Share

Rumah Dosen

last update Last Updated: 2024-12-19 12:44:33

Baru saja aku hendak kembali ke kelas, beberapa orang tiba-tiba memanggilku.

"Clara?" panggil mereka. Ya, aku tahu nama ini memang mirip merek sampo clear, tapi itu pemberian dari emak dan bapakku. Masa iya aku harus minder hanya karena hal sepele begitu?

"Ada apa?" tanyaku dengan wajah sedikit bingung. Setahuku, aku tak pernah berurusan dengan mereka, apalagi dengan cowok-cowok kampus. Bukannya sok eksklusif, tapi aku memang lebih suka menjaga jarak. Bukan berarti aku kuper, hanya saja aku malas membuang energi untuk hal-hal nggak penting.

"Kami butuh bantuan kamu," ujar salah satu dari mereka dengan nada memelas.

"Bantuan apa? Asal bukan yang aneh-aneh," jawabku sambil mengangkat alis. Jangan sampai aku disuruh ikut-ikutan membully orang atau hal konyol lainnya. Bisa-bisa aku kena masalah besar.

"Bukan, kok. Cuma nemenin kita ke rumah Pak Dosen Maut buat ngerjain tugas. Nanti kita kasih kamu uang yang lumayan," ujar mereka lagi, seakan tahu aku sedang butuh uang.

Sepertinya mereka tahu betul aku tidak akan menolak tawaran seperti ini. Sebenarnya sih malas, tapi apa daya, belum ada pekerjaan lain. Lumayanlah, uangnya bisa aku pakai buat jajan dan bantu emak di rumah, meskipun cuma sedikit. "Kerja apa? Cuma nemenin doang, kan? Jangan macem-macem deh!" tanyaku memastikan untuk terakhir kali.

Mereka serempak mengangguk. Kalau begini, aku jadi lebih tenang.

"Ya sudah, tunggu sampai jam kampus selesai," jawabku akhirnya. Mereka langsung bersorak kecil seolah beban mereka terangkat. Dalam hati aku bergumam, Lumayanlah, cuma jadi 'tameng' doang. Kalau pun nanti mulut pedas Pak Dosen itu mengarah ke aku, anggap aja itu risiko tambahan.

Sungguh ironis. Pak Dosen ini sebenarnya ganteng, terlalu ganteng malah, tapi mulutnya lebih tajam daripada samurai bahkan jarum. Sekali bicara, mood orang bisa hancur berkeping-keping.

Beberapa jam kemudian, di sinilah aku berdiri. Di depan rumah besar dan megah milik Pak Dosen yang terkenal "maut" itu. Bersama beberapa kakak senior yang terlihat lebih tegang dariku. Jangan tanya kenapa aku mau terjebak di sini. Tugasku cuma menemani mereka, bukan ikut campur soal urusan bimbingan mereka.

Aku menekan bel pelan-pelan. Tak lama kemudian, pintu gerbang terbuka, dan yang muncul adalah sosok yang paling aku benci junior soker di kampus yang kerjaannya cuma ngusilin aku.

"Ada Kak Clara nih! Mau ikut bimbingan juga, ya? Bukannya baru tingkat dua?" tanyanya dengan senyum nyebelin.

Wajah tengilnya bikin mood langsung turun. Kalau kakaknya dingin seperti pangeran es, bocah ini malah mirip kerikil tajam kecil tapi bikin nyebelin.

"Gak usah kepo," jawabku malas. Tapi dasar bocah nggak tahu malu, dia malah cengar-cengir kayak orang baru dapat hadiah dorprais.

"Galak amat, Kak. Mana ada abang yang mau sama senior galak begini," godanya lagi. Aku hanya mendelik tajam ke arahnya, berharap tatapan mataku cukup bikin dia diam. Bukannya kapok, dia malah ketawa kecil seperti anak yang puas bikin orang kesal.

Aku malas meladeninya. Langsung saja aku mengikuti langkah senior-senior lain yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk dan bertemu Pak Dosen maut alias Pak Aris,seperti biasa, tatapannya langsung menohok ke arahku. Bahkan sebelum ia membuka mulut, aku sudah bisa menebak kalimat pedas apa yang akan keluar.

"Kamu ngapain di sini?" tanyanya tajam, seperti biasa.

"Saya nganter kakak kelas yang mau bimbingan, Pak," jawabku pelan, berusaha sopan meski dalam hati aku gemas. Kenapa sih nggak pura-pura nggak lihat aja?

"Saya bukan malaikat pencabut nyawa. Kalian bisa bimbingan dengan tenang. Dan kamu," ujarnya sambil menunjuk ke arahku.

"I-iya, Pak?" jawabku dengan hati dag-dig-dug, yakin kali ini pasti ada hukuman aneh lagi.

"Ke dapur. Bikin saya kopi!" ucapnya singkat, tegas, dan nyebelin. Lah ini rumah apa kedai kopi, sih? pikirku dalam hati.

Tapi aku cuma bisa patuh. Nolak berarti bikin masalah lagi, dan dosen maut ini bukan tipe yang suka main-main.

Aku berjalan mencari dapur di rumah besar ini, tapi malah bingung sendiri. Baru saja aku mau frustrasi, tiba-tiba si junior soto muncul lagi.

"Kak Clara cari apa?" tanyanya lagi-lagi dengan senyum menyebalkan.

"Cari kandang ayam," jawabku kesal. Kalau ada sekop, mungkin sudah aku timbun ini bocah. Dia malah tertawa ngakak kayak mendengar lelucon lucu.

"Dapurnya di depan, belok kiri," ujarnya akhirnya sambil terkikik. Aku langsung melengos pergi, malas berurusan dengannya lagi.

Sampai di dapur, aku langsung mengambil kopi hitam dan menyiapkannya. Untung aku tahu selera kopi Pak Aris—hitam, pahit, nggak kental, tapi juga nggak bening. Pernah dia sebutkan sendiri di kelas. Aku berusaha menuangkannya dengan takaran pas, sambil berdoa semoga ini cukup menyelamatkan nilai semesterku.

Kopi selesai, aku membawanya kembali ke ruang bimbingan. "Ini, Pak," ujarku sambil meletakkan cangkir di mejanya dengan hati-hati.

"Hmm," jawabnya singkat tanpa melihatku. Dingin seperti biasa. Bodo amat.

Aku berniat meninggalkan ruangan, tapi para kakak senior menatapku dengan pandangan memelas seolah-olah memohon agar aku tidak meninggalkan mereka sendirian. Dengan terpaksa, aku duduk di belakang dan pura-pura sibuk bermain ponsel. Ya, anggap saja ini bonus belajar gratis.

Satu hal yang mengganggu—entah kenapa, aku merasa ada seseorang yang diam-diam memperhatikan aku sejak tadi.

Dua jam berlalu. Bimbingan selesai. Kakak-kakak senior itu membayar jasaku dengan dua lembar uang merah sesuai kesepakatan. Lumayan, pikirku. Setelahnya, mereka buru-buru pergi meninggalkanku sendirian.

Langit mendung. Aku buru-buru berniat pulang dan berpamitan. "Pak, saya pulang dulu," ucapku sopan.

Pak Aris hanya melirik ke luar jendela sebentar. "Ya," jawabnya singkat.

Baru saja aku melangkah keluar,

DUAR!!!!

Hujan turun deras tanpa aba-aba. Langit yang tadinya cuma mendung langsung berubah menjadi kelabu pekat.

"Ya Tuhan... hujan," gumamku, pasrah. Di luar sudah mulai gelap.Dan aku, sialnya, terjebak di rumah ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Salah Paham

    "Mas, kayaknya aku telat. ""Telat bayar hutang? " Tanya Aris sambil menatap mata Clara."Telat datang bulan."jawan Clara, Aris langsung memeluk Clara, Clara kaget'bukan main."Mas marah."tanya Clara,"Kenapa harus marah, mas seneng karna ada hasilnya juga." balas Aris sambil menyentil kening Clara."Hasil apa, di kira tanaman?" Clara ngomel, Aris mencium pipi jidat dan bibirnya."Hasil tanam cinta. "bisik Aris , Dan satu pukulan bantal mengenai wajah Aris, akibat Clara terlalu salting."Hahahaha. "Aris tertawakan renyah, kemudian dia menarik Clara kedalam pelukanya lagi."Tidurlah. "Ajak Aris, dia memejamkan mata, tapi pikirannya kemana-mana, banyak cabang yang iya pikirkan dan salah satu di antaranya adalah Clara." Mas mau nidurin aku gak? " "Omonganya Clara ambigu banget , bikin orang yang dengar salah paham." Nidurin gimana? "Tanya Aris sambil tersenyum geli." Iya bikin aku tidur, soalnya gak ngantuk. "Ucap Clara sambil ngedusel di perut bagian atas milik Aris.Aris berbisik p

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Flashback Aris

    "Bisa buatkan kopi. "Dia segera bangkit dan mengiyakan, raut wajahnya tidak kesal, kepaksa atau suka, dia datar-datar saja, gak bisa di tebak perasaannya seperti apa."Iya Pak. " Jawabannya dengan suara yang amat sangat lembut, tidak di lembut-lembutkan atau di manis-maniskan."Antarkan ke ruangan saya. Jangan lupa kopi hitam tidak manis dan tidak pahit"Dia berkata iya, setelah itu berjalan menuju pantry."Wei Aris, ngerjain anak baru eh. " Leo memang hobi nggetin orang."Sok tahu. "Lalu berjalan menjauhi Si leo menyebalkan yang tukang nyebarin rumor sembarangan."Atau jangan kau tertarik pada dia. "Tebaknya dengan nada alis yang di angkaat, raut wajahnya meledek" Berisik. "Ku lanjutkan perjalanan kakiku menuju ruangan ku, ku perhatikan semuanya, semua tingkah para mahasiswa dan mahasiswi itu, tapi tak ada yang seperti perempuan itu dalam segala hal.Kalau di bilang cinta pada pandangan pertama, ngak, bisa di bilang ke arah tertarik.Pas dia datang dan membawa kopi, ku Jaga image d

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Sayangnya Clara

    Sayaaangnya Clara, Clara menatap layar laptop itu dengan jenuh, pak Leo menjelaskan dengan payah batin Clara, baru jam 10 pagi, tapi hatinya Clara udah kangen sama Aris.Dia ngambil hpnya, HP pemberian Aris beberapa hari yang lalu, walaupun ngasihnya diam-diam, tapi seneng juga sih."Mas, kapan balik, " Clara tersenyum tipis dia ngirim juga foto selfie.Setelah itu Clara menutup hpnya, dan kembali menatap layar laptopnya, Clara memaki leo diam-diam."Kapan sih selesainya hadeh." Padahal dulu Leo adalah dosen kesayangannya, tapi sekarang kok melihat dia membosankan sama sekali. Yang ada di benaknya cuma Aris saja seorang tak ada yang lain, Clara niat nya mau berdiri kok tiba-tiba pusing keleyengan.Sementara itu di tempat Aris.Aris yang tengah mengajar dengan konsentrasi, di kagetkan oleh notifikasi hpnya sendiri.Hampir saja dia melemparkan hpnya, jika saja tak melihat notifikasi hpnya dari siap, Aris tersenyum kecil, ketika melihat Foto Clara mana pose manja, dia jadi pengen buru-bu

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Masuk Bath Up

    Clara merasakan hal aneh, kok bisa-bisanya dia mau mandi sama Aris, padahal biasanya dia anti banget mandi sama Aris."Kamu beneran mau mandi sama mas? " Tanya Aris meyakinkan Clara ."Iya mas, biar tidurnya nyenyak, tapi mandi doank." Clara mengingatkan Aris, agar dia tidak macam-macam padanya." Baiklah, masuk bath up duluan, mas atur dulu suhunya. " Ucap Aris, dia mengatur suhu air Bath up, serasa air hangatnya sudah nyaman untuk di pake mandi, Aris menyuruh Clara untuk mandi duluan."Masuk duluan. "Ucap Aris, tapi tiba-tiba Clara bilang ssuatu yang membuat Aris kaget, nada manjanya bikin hati Aris berdesir hebat."Gendong mas. "Ucap Clara ." Iya mas buka baju dulu. "..Ujar Aris, dia baru saja melepaskan baju atasannya. Clara sudah langsung nemplok di pinggangnya. Mau tak mau Aris tersenyum tipis, setipis benang woll."Gak sabaran, "komentar Aris, yang di balas Gombalan receh ala Clara ."Bau badan mas enak. "Balas Clara , dia malah mencium bau tubuh Aris dengan sengaja." Udah-u

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    POV Clara

    Clara Pov."Sayangnya mas, " Dua kata itu terus terngiang-ngiang di otaku. Mana perjalanan panjang lagi, hampir seharian dari depok ke Malang, aduh ini kepala sudah puyeng bukan main."Kamu kenapa?" Tanya Mas Aris, mungkin dia melihatku yang sudah lemah tak berdaya mau muntah."Mau muntah Mas, " Ucapku, aku gak tahan lagi, bodo amat kalau mau di ledek. Tapi raut wajah Mas Aris terlihat biasa aja,Mas Aris memberhentikan mobil yang kami tumpangi di dekat warung jalanan."Kenapa gak ngomong, kalau mabuk naik mobil. " Ucap Mas Aris, setelah aku dan dia istirahat di tepi jalan."Memang kalau aku bilang, gak ada jaminan mas ngeledek. " Ucap ku, malah sedikit emosi, mual dan pusing, rasanya mau ngeluarin semua isi perut.Terdengar Mas Aris menghela nafas, dia mengambil sesuatu dari dalam mobil, yang ternyata botol minum, serta obat anti baper, eh bukan tapi anti muntah karna mabuk kendaraan"Trauma sekali sama mas ya, " Ucap mas Aris padaku, dia memberikan obat serta air putih."Gimanaa gak

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Gak Jadi LDR

    Aku belum paham, dengan apa yang di omongin mas Aris tadi."Mas mau pergi, terus aku sama siapa?" Aku menatap nya dengan mata-mata berkaca-kaca.Mas Aris mengusap rambutku dan menyelipkan rambutku ke belakang telinga."Ada mas." Jawab Mas Aris,"Mas Aris kan mau pergii, terus aku di rumah sendiri. " Aku menatap mas Aris sedih."Enggak sendiri, ada Arieskan. "Ujar Mas Aris meyakinkan."Ya kalau sama Arieskan gak bisa ketekan mas. " Ucapku yang malah membuat Mas Aris tertawa, seumur aku kenal dia, baru kali ini aku melihat Mas Aris tertawa sampai giginya keliatan."Ketekan yang begini" Ucap Mas Aris, sambil memasukkan ku kedalam keteknya."Mas ketekmu bany-Belum selesai aku ngomong dia main cium aja, udahlah dia mah pasti mau minta jatah, ujung-ujungnya, untung dia ganteng, untung aku juga sayang.Clara Pov end.Aris mencium aroma tubuh Clara. Dia menarik selimut untuk menyembunyikan kegiatan mereka."Mau ngapain mas. " Tanya Clara pura-pura polos."Entah." Aris kembali mencium Clara, C

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status