Share

7. Tidak Akur

Author: El Baarish
last update Huling Na-update: 2022-05-10 15:10:21

“Ke mana?” Arjuna bertanya pada Jelita. Ia melihat gadis itu telah rapi dengan celana kulot dan kemeja putih serta jilbab warna senada.

“Kerja.” Jelita menjawab singkat.

Arjuna mengerutkan keningnya. Selama ini, ia tahu Jelita bekerja di perusahaan yang sama dengan Kevin. Arjuna sempat beberapa kali melihat mereka jalan berdua, di sebuah mall terbesar di Jakarta. Saat itu Arjuna sedang membeli suatu keperluan, seketika merasa ada yang mengiris di dalam sana, di hatinya. Arjuna merasa sakit setiap kali melihat Jelita dengan lelaki lain.

Lelaki yang telah memakai jas berwarna putih khas dokter itu masih bingung dengan sikap Jelita. Kevin jelas sudah mempermainkan dirinya, tapi masih saja ingin bertahan di perusahaan itu.

Setelah menjawab singkat, Jelita melangkah keluar dari rumah. Ia telah memesan taksi online untuk sampai di perusahaan ia bekerja. Gadis itu bahkan sengaja tak peduli pada panggilan Arjuna yang menawarkan untuk mengantar.

Kembali Arjuna menarik napas kasar menghadapi sikap Jelita. Terkadang ia berpikir bahwa cinta yang ia miliki bukan menguatkan, tapi melemahkan. Terkadang ia berpikir bahwa orang-orang terlalu jumawa saat tahu perasaan orang lain untuknya begitu dalam, sementara ia tak berniat membalasnya. Itu menyiksa.

Namun, di sisi lain, Arjuna merasa tak ingin menyerah pada apa yang baru saja ia mulai.

Arjuna mengeluarkan mobil dari garasi dan mulai memanaskan mesinnya. Ia telah rapi dengan jas putih, dengan kemeja biru laut di dalamnya, serta celana hitam berbahan kain. 

“Kamu kuliah di manajemen aja, biar bisa bantu bisnis mama.”

Saat itu Arjuna baru saja lulus SMA. Melisa menyarankan agar lelaki itu bisa melanjutkan perjalanan bisnis perhotelan yang ia warisi dari keluarganya. Bisnis perhotelan yang semakin meluas dari Makassar, Jakarta, hingga Bali. Selama ini, Melisa menghandle bisnis itu bersama adiknya, juga beberapa orang kepercayaan dan tentu karyawan-karyawan yang sangat membantu. 

“Nggak, Ma.” Arjuna menggeleng. Ia masih memegang ijazah yang baru saja diambil dari sekolah. Ia menatap daftar nilai yang tertera di sana.

“Juna tau harus jadi apa. Aku pengen jadi dokter.” Arjuna memutuskan.

Melisa menghela napas pelan. Ia memang berharap Arjuna bisa membantunya. Sudah lama perempuan itu menunggu Arjuna tumbuh dewasa dan berkecimpung di bidang bisnis. Namun, ia lebih menghargai jika Arjuna melakukan sesuatu yang ia sukai. Melisa membebaskan lelaki itu untuk memilih masa depannya.

“Oke,” ucap Melisa mendukung keputusan Arjuna. Perempuan yang masih terlihat muda itu mengambil ijazah di tangan putranya, ia melihat nilai-nilai yang memuaskan tertulis rapi di sana. Menandakan bahwa selama ini, Arjuna memang belajar giat untuk bisa menggapai apa yang ia inginkan.

Kini Arjuna bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Lelaki itu berhasil meraih gelar kedokteran dan bekerja di usia yang terbilang masih muda, dua puluh lima tahun.

Arjuna merapikan rambutnya yang sedikit gondrong itu melalui cermin yang ada di dalam mobil. Setelah memastikan penampilannya benar-benar rapi, ia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

*

Jelita turun dari taksi setelah membayar beberapa uang untuk pengemudi. Gadis itu memandangi bangunan tinggi yang ada tepat di depannya. Ia berpikir untuk mundur dan pulang saja, tapi yang ingin ia lakukan sekarang adalah salah satu tujuan menerima pernikahan mendadak dengan Arjuna.

Tujuan untuk sedikit memberi pelajaran pada seorang Kevin Leonard yang telah mempermainkan hatinya. Menjatuhkan harga dirinya di depan banyak orang, meskipun terselamatkan dari title gadis yang gagal menikah, tapi tetap saja ia tak menginginkan hal itu. Jelita tak pernah membayangkan takdirnya akan seburuk itu. Kevin yang membuatnya merasakan tekanan setiap hari, sebab itu setidaknya Jelita harus memberi pelajaran untuk lelaki itu.

Dengan langkah pasti, Jelita mengayunkan langkahnya memasuki lobi yang luas dan terlihat indah. Beberapa orang yang melewati itu tersenyum ke arahnya, entah tersenyum untuk apa. Karena, Jelita merasa seperti sedang mempermalukan diri di sini, tapi ia harus menyelesaikan misinya.

Gadis itu menempelkan ID pengenal untuk bisa melewati pintu detektor. Gedung perkantoran itu termasuk ketat, tak boleh dimasuki siapa saja tanpa kartu pengenal. Jelita menempelkan sekali karena ia hanya datang seorang diri.

Setelah pintu terbuka, Jelita melangkah beberapa langkah di mana lift akan turun, dan gadis itu akan memasukinya.

Pintu lift tertutup setelah Jelita menekan angka empat pada tombol di sisi pintu. Gadis yang mengenakan kemeja putih itu akan menuju ke lantai empat, di mana selama beberapa tahun ia bekerja di sana sebagai karyawan tetap di perusahaan itu.

Jelita keluar saat pintu lift terbuka. Persetan dengan pandangan orang nanti, ia harus sampai di ruang itu dalam keadaan hati yang baik. Meskipun sebenarnya ia tak sekuat itu. Gadis itu setidaknya harus menampar Kevin, atau melakukan apa pun yang membuat lelaki itu malu dan sedikit tahu diri. Agar lelaki pengecut itu tahu bagaimana rasanya dipermalukan.

Jelita berjalan lurus menyusuri lorong yang tertulis berbagai divisi perusahaan. Ia hanya fokus pada satu ruangan yang akan ia tuju. Ruang HRD yang bertuliskan nama Kevin Leonard.

Baru saja kaki itu berhenti di depan ruangan Kevin, Jelita dikejutkan oleh beberapa rekan yang menyambutnya dengan aneka kejutan. Sarah, teman kerja Jelita memengangi kue berukuran lumayan besar yang bertuliskan ucapan selamat untuk pernikahannya dengan Kevin.

Kapan masuk kerja? tanya Sarah melalui sebuah chat W******p.

Jelita membaca pesan itu dengan rasa yang entah bagaimana dijelaskan. Menyedihkan, karena gadis itu tak tahu harus menjawab apa.

Besok

Jelita membalas asal. Ia memang tak yakin akan kembali bekerja di sana. Namun, ia sangat yakin untuk resign kerja. 

Jelita menatap teman-temannya yang sekaligus teman Kevin denga tatapan kosong. Dari kue di tangan Sarah beralih pada kado di tangan teman-teman lainnya.

“Happy wedding, Lita.” Seru mereka ramai-ramai. Sarah yang paling bersemangat.

“Maaf ya, gak bisa datang. Jauh banget sih beda pulau.” Reno berkata. Disambut teman-teman lain yang terlihat menyesal dan meminta maaf karena tak bisa menghadiri pernikahan Jelita dan Kevin.

Jelita menggigit bibir bawahnya. Berusaha menahan air mata yang ingin berjatuhan tanpa malu itu. Gadis itu menoleh ke arah lain, karena setetes air meluncur dari sudut matanya. Rupanya ia tak sekuat yang ia bayangkan beberapa menit lalu.

Tangan itu terkepal. Ada rasa panas yang menguasai hatinya. Andai saja Kevin ada di depan mata, mungkin ia bisa melampiaskan kemarahannya.

“Bajingan!” teriak Jelita di depan semua temannya. Lalu, lari secepat mungkin sambil menyeka air matanya.

Sarah meletakkan kue yang tadi dipegang ke tangan teman di sampingnya. Ia mengejar Jelita yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Semua temannya saling menatap. Bingung. Lalu, baru menyadari bahwa Jelita tak datang bersama Kevin yang harusnya sedang menghabiskan waktu istimewa berdua.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TETANGGAKU SUAMIKU   32. Penyatuan Cinta

    Bab 32*Matahari pagi di kota Makassar terlihat begitu cerah. Jelita memicingkan mata saat ia terjaga karena sinar mentari yang menembus melalui kaca jendela. Ia berpikir, pasti Arjuna yang menyibak gordennya. Namun, saat Jelita membalikkan badan, gadis itu tak menemukan sang suami di sampingnya Setelah disidang oleh kedua orangtuanya, mereka tidur di rumah Jelita. “Kami diam, bukan berarti nggak tau apa yang terjadi dalam pernikahan kalian. Dingin bahkan mungkin beku dalam hatimu, Jelita. Papa harap, esok lusa jika badai itu datang lagi, tak ada yang diam, Arjuna. Juga tak ada yang berlari dari masalah. Papa harap kalian bisa saling menyelesaikan, bukan saling menghindar.” Raihan menatap Jelita dan Arjuna bergantian. Bukan hanya setelah menikah dengan Jelita, tapi sebelumnya Arjuna bahkan sudah menganggap Raihan seperti ayah kandungnya. Tepatnya setelah lelaki itu kehilangan seorang figur ayah dalam hidupnya. Keduanya hanya mengangguk. Lalu, mereka sama-sama mengusap air mata di

  • TETANGGAKU SUAMIKU   31. Pengawasan Tak Terduga

    Bab 31*Hari yang cerah setelah semalaman diguyur hujan. Makassar terlihat elegan dengan segala bangunan mewah. Perpaduan pantai, sunrise dan udara segar menjadi hal yang paling menyegarkan mata.Malam itu Arjuna dan Jelita beristirahat dengan tenang. Meskipun Arjuna sendiri tak tahu apa yang akan dibicarakan ibunya dan orangtua Jelita esok. Ia hanya merasa hubungan keduanya mulai membaik, tapi tetap saja ia tak sanggup membayangkan wajah terluka kedua orangtuanya.“Mama pasti kecewa banget ya.” Jelita berucap lirih. Wajahnya tertunduk tak sanggup menatap Arjuna saat ia mengatakan hari ini akan ke rumah ibunya.“Kita jelaskan semua, Lita. Kita hadapi sama-sama.” Arjuna menggenggam tangan sang istri, membelainya lembut lalu sejenak mengecupnya. Lelaki itu tersenyum saat melihat Jelita tak menolak seperti biasanya. Tak juga memperlihatkan raut wajah tak suka saat ia melakukan itu.Ah, Arjuna bahkan mendengar kemarin ia mengucapkan tentang cinta di telinganya. Arjuna sudah bangun dari l

  • TETANGGAKU SUAMIKU   30. Jelita Pingsan

    Bab 30*“Mama?” Arjuna dan Jelita saling menatap saat melihat ibunya duduk di sofa menghadap jendela. Duduk seolah memang telah menunggu keduanya sejak tadi.“Mama kenapa di sini?” tanya Arjuna pada sang ibu yang masih duduk dengan wajah dinginnya.“Mama yang harusnya tanya, Juna. Kalian pulang nggak bilang-bilang? Terus ngapain hujan-hujanan kayak gini.”Melisa bangkit dari duduknya, meninggalkan pemandangan gerimis yang masih terlihat di luar sana. Perempuan itu berdiri menghadap anak dan menantunya. Perempuan paruh baya yang terlihat masih cantik itu menunjuk keadaan dua anaknya itu. Keadaan yang menyadarkan mereka bahwa saat ini mereka tak bisa berbohong. Tak bisa mengelak atas apa yang selama ini telah terjadi.Semua pekerja di hotel, Melisa tak bisa menjamin kepercayaannya. Namun, selama mereka bekerja, mereka tak pernah curang dana selalu mengikuti perintah dari perempuan itu.“Bu, saya mendengar dari resepsionis kalau Arjuna sedang di hotel. Mereka bilang, istrinya juga di s

  • TETANGGAKU SUAMIKU   29. Kedatangan Mama

    Bab 29*Jam di ponsel telah menunjukkan pukul sembilan malam. Arjuna menatap bubur yang telah dingin itu terletak di atas nakas. Bubur yang sama sekali tak ingin disentuhnya. Setelah Jelita pergi, Arjuna hanya duduk di pinggir ranjang, tepatnya setelah menunaikan shalat isya. Lelaki itu bangkit, mengitari seluruh ruangan, lalu duduk lagi di sisi ranjang. Ia merasa sedang tak baik-baik saja.Pikirannya terlalu kalut saat ini. Entah, ia pun tak menyangka melakukan itu pada Jelita. Dan, setelah gadis itu tak lagi di hadapannya, bukan kelegaan yang ia dapatkan, melainkan resah dan perasaan galau memenuhi hatinya.Arjuna mengusap wajahnya dengan kasar. Di luar hujan turun begitu lebatnya. Semesta yang tadi baik-baik saja dengan cerahnya senja, tiba-tiba menurunkan hujan yang membasahi bumi, mendung secara tiba-tiba menggelayut di atas langit.Arjuna menyerah pada egonya, pada kemarahannya. Ia tak bisa memperkirakan ke mana Jelita akan pergi setelah diusirnya. Lelaki itu coba menghubungi

  • TETANGGAKU SUAMIKU   28. Hati yang Terusir

    Bab 28*Sambil menunggu Arjuna siuman. Jelita membereskan apa saja yang berantakan di kamar itu. Perjalanan jauh sebenarnya membuat tubuh itu lelah dan ingin terbaring sebentar saja. Namun, ia tak ingin jika saat ia bangun nanti Arjuna pergi lagi darinya. Ia tak ingin lelaki itu menghindarinya lagi. Jelita harus menuntaskan semua kesalahannya sekarang.Jam telah menunjukkan pukul lima sore. Jelita melangkahkan kakinya menuju sisi jendela. Ia menyibak gorden jendela kaca besar itu agar bisa menikmati keindahan dan seni alam yang dipuja setiap orang. Gadis itu duduk di sofa kecil di dekat jendela itu. Ia tersenyum perih melihat warna merah jingga yang menyilaukan matanya. Indah. Namun, keindahan apa pun tak menghibur hatinya jika ia belum mendapatkan maaf dari Arjuna.Jelita tersenyum sinis seorang diri, mengingat kenangan yang pernah ia lalu bersama Arjuna dan Aldi di pantai itu. Terlalu banyak kenangan manis yang memaksanya untuk mengingat hal itu. Namun, apa pun itu, ia tetap tak bi

  • TETANGGAKU SUAMIKU   27. Kekacauan Arjuna

    Bab 27*Pukul delapan pagi, Jelita sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta. Ia tak ingin ketinggalan pesawat yang akan mengudara ke Makassar. Sesuai dengan jadwal keberangkatan yang tertera, Jelita akan terbang pukul sembilan pagi. Satu jam sebelum itu, Jelita sudah ada di Bandara. Gadis itu benar-benar tak ingin ketinggalan. Andai saja semalam masih tersisa tiket yang akan berangkat ke sana, mungkin pagi ini Jelita sudah bertemu dengan Arjuna.Jelita memang tak tahu pasti di mana Arjuna sekarang. Namun, Jelita yakin Arjuna kemungkinan besar berada di Makassar. Tempat di mana ia selalu berlari jika pikirannya sedang kacau. Tempat lelaki itu menginap berhari-hari jika ia sedang tak suka pulang ke rumah karena ada ayahnya.Malam di mana Arjuna pergi dan tak menemani tidurnya, Jelita meringkuk sendirian dalam gelap. Meneguk rasa sakit dalam pekatnya malam tanpa cahaya, karena cahaya itu sendiri sebenarnya adalah Arjuna. Lelaki itu yang membuatnya nyaman dan tak merasa takut saat di samping

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status