Dari pencarian tersebut Thomas menemukan sebuah laporan berita tentang organisasi rahasia yang Bernama “The Heptagon”, sebuah organisasi rahasia yang memiliki struktur yang sangat terorganisir dan tersistematis, dengan cabang-cabang yang tersebar di seluruh dunia. Mereka mengendalikan berbagai aspek perdagangan ilegal, mulai dari narkoba, senjata, hingga perdagangan manusia. Keberadaan mereka sangat tersembunyi, namun pengaruh mereka begitu besar sehingga mereka mampu memanipulasi pasar gelap dan menjalankan operasi mereka dengan efisien.
Saat Thomas membaca lebih banyak tentang The Heptagon, dia mulai memahami bahwa organisasi ini memiliki hubungan yang erat dengan Sam dan toko korannya. Dia juga menemukan bahwa Sam adalah salah satu anggota penting dalam organisasi ini.
Dengan informasi ini, Thomas merasa semakin curiga dan takut. Dia menyadari bahwa dia terlibat dalam jaringan kriminal yang sangat berbahaya, dan jika dia terlalu terlibat, dia dan keluarganya bisa menjadi target balasan dari pihak-pihak yang ingin menjaga rahasia organisasi ini tetap tersembunyi.
Thomas merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Di satu sisi, dia berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Sam, yang memberinya makanan dan pekerjaan. Di sisi lain, dia khawatir bahwa keterlibatannya dengan The Heptagon bisa membahayakan adiknya. Dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan yang bijaksana untuk melindungi keluarganya, namun dia tidak tahu bagaimana caranya.
Pada suatu malam, ketika semua orang di rumah tertidur, Thomas duduk di meja kecil di sudut ruangan, merenung tentang semua yang telah dia ketahui. Dia melihat foto keluarga lama mereka yang masih terpajang di dinding reruntuhan rumah foto keluarga bahagia sebelum semuanya berubah. Foto itu menjadi pengingat betapa berartinya keluarganya, dan betapa pentingnya baginya untuk melindungi mereka dari bahaya apa pun.
Dengan tekad yang kuat, Thomas memutuskan bahwa dia harus mencari cara untuk keluar dari dunia bawah ini tanpa membahayakan keluarganya. Namun, dia juga tahu bahwa itu tidak akan mudah. The Heptagon adalah organisasi yang sangat kuat, dan Sam adalah termasuk anggota penting didalamnya. Thomas merasa bahwa dia harus lebih berhati-hati dan mencari bantuan sebelum terlambat.
Hari berikutnya, Thomas datang ke toko koran lebih awal dari biasanya, merasa bahwa waktunya hampir habis untuk mengambil keputusan. Dia menemukan Sam sedang mengatur koran di rak depan, seperti biasa. Namun, hari itu ada sesuatu yang berbeda. Sam tampak lebih serius dan waspada, seolah-olah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
“Selamat pagi, Thomas,” sapa Sam dengan senyuman yang hangat namun terbaca ada kekhawatiran di matanya. “Bagaimana tidurmu?”
Thomas mengangguk, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. “Pagi, Paman Sam. Saya tidur cukup, terima kasih.”
Sam menyentuh bahu Thomas dengan lembut. “Kau sudah melakukan pekerjaan yang sangat baik, Thomas. Aku bangga padamu.”
Namun, Thomas tidak bisa menahan rasa penasaran dan kekhawatirannya. “Paman Sam, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan. Saya mulai memahami lebih banyak tentang operasi kita di sini, dan saya merasa ada sesuatu yang tidak beres.”
Sam menatap Thomas dengan mata yang penuh rahasia. “Aku tahu kau mulai memahami lebih banyak, Thomas. Tapi kau harus berhati-hati. Dunia ini penuh dengan bahaya, dan kau tidak bisa terlalu penasaran.”
Thomas merasa ada sesuatu yang Sam sembunyikan, namun dia tidak tahu bagaimana cara mengungkapnya. “Saya hanya ingin memastikan bahwa kami semua aman dan bahwa saya tidak membahayakan keluarga saya.”
Sam tersenyum bijaksana, namun nada suaranya menunjukkan bahwa dia memahami kekhawatiran Thomas. “Aku mengerti, Thomas. Tapi kau harus fokus pada pekerjaanmu dan menjaga keluargamu. Jangan biarkan rasa penasaran menguasaimu.”
Namun, Thomas merasa bahwa Sam tidak memberinya jawaban yang memadai. Dia mulai menyadari bahwa Sam adalah seseorang yang tidak biasa di dunia bawah ini, dan bahwa toko koran itu lebih dari sekadar tempat untuk menjual berita. Sam adalah bagian dari jaringan kriminal yang jauh lebih besar, dan toko koran itu hanyalah salah satu dari banyak alat yang digunakan untuk menjalankan operasi mereka.
Pada suatu malam, saat Thomas sedang bekerja di toko koran, dia mendengar suara-suara yang tidak biasa dari ruang bawah tanah. Dia merasa penasaran dan memutuskan untuk mengecek apa yang terjadi. Dengan hati-hati, dia membuka pintu kecil yang mengarah ke ruang bawah tanah dan melihat beberapa orang berdiri di sana, berbicara serius tentang sesuatu yang penting.
Thomas merasa takut, tetapi rasa ingin tahunya membuatnya tidak bisa mundur. Dia mulai mengintip lebih dekat dan melihat Sam sedang berbicara dengan beberapa orang lain di ruang bawah tanah tersebut. Mereka membahas operasi besar yang akan segera dilaksanakan, dan Thomas menyadari bahwa dia terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan.
Dengan napas tertahan, Thomas menyadari bahwa dia harus membuat keputusan cepat. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus terlibat dalam operasi ini tanpa membahayakan dirinya dan keluarganya. Namun, dia juga tahu bahwa keluar dari dunia ini tidak akan mudah, terutama dengan kekuatan dan pengaruh The Heptagon.
Pada saat itulah, Sam mendekatinya dengan langkah yang tenang namun tegas. “Thomas, kau sudah cukup penasaran, bukan?” tanya Sam dengan suara yang tenang namun penuh kekuatan.
Thomas merasa panik dan tidak tahu harus berkata apa. “Saya... saya tidak tahu apa yang kau maksud, Paman Sam.”
Sam menatapnya dengan mata yang tajam. “Aku tahu kau telah melihat lebih banyak dari yang kau bayangkan. Tapi kau harus mengerti bahwa ada alasan mengapa kita melakukan semua ini. kami adalah bagian dari dunia yang belum bisa kau lihat.”
Thomas merasa terjebak dan takut. Dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti perintah Sam atau membahayakan keluarganya. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam kebingungan dan ketakutan.
“Paman Sam, saya tidak bisa terus seperti ini. Saya harus melindungi adik-adik saya,” kata Thomas dengan suara gemetar.
Sam mendekatinya dan menepuk bahunya dengan lembut. “Aku mengerti, Thomas. Tapi kau harus pintar dan berhati-hati. Kami bukanlah sesuatu yang bisa kau tolak begitu saja. Tapi aku percaya kau bisa menemukan jalan keluar yang aman.”
Dengan kata-kata itu, Sam meninggalkan Thomas yang masih terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. Thomas tahu bahwa dia harus segera mencari cara untuk keluar dari situasi ini. Sehingga Thomas memutuskan untuk tidak datang lagi ketoko koran dan akan berusaha untuk mencari pekerjaan lain yang aman baginya dan keluarganya.
Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta
Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J
Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me
Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,
Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn
Langit malam di Afrika Selatan terbentang luas, bertabur bintang yang bersinar di atas kota Johannesburg. Thomas berdiri di balkon kamar hotelnya, menghirup udara malam yang segar, tetapi pikirannya jauh dari ketenangan yang ditawarkan kota ini. Sudah dua minggu sejak operasi besar-besaran Heptagon menghancurkan Black Dawn di Afrika, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Thomas menoleh dan melihat Sebastian N'Dour berdiri dengan tangannya disilangkan di dada, ekspresi wajahnya tetap setenang biasanya."Kau seharusnya menikmati malam terakhir di Afrika sebelum kembali ke akademi," ujar Sebastian.Thomas mengangguk pelan. "Sulit untuk merasa lega ketika kita tahu bahwa ini belum selesai."Sebastian tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya sebuah pisau berbilah hitam dengan ukiran tribal khas Afrika. Ia menyerahkannya kepada Thomas."Ini sebagai kenang-kenan