mbak? ngobrol-ngobrolnya sama Nina aja, kan lebih enak sesama perempuan," ucap Mas Rian pada Mbak Ella.

"I-iya Mas, silahkan." dia menunduk sambil tersenyum kecut. emangnya enak dicuekin.

@@@

Akhirnya aku dan Mbak Ella mengobrol sebentar saja, karena aku juga bingung mau ngobrol apaan. dia juga seperti tak tertarik untuk mengobrol denganku, malah matanya selalu tertuju ke arah dapur. Ampun dah ah! Nih perempuan ajaib banget.

Sebelum pulang dia meminta nomor Wh*tsa*p ku, katanya untuk menyambung silaturahmi. mau tak mau aku pun memberikannya.

Sekalian aku mau memantau, mau apa sebenarnya wanita aneh ini?

@@@

Hari sudah menjelang malam, kami berempat bercengkrama di ruang tamu. Mas Rian memang sangat sayang dengan anak-anaknya, dia selalu menuruti keinginan anak-anaknya, dan hal itu kadang membuatku sedikit kesal. karena takut kebiasaan hingga mereka besar nanti.

Saat kami sedang bercengkrama, terdengar suara pintu diketuk. aku berharap bukan si 'wewe gombel' yang datang.

Tok.

Tok.

Tok.

Ceklek. Pintu pun terbuka dan ternyata benar feelingku kalau itu pasti dia lagi. Huft!

"Mbak Ella? ada apa ya?" dia malah senyam-senyum sendiri, membuatku bergidik ngeri. takut-takut kalau ternyata dia lagi kesurupan.

"Hm … Mbak Nina, aku boleh nggak minta tolong?" jawabnya sok manis sambil garuk-garuk kepalanya sendiri.

"Minta tolong apa, Mbak? kalau saya bisa ya bakal saya bantu," ujarku lagi.

"Hm … saya mau pinjem suaminya, eh nggak deh, maksudnya mau minta tolong sama Mas Rian, untuk membetulkan kran air di rumah saya, soalnya suami saya belum pulang kerja, tolong ya Mbak?" seketika mataku terbelalak saat dia bilang mau meminjam suamiku? what? Big No!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status