Romano dan Bernard mengantarkan mereka kembali ke kota Marseille. Menikmati pemandangan laut Mediteranean. Fort Saint - Jean benteng bekas perang dunia ke II yang masih tegak berdiri. Gabriel dan Alexandra butuh waktu berpikir, sejak keduanya berbicara dengan Monsieur Didier.
Lalu lalang para turis dan pekerja di pelabuhan Marseille membuat suasana hati mereka makin gaduh. Gabriel berhenti berjalan, lalu menggenggam tangan Alexandra menyeberang ke sebuah cafe. Memesan beberapa menu untuk mereka berempat.
"Kita istirahat, makan siang dulu. Aku tidak ingin dianggap telah mengekang hidupmu. Namun sebaiknya kau mengetahui, Camorra. Kau dan adikmu Angela sedang dalam keadaan bahaya. Keputusan untuk tinggal bersama denganku itu lebih baik, dari pada kau harus menghadapinya sendirian!'
"Aku akan pertimbangkan, Gabriel! Tapi pernyataan tadi membuat diriku tak nyaman. Perasaan driku mengingkari, jika memang ayahku yang melakukan sabotase atas kecelakaan pesawat orang
Romano dan Bernard memasang garis parameter diantara mereka berdua agar gadis itu tidak salah menyerang atau diserang. Sebelum sempat masuk ke dalam apartemen tiba-tiba datang seorang pengantar pizza. Alexandra menyapa pria itu dengan manis sekali. Gabriel muak melihatnya dari jauh, gadis itu disuruh bekerja menyerang musuh, bukan malah menggoda pengantar pizza! Keparat kau, Camorra! Rutuknya kesal di dalam hati. Beberapa kotak pizza segera diserahkan ke tangan gadis itu, sejumlah uang Euro diberikan berikut tipsnya yang besar. Wajah pengantar pizza begitu senang, tak perlu mengantar sampai ke lantai 6. Seorang gadis cantik sudah membayarkan semua pesanannya. Sekarang mereka pun bergerak masuk lift menuju ke atas. Romano dan Bernard berhenti di lantai 5, pergi ke pintu tangga darurat. Gabriel menahan pintu lift sedikit lama, memberi jeda agar kedua pengawalnya tiba di lantai 6 memantau keadaan. Tombol lift menutup pintu kembali. Alexandra segera berak
Jet pribadi Gabriel Nostra mengudara ke Napoli. Kunjungan mendadak menemui Zio Anthony Marriott. Minuman untuk mereka bertiga tersaji di meja merayakan kemenangan atas rampasan besar di Marseille sore tadi. Perjalanan 1 jam 37 menit cukup waktu mengistirahatkan tubuh mereka lagi. "Gabriel, apa jumlah uang tersebut telah melunasi seluruh hutangku?" "Belum! Kau tahu berapa harga senjata yang kau curi dari kontainer milikku? Itu modifikasi terbaru senapan sniper dengan jarak hampir 4 kilometer. Russia yang memiliki teknologi itu, di rancang ulang oleh teknisiku!" "Tapi Gabriel, nilai rampasan dari Damien keparat tadi sudah cukup besar. Kau selalu bilang aku memiliki hutang, padahal sudah tidak ada lagi. Kau hanya ingin mempermainkan, mengikatku ke dalam kehidupanmu!" "Harga satu senapan itu lebih mahal dari biaya kuliahmu, Camorra. Camkan itu!" Pria tampan itu menyalakan cigarette, menikmatinya. Kemudian jarinya mulai mengetuk meja membuat irama.
Alexandra dan Gabriel Nostra menyimpan dendamnya masing-masing. Tangan Anthony meraih tangan mereka berdua di atas meja, menggenggam dengan erat. "Kalian masih muda, begitu panjang kehidupan di depan. Ambilah hikmah dari kata-kata orang tua seperti diriku dan Monsieur Didier." Mata tajamnya memandangi wajah mereka. Melanjutkan kalimatnya yang belum selesai. "Kalian tidak akan pernah sendiri lagi. Kami mengawasi setiap langkah perjalanan bisnis kalian selama ini. Perseteruan mengenai siapa yang membunuh orang tua kalian masih misteri. Dan sebaiknya berdamailah dengan hati kalian, semua pasti terbuka pada waktunya!" "Baiklah Zio Anthony!" Gabriel dan Alexandra menjawabnya bersamaan. Walau masih banyak tanda tanya di hati dan pikiran masing-masing. Beruntung mereka tidak pulang ke Puri Milano malam ini. Mungkin akan terjadi pertengkaran besar tak terelakkan lagi. Tak ada yang dapat menasihati atau menengahi keduanya. "Beristirahatlah sekarang, be
Milan "Brengsek kau, Antonio! Seharusnya kau habisi putri tirimu kemarin. Mulut besar milikmu itu mengacaukan semuanya!" "Armando, kau juga bedebah hanya menikmati hasil rampasan keluarga Camorra, tapi tidak mau menerima pembalasannya. Aku dan sekretaris Gabriel Nostra berusaha menghabisinya. Ternyata ada orang lain ikut campur di dalam urusan kita semua. Wanita jalang Natasha itu pun sudah tidak ada kabar beritanya, kehilangan informasi soal Gabriel sekarang!" "Semua ini ulahmu, Antonio! Sudah aku peringatkan bertahun-tahun agar kau tidak menyalah gunakan assets milik Frank Nostra dan Daniel Camorra ke sembarang investasi. Sekarang putra putri mereka mudah melacaknya!" "Diam kau Armando! Kalau kau tidak ingin diburu oleh Gabriel Nostra, maka habisi dirinya agar permasalahan kita cepat selesai!" Antonio tidak bisa menahan amarahnya pada rekannya sendiri. Armando, Brando dan Carlo ikut menyerang dirinya. Sementara mereka ikut s
Moscow Hotel mereka berada tak jauh dari lokasi yang terkenal The Kremlin, Red Square, St. Basil's Cathedral and Christ the Savior Cathedral. Gabriel memutuskan menginap di Moscow. Mereka bertemu dengan Bratva mafia Russia di jamuan makan malam, atas undangan dari Nikolaj. Alexandra Camorra tampil sangat cantik menawan malam ini, walau hanya riasan natural di wajahnya. Tapi usia mudanya yang membuat para pria tak berhenti memandanginya. Gaun pendek membalut tubuhnya, dan boots tinggi sampai tungkai kakin menambah point dirinya. Tak ada yang mengira apa yang ia selipkan di sana. Sekali lagi Gabriel mengutuk dirinya. Tidak ingin gadis itu menebar pesona di dalam pertemuan Bratva mafia Russia. Romano berdiri bersama pengawal majikan lainnya. Banyak perempuan cantik sengaja di datangkan Nikolaj agar menambah suasana tidak terlalu tegang. Hanya Gabriel Nostra yang membawa pasangannya, sementara yang lainnya bersama pengawal saja. P
Sudah beberapa hari sejak kepulangan mereka dari Rusia. Gabriel Nostra tidak banyak berbicara lagi. Akhir pekan tidak menyenangkan bagi semua orang di Puri Milano. Tak terkecuali Angela Camorra sedikit merajuk merengek pada Gabriel karena kesibukan bekerja bersama kakaknya, jarang bermain atau menyiapkan makan pagi untuknya. Pengasuh Elisa mengingatkan Angela dengan lembut. Gabriel sedang sibuk menangani banyak masalah di kantor, dan tidak boleh mengganggu dirinya. Putri kecil itu terus merajuk cemberut, hingga sang mafia harus turun tangan sendiri menenangkan dirinya. "Ada apa Angela, sayang? Kau bangun pagi, dan langsung merengut begitu padaku?" "Zio Gabriel, mengapa kau jarang di puri ini, selalu membawa kakakku terus pergi? Apa kalian tidak sayang padaku lagi?" "Oh no, Angela! Kau kesayangan kami semua di sini. Kakakmu sedang bekerja di kantor, kami harus pergi ke tempat lain menemui teman kerjaku juga." "Mengapa Zio Anthony
Anthony menunjukkan kamar baru bagi Angela Camorra, desain interior yang sangat cantik dan banyak mainan mahal di dalamnya. Ia telah menyiapkan segalanya demi menyambut kedatangan keponakannya. Melepas Angela dari pelukannya, membiarkan putri kecil itu melompat di ranjang mewahnya. Angela pantas mendapatkan semua yang dimilikinya, begitu pun Alexandra. Tapi Anthony belum menceritakan yang seutuhnya, tentang hubungan dirinya dengan Rosaelia. Identitas kedua keponakannya masih menjadi rahasia, sampai musuh orang tuanya dilenyapkan lebih dulu. Pengasuh Elisa tidak begitu jauh dari usia Rosaelia. Begitu terkejut saat bertemu Tuan Anthony untuk pertama kalinya. Ia menyembunyikan sesuatu di dalam hati dan pikirannya. Tapi ketika ia hanya berdua Angela di kamar menemaninya tidur siang. Tuan Anthony mengajaknya berbicara. "Maafkan pertanyaanku, Elisa. Apa kau sebelumnya bekerja di kediaman Antonio dan Rosaelia?" "Ya, Tuan Anthony. Aku bekerja di sana se
Siang ini Alano menepati janji, tiba di kediaman Anthony Marriott. Gabriel dan Alexandra ingin mendengar penjelasannya sekali lagi. Kali ini Anthony mengajak mereka berbicara khusus di ruang kerjanya. Tuan rumah sangat tahu dengan siapa ia berhadapan kali ini. Pengawal Alano bukan orang asing baginya. "Aku tahu siapa kau sebenarnya, Alano!" "Anthony, kau jelas sangat mengenal aku. Setelah sekian lama mengawal Frank Nostra. Kau selalu ada di dekatnya, sebagai sahabatnya. Apa kau tidak mau memberiku kesempatan agar memperbaiki semua ini?" "Kesempatanmu sudah hilang, sejak kau dinyatakan menghilang atau mati! Mengapa kau berani datang menampilkan wajah busukmu lagi. Aku tidak akan percaya dengan kata-katamu lagi, kau pembohong yang sempurna!" "Maafkan aku, Anthony! Saat itu telah aku putuskan pergi dari Milan menghindari ancaman dari keparat Antonio dan rekannya. Gabriel masih dalam keadaan bahaya jika langsung menemuinya. Luigi DiMaggio mengambi