Share

BAB 5 – AMBISI DAN GODAAN

Author: Arekndeso
last update Last Updated: 2025-03-14 11:29:56

Malam itu, Aurora tidak bisa tidur.

Percakapan dengan Adam masih berputar di kepalanya. Pria itu bukan sekadar lawan bisnis biasa—dia adalah seseorang yang tahu bagaimana membaca kelemahan orang lain dan menggunakannya sebagai senjata. Dan yang lebih mengganggunya adalah kenyataan bahwa dia sendiri merasakan ketertarikan yang tidak seharusnya.

Dia menggigit bibirnya, lalu meraih segelas anggur yang tersisa di meja samping ranjangnya. Cahaya kota yang masuk melalui jendela besar apartemennya menambah suasana malam yang semakin mencekam.

"Jangan bodoh, Aurora," gumamnya sendiri. "Ini hanya bisnis. Hanya bisnis."

Tetapi mengapa suara Adam terus terngiang di kepalanya?

Kantor Aurora – Keesokan Harinya

Aurora tiba di kantornya lebih awal, berharap bisa menenggelamkan pikirannya dalam pekerjaan. Tetapi begitu dia memasuki ruangannya, sebuah kejutan sudah menunggunya.

Setangkai mawar merah diletakkan di atas mejanya, bersama dengan sebuah kartu kecil.

Aurora mengerutkan kening, mengambil kartu itu dan membacanya.

"Aku tak sabar melihat bagaimana kau menghadapi tantangan berikutnya. – Adam."

Aurora mendengus. Pria itu benar-benar tidak membuang waktu.

"Apa ini, Nona Lennox?" tanya asistennya, Liana, yang berdiri di ambang pintu.

"Hanya permainan kecil dari seseorang yang tidak tahu batas," jawab Aurora, meletakkan kartu itu ke dalam laci.

Liana menaikkan alisnya. "Permainan seperti apa?"

Aurora tersenyum tipis. "Sebuah permainan yang harus aku menangkan."

Ruang Rapat – Pertemuan Dengan Sinclair Enterprises

Beberapa jam kemudian, Aurora duduk di ruang rapat bersama para eksekutif dari perusahaan Adam. Suasana di dalam ruangan tegang, tetapi Adam tetap terlihat santai, duduk di kursinya dengan ekspresi penuh percaya diri.

"Jadi," kata Adam, matanya menatap langsung ke arah Aurora. "Kita telah mencapai tahap akhir negosiasi. Aku ingin tahu apakah kita benar-benar siap untuk melangkah lebih jauh."

Aurora melipat tangannya di atas meja. "Tentu saja. Jika semua syarat telah dipenuhi, maka kita bisa melanjutkan."

Adam tersenyum kecil, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Aurora merasa seolah sedang diuji. "Aku hanya ingin memastikan kita berada di halaman yang sama," katanya pelan.

Aurora menatapnya tanpa ragu. "Aku tidak pernah ragu dengan keputusanku, Adam. Jangan buang waktaku dengan pertanyaan yang tidak perlu."

Beberapa eksekutif di ruangan tampak menahan napas, tetapi Adam hanya tersenyum lebih lebar.

"Aku suka keberanianmu," katanya. "Tapi aku juga ingin memastikan kita tidak hanya sekadar berbicara. Kita butuh tindakan nyata."

Aurora bersandar sedikit. "Aku selalu menindaklanjuti apa yang aku katakan. Kau akan melihat hasilnya, Adam."

Tatapan mereka bertemu dalam ketegangan yang hampir terasa seperti percikan api. Ini bukan sekadar perdebatan bisnis lagi—ini adalah perang keinginan, di mana keduanya menolak untuk mundur.

Malam Hari – Sebuah Undangan yang Tak Terduga

Saat Aurora kembali ke apartemennya malam itu, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Adam Sinclair: Aku tahu kau lelah setelah hari yang panjang. Makan malam di penthouseku, malam ini. Kita butuh diskusi lebih lanjut.

Aurora menatap layar ponselnya cukup lama sebelum akhirnya membalas.

Aurora Lennox: Jika ini tentang bisnis, kita bisa mendiskusikannya besok di kantor.

Balasan Adam datang hanya beberapa detik kemudian.

Adam Sinclair: Kadang, keputusan terbaik dibuat di luar meja rapat, Aurora.

Aurora menghela napas, menimbang pilihan. Ini bisa menjadi jebakan. Ini bisa menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar diskusi bisnis. Tetapi menolak undangan ini juga berarti memberikan keuntungan kepada Adam—dan dia tidak akan membiarkan pria itu berpikir bahwa dia takut.

Aurora Lennox: Baik. Aku akan datang.

Senyuman samar muncul di wajahnya.

Jika Adam ingin bermain, maka dia harus siap menerima konsekuensinya.

Penthouse Adam – Malam Itu

Ketika Aurora tiba di penthouse Adam, dia langsung disambut oleh suasana yang begitu mewah. Lampu redup, musik jazz lembut mengalun di latar belakang, dan aroma makanan yang menggoda memenuhi ruangan.

Adam berdiri di dekat meja makan, menuangkan anggur ke dalam gelas. Dia mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku, tanpa dasi, membuatnya terlihat lebih santai namun tetap mendominasi.

"Kau datang," katanya dengan nada puas.

Aurora berjalan mendekat, tetap menjaga ekspresinya netral. "Aku di sini untuk mendengarkan apa yang ingin kau diskusikan."

Adam menyerahkan segelas anggur padanya. "Santai, Aurora. Malam ini bukan tentang kerja. Malam ini tentang kita."

Aurora menatapnya tajam. "Kita?"

Adam mengangguk perlahan, matanya tak lepas dari miliknya. "Kau tahu persis apa yang kumaksud. Ketegangan ini, tarik-ulur ini... Kau bisa menyangkalnya, tetapi kita berdua tahu ada sesuatu yang terjadi di antara kita."

Aurora meneguk anggurnya perlahan, mencoba tetap tenang meskipun jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. "Kau terlalu percaya diri, Adam."

Adam tersenyum miring. "Dan kau terlalu keras kepala."

Aurora tahu ini permainan yang berbahaya. Tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa mundur begitu saja.

Adam mencondongkan tubuhnya ke depan sedikit, mendekatinya. "Aku tidak terbiasa menunggu, Aurora. Jika kau ingin sesuatu, katakan. Jika kau tidak menginginkannya, maka katakan juga. Tapi jangan bersembunyi di balik alasan bisnis."

Aurora menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak pernah bersembunyi, Adam. Aku hanya memastikan aku tidak membuat kesalahan."

Adam tersenyum kecil, lalu mengangkat gelasnya. "Kalau begitu, mari kita lihat apakah malam ini akan menjadi kesalahan... atau sesuatu yang lebih dari itu."

Aurora menyesap anggurnya, matanya tetap mengunci pada Adam.

Malam ini akan menjadi ujian.

Dan hanya ada dua kemungkinan hasil—mereka akan semakin terjebak dalam permainan ini... atau salah satu dari mereka akan kehilangan kendali sepenuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 6 – TARIKAN DAN DORONGAN

    Aurora tahu bahwa dia sedang bermain dengan api.Adam Sinclair bukan pria biasa. Dia bukan seseorang yang bisa ditaklukkan dengan mudah, tetapi juga bukan seseorang yang mudah mengendalikan dirinya sendiri. Tarik-ulur ini… ketegangan yang semakin meningkat di antara mereka… semuanya adalah permainan yang berbahaya.Tetapi mengapa dia tidak bisa menghindar?Aurora menatap Adam yang masih berdiri di dekatnya, sorot matanya penuh keyakinan."Jadi," kata Adam dengan nada santai, tetapi ada ketajaman di balik suaranya. "Apakah kita akan terus berpura-pura bahwa ini hanya tentang bisnis?"Aurora tersenyum tipis, meneguk anggurnya dengan perlahan sebelum meletakkan gelas itu di meja. "Kau mengundangku ke sini dengan dalih bisnis, tetapi sepertinya ini bukan tentang itu sama sekali."Adam mendekat, tubuhnya hanya berjarak beberapa inci dari miliknya. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa kita hanya akan membicarakan bisnis, Aurora."Aurora menatapnya, hatinya berdebar kencang meskipun dia berusa

    Last Updated : 2025-03-14
  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 7 – BERMAIN DENGAN API

    Aurora menatap layar laptopnya tanpa benar-benar membaca apa yang tertera di sana. Pikirannya masih dipenuhi oleh kehadiran Adam Sinclair yang tiba-tiba di kantornya tadi pagi.Pria itu…Aurora bukan wanita yang mudah terpengaruh oleh seorang pria. Dalam dunia bisnis yang keras, dia telah bertemu banyak pria yang mencoba mendekatinya, baik karena ketertarikan maupun karena motif tersembunyi.Tetapi Adam berbeda.Dia adalah lawan yang sulit ditebak.Sama seperti dirinya, Adam adalah predator dalam dunia bisnis—seseorang yang tidak takut mengambil risiko demi mencapai tujuannya. Tetapi berbeda dengan pria lain yang pernah Aurora hadapi, Adam tidak hanya tertarik pada kompetisi di ruang rapat… Dia juga tertarik padanya.Dan itulah yang membuat semuanya menjadi lebih berbahaya.Ketika ponselnya bergetar, Aurora menghela napas dan melihat layar. Sebuah pesan dari Adam.Adam:"Aku tahu kau masih memikirkannya. Jangan berbohong, Aurora."Aurora tersenyum kecil, merasa geli sekaligus kesal de

    Last Updated : 2025-03-14
  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 8- Api yang Tak Ingin Padam

    Langit mulai gelap ketika Aurora tiba kembali di kantornya. Jalan-jalan sibuk di ibu kota tampak samar dari balik kaca mobilnya, sementara bayangan pertemuannya dengan Adam terus melingkari pikirannya, seperti jejak parfum mahal yang tertinggal lama di kulit. Ia memejamkan mata sejenak. Itu seharusnya hanya sekadar makan siang. Percakapan biasa. Tak lebih. Namun, setiap kata yang terucap, setiap tatapan tajam dari Adam terasa seperti permainan catur yang penuh strategi. Aurora menyadari bahwa dalam permainan ini, ia bukan sekadar pemain—ia adalah bidak yang mulai bergerak menuju arah yang tak terduga. Setibanya di kantornya, Aurora langsung melangkah ke ruang kerjanya. Sekretarisnya, Nina, sempat memanggil, tetapi Aurora hanya memberi isyarat agar tidak diganggu. Ia butuh waktu untuk meresapi kembali pikirannya—dan, yang lebih penting, meredakan gejolak di hatinya. Ia duduk, membuka laptop, dan menatap layar presentasi yang harus disiapkannya untuk pertemuan investor minggu d

    Last Updated : 2025-05-01
  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 9-Permainan yang Tak Lagi Sekadar Strategi”

    Aurora selalu berusaha menjaga jarak emosional dalam dunia bisnes yang keras dan penuh intrik. Sebagai wanita berpengalaman, ia memahami bahwa kedekatan personal dapat menjadi celah berbahaya—zona di mana kelemahan dapat terlihat. Namun, malam itu, saat berdiri di balkon apartemennya dan menatap gemerlap lampu kota yang tampak asing, ia menyadari bahwa semuanya telah berubah. Ketika ponselnya bergetar dengan nama Adam muncul di layar, bayangan masa lalu perlahan kembali menghantuinya. > Adam “Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Tentang alasan mengapa kau membiarkanku mendekat. ” Aurora terdiam sejenak, jari-jarinya menggenggam ponsel semakin erat. Ia tidak pernah membiarkan siapa pun memiliki pengaruh besar dalam hidupnya. Namun, Adam bukanlah sekadar 'siapa pun'. Ia teringat tatapan penuh percaya diri dan ketulusan pria itu siang tadi. Seolah di balik semua permainan dan tantangan yang ditawarkannya, Adam benar-benar ingin mengenalnya lebih dalam—bukan hanya sebaga

    Last Updated : 2025-05-03
  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 10-Garis yang Semakin Kabur

    Pagi itu, Aurora tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Ia berusaha menenangkan pikirannya yang mulai tidak stabil dengan terjebak di antara tumpukan laporan dan strategi. Namun, setelah malam gala bersama Adam, segalanya tampak semakin tidak jelas.Di satu sisi, ia ingin tetap menjaga jarak—profesional, rasional, dingin. Namun di sisi lain, pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tak pernah ia izinkan untuk muncul mulai mengguncang ketenangannya. Apa yang akan terjadi jika ia memberi ruang bagi perasaan tersebut? Apa konsekunsi jika ia berhenti berpegang pada pertahanannya?Yang paling menakutkan—mengapa ia mulai menginginkannya?---Rapat Tengah Hari – Kantor Sinclair GroupAurora duduk di ruang pertemuan yang megah, dihiasi dengan detail marmer dan kaca yang memukau. Rapat ini diadakan secara resmi untuk membahas merger salah satu anak perusahaan teknologi miliknya dengan mitra yang kini menjadi target akuisisi Sinclair Group.Secara teknis, ini adalah rapat bisnis biasa. Namun, ka

    Last Updated : 2025-05-05
  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 1 – PERSAINGAN YANG MEMBAKAR API

    Langit senja memancarkan warna oranye keemasan, membiaskan cahayanya melalui kaca jendela yang membentang dari lantai ke langit-langit di ruang kantor megah milik Adam Sinclair. Duduk di belakang meja kayu mahoni yang mengilap, pria itu menyilangkan jari-jarinya sambil menatap dingin layar komputer yang menampilkan laporan keuangan perusahaan. Setelan Armani hitamnya membentuk garis sempurna di tubuh atletisnya, menunjukkan kesempurnaan seorang pemimpin.Namun, sorot matanya tajam, penuh ketegangan yang tertahan.“Dia mulai bergerak,” suara pria tua di hadapannya memecah kesunyian. Raymond Carter, penasihat senior Adam yang telah lama bekerja dengannya, meletakkan sebuah map berisi laporan investigasi di meja. “Aurora Lennox baru saja memenangkan kontrak yang seharusnya jatuh ke tangan kita.”Adam mengepalkan tangannya. Nama itu bukan sekadar nama, tetapi simbol tantangan yang akhir-akhir ini terus mengusik posisinya di dunia bisnis. Aurora Lennox, CEO muda yang baru saja naik ke punc

    Last Updated : 2025-03-14
  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 2 – TAWARAN BERBAHAYA

    Adam Sinclair tidak pernah menyukai kejutan, apalagi jika datang dari lawan yang baru saja mencuri peluang bisnisnya. Namun, di hadapannya saat ini, Aurora Lennox duduk dengan percaya diri, menawarkan sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tidak bisa langsung tolak.Kerja sama.Sebuah kata yang terdengar sederhana, tetapi dalam dunia bisnis, itu bisa berarti banyak hal—terutama ketika ditawarkan oleh seseorang yang baru saja menantangnya.Adam menyandarkan punggungnya di kursi, menatap Aurora dengan sorot mata penuh evaluasi. “Kau datang ke sini, menawarkan kerja sama setelah merebut klien utama perusahaanku. Kenapa aku harus percaya padamu?”Aurora menyilangkan kakinya dengan anggun, membiarkan senyumnya bermain di bibir merahnya. “Aku tidak datang ke sini untuk meminta kepercayaanmu, Adam. Aku datang untuk menawarkan sesuatu yang tak bisa kau tolak.”Adam mengangkat alis. “Aku jarang menolak sesuatu yang menguntungkan.”Aurora mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, matanya bersinar d

    Last Updated : 2025-03-14
  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 3 – PERTEMUAN KEDUA

    Adam Sinclair bukan pria yang suka menunggu, tetapi hari ini, dia memilih untuk mengambil waktunya.Dia duduk di ruang konferensi pribadinya, menatap proposal kerja sama yang baru saja dikirim oleh Aurora Lennox. Dokumen itu penuh dengan angka, strategi, dan peluang yang menggiurkan—sebuah kesepakatan yang bisa membuat perusahaan mereka mendominasi pasar Eropa dengan lebih cepat.Namun, ada satu hal yang lebih menarik perhatiannya dibandingkan angka-angka itu: Aurora sendiri.Wanita itu adalah teka-teki yang ingin ia pecahkan.Pintu ruangan terbuka, dan Aurora masuk dengan langkah percaya diri, mengenakan blazer hitam yang membentuk tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ditata rapi, tetapi ada sesuatu di matanya—tatapan penuh tantangan yang selalu membuatnya semakin menarik.“Jadi, Adam,” katanya seraya duduk di kursi di seberang meja. “Apakah kau sudah mempertimbangkan tawaranku?”Adam menyilangkan jemarinya di atas meja, matanya tetap menatapnya tajam. “Aku sudah membaca proposalmu. A

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 10-Garis yang Semakin Kabur

    Pagi itu, Aurora tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Ia berusaha menenangkan pikirannya yang mulai tidak stabil dengan terjebak di antara tumpukan laporan dan strategi. Namun, setelah malam gala bersama Adam, segalanya tampak semakin tidak jelas.Di satu sisi, ia ingin tetap menjaga jarak—profesional, rasional, dingin. Namun di sisi lain, pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tak pernah ia izinkan untuk muncul mulai mengguncang ketenangannya. Apa yang akan terjadi jika ia memberi ruang bagi perasaan tersebut? Apa konsekunsi jika ia berhenti berpegang pada pertahanannya?Yang paling menakutkan—mengapa ia mulai menginginkannya?---Rapat Tengah Hari – Kantor Sinclair GroupAurora duduk di ruang pertemuan yang megah, dihiasi dengan detail marmer dan kaca yang memukau. Rapat ini diadakan secara resmi untuk membahas merger salah satu anak perusahaan teknologi miliknya dengan mitra yang kini menjadi target akuisisi Sinclair Group.Secara teknis, ini adalah rapat bisnis biasa. Namun, ka

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 9-Permainan yang Tak Lagi Sekadar Strategi”

    Aurora selalu berusaha menjaga jarak emosional dalam dunia bisnes yang keras dan penuh intrik. Sebagai wanita berpengalaman, ia memahami bahwa kedekatan personal dapat menjadi celah berbahaya—zona di mana kelemahan dapat terlihat. Namun, malam itu, saat berdiri di balkon apartemennya dan menatap gemerlap lampu kota yang tampak asing, ia menyadari bahwa semuanya telah berubah. Ketika ponselnya bergetar dengan nama Adam muncul di layar, bayangan masa lalu perlahan kembali menghantuinya. > Adam “Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Tentang alasan mengapa kau membiarkanku mendekat. ” Aurora terdiam sejenak, jari-jarinya menggenggam ponsel semakin erat. Ia tidak pernah membiarkan siapa pun memiliki pengaruh besar dalam hidupnya. Namun, Adam bukanlah sekadar 'siapa pun'. Ia teringat tatapan penuh percaya diri dan ketulusan pria itu siang tadi. Seolah di balik semua permainan dan tantangan yang ditawarkannya, Adam benar-benar ingin mengenalnya lebih dalam—bukan hanya sebaga

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 8- Api yang Tak Ingin Padam

    Langit mulai gelap ketika Aurora tiba kembali di kantornya. Jalan-jalan sibuk di ibu kota tampak samar dari balik kaca mobilnya, sementara bayangan pertemuannya dengan Adam terus melingkari pikirannya, seperti jejak parfum mahal yang tertinggal lama di kulit. Ia memejamkan mata sejenak. Itu seharusnya hanya sekadar makan siang. Percakapan biasa. Tak lebih. Namun, setiap kata yang terucap, setiap tatapan tajam dari Adam terasa seperti permainan catur yang penuh strategi. Aurora menyadari bahwa dalam permainan ini, ia bukan sekadar pemain—ia adalah bidak yang mulai bergerak menuju arah yang tak terduga. Setibanya di kantornya, Aurora langsung melangkah ke ruang kerjanya. Sekretarisnya, Nina, sempat memanggil, tetapi Aurora hanya memberi isyarat agar tidak diganggu. Ia butuh waktu untuk meresapi kembali pikirannya—dan, yang lebih penting, meredakan gejolak di hatinya. Ia duduk, membuka laptop, dan menatap layar presentasi yang harus disiapkannya untuk pertemuan investor minggu d

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 7 – BERMAIN DENGAN API

    Aurora menatap layar laptopnya tanpa benar-benar membaca apa yang tertera di sana. Pikirannya masih dipenuhi oleh kehadiran Adam Sinclair yang tiba-tiba di kantornya tadi pagi.Pria itu…Aurora bukan wanita yang mudah terpengaruh oleh seorang pria. Dalam dunia bisnis yang keras, dia telah bertemu banyak pria yang mencoba mendekatinya, baik karena ketertarikan maupun karena motif tersembunyi.Tetapi Adam berbeda.Dia adalah lawan yang sulit ditebak.Sama seperti dirinya, Adam adalah predator dalam dunia bisnis—seseorang yang tidak takut mengambil risiko demi mencapai tujuannya. Tetapi berbeda dengan pria lain yang pernah Aurora hadapi, Adam tidak hanya tertarik pada kompetisi di ruang rapat… Dia juga tertarik padanya.Dan itulah yang membuat semuanya menjadi lebih berbahaya.Ketika ponselnya bergetar, Aurora menghela napas dan melihat layar. Sebuah pesan dari Adam.Adam:"Aku tahu kau masih memikirkannya. Jangan berbohong, Aurora."Aurora tersenyum kecil, merasa geli sekaligus kesal de

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 6 – TARIKAN DAN DORONGAN

    Aurora tahu bahwa dia sedang bermain dengan api.Adam Sinclair bukan pria biasa. Dia bukan seseorang yang bisa ditaklukkan dengan mudah, tetapi juga bukan seseorang yang mudah mengendalikan dirinya sendiri. Tarik-ulur ini… ketegangan yang semakin meningkat di antara mereka… semuanya adalah permainan yang berbahaya.Tetapi mengapa dia tidak bisa menghindar?Aurora menatap Adam yang masih berdiri di dekatnya, sorot matanya penuh keyakinan."Jadi," kata Adam dengan nada santai, tetapi ada ketajaman di balik suaranya. "Apakah kita akan terus berpura-pura bahwa ini hanya tentang bisnis?"Aurora tersenyum tipis, meneguk anggurnya dengan perlahan sebelum meletakkan gelas itu di meja. "Kau mengundangku ke sini dengan dalih bisnis, tetapi sepertinya ini bukan tentang itu sama sekali."Adam mendekat, tubuhnya hanya berjarak beberapa inci dari miliknya. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa kita hanya akan membicarakan bisnis, Aurora."Aurora menatapnya, hatinya berdebar kencang meskipun dia berusa

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 5 – AMBISI DAN GODAAN

    Malam itu, Aurora tidak bisa tidur.Percakapan dengan Adam masih berputar di kepalanya. Pria itu bukan sekadar lawan bisnis biasa—dia adalah seseorang yang tahu bagaimana membaca kelemahan orang lain dan menggunakannya sebagai senjata. Dan yang lebih mengganggunya adalah kenyataan bahwa dia sendiri merasakan ketertarikan yang tidak seharusnya.Dia menggigit bibirnya, lalu meraih segelas anggur yang tersisa di meja samping ranjangnya. Cahaya kota yang masuk melalui jendela besar apartemennya menambah suasana malam yang semakin mencekam."Jangan bodoh, Aurora," gumamnya sendiri. "Ini hanya bisnis. Hanya bisnis."Tetapi mengapa suara Adam terus terngiang di kepalanya?—Kantor Aurora – Keesokan HarinyaAurora tiba di kantornya lebih awal, berharap bisa menenggelamkan pikirannya dalam pekerjaan. Tetapi begitu dia memasuki ruangannya, sebuah kejutan sudah menunggunya.Setangkai mawar merah diletakkan di atas mejanya, bersama dengan sebuah kartu kecil.Aurora mengerutkan kening, mengambil k

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 4 – TARIK ULUR KEKUASAAN

    Aurora bukan wanita yang mudah terintimidasi. Dia telah berhadapan dengan banyak pria seperti Adam Sinclair sebelumnya—pria kaya, kuat, dan terbiasa mendapatkan apa pun yang mereka inginkan. Tetapi Adam berbeda. Bukan hanya karena kekuasaannya, melainkan karena cara dia bermain.Adam tidak hanya menginginkan kemenangan. Dia menginginkan dominasi.Malam itu, setelah pesta berakhir, Aurora berdiri di balkon hotelnya, memandangi pemandangan kota yang berkelap-kelip di bawah. Angin malam menerpa kulitnya, sementara pikirannya masih tertuju pada percakapannya dengan Adam.Dia tahu permainan ini akan berbahaya.Dan dia siap menghadapi apa pun yang datang.—Kantor Sinclair Enterprises – Hari BerikutnyaAurora tiba di kantor Adam lebih awal dari yang dijadwalkan. Dia melangkah dengan percaya diri melewati lobi yang mewah, dengan marmer hitam mengkilap dan lampu gantung kristal yang memancarkan cahaya lembut. Semua mata tertuju padanya saat dia berjalan menuju lift, mengenakan gaun bisnis ber

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 3 – PERTEMUAN KEDUA

    Adam Sinclair bukan pria yang suka menunggu, tetapi hari ini, dia memilih untuk mengambil waktunya.Dia duduk di ruang konferensi pribadinya, menatap proposal kerja sama yang baru saja dikirim oleh Aurora Lennox. Dokumen itu penuh dengan angka, strategi, dan peluang yang menggiurkan—sebuah kesepakatan yang bisa membuat perusahaan mereka mendominasi pasar Eropa dengan lebih cepat.Namun, ada satu hal yang lebih menarik perhatiannya dibandingkan angka-angka itu: Aurora sendiri.Wanita itu adalah teka-teki yang ingin ia pecahkan.Pintu ruangan terbuka, dan Aurora masuk dengan langkah percaya diri, mengenakan blazer hitam yang membentuk tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ditata rapi, tetapi ada sesuatu di matanya—tatapan penuh tantangan yang selalu membuatnya semakin menarik.“Jadi, Adam,” katanya seraya duduk di kursi di seberang meja. “Apakah kau sudah mempertimbangkan tawaranku?”Adam menyilangkan jemarinya di atas meja, matanya tetap menatapnya tajam. “Aku sudah membaca proposalmu. A

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 2 – TAWARAN BERBAHAYA

    Adam Sinclair tidak pernah menyukai kejutan, apalagi jika datang dari lawan yang baru saja mencuri peluang bisnisnya. Namun, di hadapannya saat ini, Aurora Lennox duduk dengan percaya diri, menawarkan sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tidak bisa langsung tolak.Kerja sama.Sebuah kata yang terdengar sederhana, tetapi dalam dunia bisnis, itu bisa berarti banyak hal—terutama ketika ditawarkan oleh seseorang yang baru saja menantangnya.Adam menyandarkan punggungnya di kursi, menatap Aurora dengan sorot mata penuh evaluasi. “Kau datang ke sini, menawarkan kerja sama setelah merebut klien utama perusahaanku. Kenapa aku harus percaya padamu?”Aurora menyilangkan kakinya dengan anggun, membiarkan senyumnya bermain di bibir merahnya. “Aku tidak datang ke sini untuk meminta kepercayaanmu, Adam. Aku datang untuk menawarkan sesuatu yang tak bisa kau tolak.”Adam mengangkat alis. “Aku jarang menolak sesuatu yang menguntungkan.”Aurora mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, matanya bersinar d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status