Share

Pesona Mas Rian

Tetangga Sebelah Rumah

Part 4 (POV ELLA)

Saat aku berjalan untuk menuju ke arah rumah, aku melihat Suaminya Mbak Nina sedang berboncengan dengan seorang laki-laki yang kemungkinan teman kerjanya.

Dia mengendarai motornya menuju ke arahku, bukan deh. lebih tepatnya ke arah rumahnya. Karena kan rumah aku sama rumah dia emang berdekatan.

Aku pun buru-buru mengejarnya, agar kami bisa sampai berbarengan.

Kini aku pun sudah sampai di dekat rumahnya, aku melihat jelas wajah suaminya Mbak Nina tersebut. ya Allah gantengnya bukan main. beda tipis lah sama Mas Al yang main di sinetron ikatan batin. Mas Aldebaran yang membuat hatiku jadi berdebar tak karuan.

Aku makin yakin, kalau dia benar kakak kelasku waktu di SMA dulu. soalnya mirip banget. Apalagi dari dekat gini.

Lalu aku berniat untuk pura-pura terjatuh di depannya dan berharap dia menolongku, lalu memandang wajahku dan kami saling jatuh cinta. Uhuy.

@@@@

Dia sudah sampai di depan rumahnya, tampak istrinya belum keluar dari rumah, apa mungkin lagi di dapur kali jadi babu? hehehe. Tapi lumayanlah kesempatan emas buat aku, jangan sampai disia-siain. sikat …!

"Aduh … aww! sakit …!" aku pura-pura terjatuh dan memegang lututku sambil meringis, pura-pura sakit.

Tampak suami Mbak Nina beserta temannya tadi, reflek menengok ke arahku, mereka terkejut melihatku terjatuh.

"Ya Allah, kenapa Mbak? kok bisa sampai jatuh? padahal jalanannya rata loh! hati-hati makanya kalau jalan ya?" Sontak mataku langsung melotot, saat tahu kalau yang menolongku bukan si 'Suami Idaman', malah temannya yang jelek itu. Ihhss. Apaan sih? kok malah nggak sesuai harapan?

Lalu aku langsung buru-buru bangun, nggak sudi rasanya kalau tanganku sampai dipegang-pegang sama manusia jelek itu. udah dapat suami jelek, masa sekarang harus ditolongin sama orang jelek juga? nasib … nasib! gini amat ya?

"Hati-hati Mbak, lain kali jalannya, emang mau kemana?" tanyanya lagi, bawel. 

"Makasih udah nolongin, saya mau pulang. Tuh, rumah saya." jawabku sambil menunjuk rumah bercat oren, dan masih pura-pura memegang lutut, yang sebenarnya nggak sakit. cuma cari perhatian aja, biar si 'suami idaman' ngerespon. Tapi nyatanya dia diem aja. Huh, kesel!

Ya ampun, kayaknya aku makin yakin kalau dia kakak kelasku dulu, kira-kira kalau aku nanya, dijawab nggak ya sama dia? Ah, tanya ajalah daripada penasaran.

"Ehem … M-Mas, boleh kenalan nggak? maaf ya kalau saya lancang, kemarin kan saya udah kenalan sama istrinya, tapi saya belum kenalan sama suaminya," ucapku malu-malu kucing sambil menyodorkan tangan untuk mengajaknya bersalaman, sambil melihat respon si 'suami idaman' gimana selanjutnya.

Lalu nggak pakai waktu lama, dia pun langsung membalas dengan mengulurkan tangannya, lalu kami pun bersalaman. Ah .. indahnya dunia. Serasa salaman sama Mas Aldebaran yang asli, nggak kaleng-kaleng.

"Boleh, kenalin nama saya Rian, Mbak." Ucapnya ramah sambil tersenyum. Manis sekali melebihi gula aren. seketika hatiku berbunga-bunga dan langit pun berubah makin cerah.

"Sa-saya, Ella. oh iya boleh nanya nggak, Mas Rian?"tanyaku malu-malu dan tetiba gugup.

"Oh. Boleh silahkan, nanya apa?" dia melepaskan jabatan tangan, yang sedari tadi berusaha aku tahan.

"Hmm … Mas, dulu sekolah SMA nya dimana?" tanyaku sambil menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.

"Emangnya kenapa, Mbak?" dia malah nanya balik.

"Mi-mirip Kakak kelas aku dulu, Mas!" jawabku sambil malu-malu lagi, semoga nggak malu-maluin.

"Saya dulu sekolah di SMA Nusantara. memangnya Mbak Ella sekolah dimana dulunya?" tanyanya ramah. membuatku makin mabuk kepayang. apalagi sekarang ada di dekatnya.

Sontak mataku terbelalak saat Mas Rian menyebutkan nama sekolahnya, yang ternyata nama sekolahku juga. Berarti fix! dia adalah Kakak kelasku waktu dulu.

 'Ya Tuhan … apakah ini yang dinamakan jodoh tak akan kemana?' ucapku dalam hati, sambil senyam-senyum sendiri.

"Ehem, udah pulang sayang? maaf ya, tadi aku lagi di kamar mandi. makanya baru keluar," tiba-tiba Mbak Nina datang dan membuyarkan semuanya. ah … elah, ganggu aja! Iihss.

Dia langsung mencium punggung tangan Mas Rian sambil membawakan tas yang Mas Rian bawa sedari tadi.

"Iya nih, Beb. Maaf ya, aku telat pulangnya. tadi pergi dulu sebentar sama si Boy, ada urusan kerjaan," jawab Mas Rian sambil melirik lelaki jelek di sampingnya yang ternyata bernama Boy. namanya doang cakep, orangnya mah jelek!

Mas Rian mengelus pipi istrinya itu, dan Mbak Nina langsung senyam-senyum malu-malu. mereka benar-benar tak tahu malu, mengumbar kemesraan di depan aku dan si Boy. Huuh! biar apa coba? Pamer gitu?

Hatiku yang tadinya berbunga-bunga, seketika berubah menjadi panas seperti terbakar. Awas aja kamu Nina, aku bakal ngerebut cinta pertama aku. Dasar pelakor!

"Oh, iya. Kenapa pada diem disini? Ayo masuk sini, Mas Boy? Mbak Ella? sini mari masuk ke dalam, silahkan, silahkan. jangan malu-malu," Mbak Nina menyuruh kami semua untuk masuk ke rumahnya. 

Lalu mau tak mau karena rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang besar. Akhirnya aku masuk ke dalam rumahnya Mbak Nina.

Sekalian mau mencari tahu, gimana sih Mbak Nina itu orangnya? kenapa Mas Rian sampai segitu cinta dan sayangnya sama dia.

Siapa tahu kalau aku bisa niruin sifat dan sikapnya Mbak Nina, Mas Rian bisa nyantol sama aku, dan aku bisa lepas dari suami dingin seperti Mas Gino.

"Silahkan duduk, Mbak, Mas. saya mau ke dapur dulu ya? mau buat minum," ucapnya lagi dengan ramah. Lalu dia segera berlalu ke dapur, sedangkan Mas Rian sepertinya sudah berlalu ke dalam kamarnya sedari tadi. dasar! pakai acara basa-basi segala. pura-pura baik.

Lalu aku pun langsung duduk di sofanya yang terlihat baru. Mungkin dia belinya waktu pindahan kesini, paling-paling juga kredit. sok kaya banget, iih!

Aku terus memperhatikan sekeliling ruangan rumah Mbak Nina. Rumahnya sangat rapi, wangi aroma parfum ruangan, ada beberapa foto juga yang terpasang di dinding rumahnya, terlihat mereka berempat ada di dalam foto tersebut, mereka memakai pakaian seragam batik kembar. Ah, betapa harmonisnya keluarga ini, hal yang tak pernah kudapatkan selama menikah dengan Mas Gio.

Dulu awal-awal waktu baru nikah, Mas Gio masih mau tersenyum dan masih bersikap agak baik, sekarang aku hanya dianggap pajangan di rumah olehnya, dan itu sangat membuat hatiku sakit sekali.

@@@

Mbak Nina sudah datang dengan membawa nampan berisi air minum untuk aku dan si Boy.

Lelaki jelek itu memang sedari tadi sedang sibuk menelepon di depan rumah Mbak Nina, entah menelepon siapa, aku nggak peduli, yang aku pedulikan hanya Mas Rian.

Kemudian tak lama si Boy masuk dan duduk di sebelahku, "ih … ngapain sih, deket-deket duduknya?" protesku kesal.

Lalu dia hanya cengar-cengir nggak jelas, gaje banget dasar! Aku pun berusaha agak menjauh dari tempat dia duduk, takut Mas Rian cemburu kalau ngeliat aku duduk dekat-dekat sama si Boy.

"Silahkan, Mbak Ella, Mas Boy, airnya diminum! oh iya, ada apa ya Mbak Ella kemari?" dia menawarkan lagi sambil basa-basi, dan bertanya tujuanku kemari.

"Hmm, nggak ada apa-apa kok, Mbak. saya cuma mau silaturahmi aja, emang nggak boleh ya?" jawabku agak sinis. Duh, mana sih Mas Riannya? kok nggak keluar-keluar ya dari kamarnya? malah aku ngobrol sama dua orang ini, kan aku maunya sama Mas Rian. Iihss.

"Hehehe, boleh kok Mbak. Gapapa main aja kalau lagi nggak repot, Zahranya mana, Mbak?" tanyanya lagi, bawel amat sih! nanya mulu.

"Ada, di rumah." jawabku singkat.

Tak lama kemudian Mas Rian pun akhirnya keluar dari kamarnya, amboi … tampannya … cinta pertama dan terakhirku ini, seketika mataku melotot melihat makhluk ciptaan Tuhan ini, yang menurutku sempurna sekali. kenapa nggak sama aku aja sih nikahnya dari dulu?

Dia memakai kaos oblong putih, celana pendek sedengkul, serta rambutnya yang masih agak basah, dan juga  jambangnya yang tipis, menambah kesan maskulin dan membuatku semakin tergila-gila.

Lalu dia pun langsung duduk di sebelah Mbak Nina, dan otomatis berhadapan denganku, semakin membuat hatiku menjadi berdebar tak karuan. Duh!

Jangan lupa like dan komen nya ya, jangan lupa juga add akun Author nya biar tambah semangat nulisnya.

Makasih😘 salam sayang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status