Home / Urban / The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan / Bab 08-Kapal Rongsok - Part I

Share

Bab 08-Kapal Rongsok - Part I

Author: Aljum'ah R
last update Huling Na-update: 2025-02-08 10:41:44

Malam itu, langit London dipenuhi dengan awan gelap yang menggantung rendah, seolah-olah mencerminkan suasana hati Thomas yang penuh kegelisahan. Setelah beberapa minggu bekerja di toko koran Paman Sam, Thomas merasa ada sesuatu yang semakin gelap dan berbahaya yang mengelilinginya. Dia mulai menyadari bahwa keterlibatannya dalam The Heptagon bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng, dan setiap langkah yang dia ambil membawa dia lebih dalam ke dalam dunia yang penuh rahasia dan kekuasaan.

Semua bermula pada suatu pagi yang suram. Thomas bangun lebih awal dari biasanya, merasakan sesuatu yang berbeda di udara. Suasana dingin dan kabut tebal menyelimuti pelabuhan, menambah kesan kelam pada hari itu. Ketika dia melihat Jack dan Murphy yang masih tertidur di sudut ruangan, dia merasakan kekhawatiran yang tidak bisa dijelaskan. Mereka tinggal secara ilegal di rumah tersebut sebuah reruntuhan rumah tua yang hampir roboh, tempat satu-satunya perlindungan bagi keluarga kecil ini setelah tragedi yang menimpa mereka.

Thomas tahu betapa berbahayanya hidup secara tersembunyi. Setiap gerakan harus hati-hati, setiap langkah diambil dengan pertimbangan matang agar tidak menarik perhatian pihak berwenang. Namun, hari itu, sesuatu yang buruk tampak akan terjadi.

Saat matahari mulai naik, Thomas mendengar suara ketukan keras di pintu utama. Suara itu datang dengan ketukan yang tak biasa, lebih tegas dan mengancam daripada biasanya. Hatinya berdebar kencang, merasakan ketegangan yang tak terelakkan. Dengan napas tertahan, dia berjalan perlahan menuju pintu, adiknya yang masih terlelap memperhatikan gerak-geriknya dengan mata yang lelah.

Thomas membuka pintu sedikit, cukup untuk melihat siapa yang datang. Di luar berdiri sekelompok orang berpakaian seragam polisi, wajah-wajah mereka tampak tegas dan tanpa ampun. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan mata tajam dan nada bicara yang panik, melangkah maju dan berbicara dengan cepat.

“Saya harus pergi. Keluarga kami akan digusur,” kata wanita itu dengan suara yang gemetar namun tegas. Thomas merasa bingung dan takut. Dia tahu bahwa ini bukan sekadar pemberitahuan biasa, tetapi ancaman nyata yang bisa menghancurkan sisa-sisa kehidupan mereka yang tersisa.

Dengan cepat, Thomas mengangguk dan membiarkan mereka masuk. Namun, suasana semakin tegang ketika petugas itu memberi tahu mereka bahwa rumah mereka akan segera digusur karena tidak membayar sewa selama beberapa bulan terakhir. Thomas merasakan seolah-olah dunia di sekitarnya runtuh. Mereka hidup secara ilegal di rumah itu setelah kehilangan segalanya, dan kini ancaman penggusuran menjadi kenyataan yang tak terhindarkan.

Sambil mendengarkan pernyataan petugas, suasana di dalam rumah menjadi semakin tegang. Petugas-petugas itu mulai mengatur area sekitar rumah, memastikan bahwa tidak ada yang tinggal di dalamnya. Mereka memasang papan pengusir dan mengatur perlengkapan untuk membersihkan rumah dari barang-barang yang tertinggal. Thomas melihat ke belakang, mencoba mencari jalan keluar, namun semua pintu dan jendela sudah diblokir oleh petugas yang semakin agresif.

Rasa panik mulai muncul, dan dia merasakan adrenalin yang tinggi mengalir di nadinya. Jack dan Murphy terbangun dari tidurnya, melihat kerusuhan di luar dengan mata yang penuh ketakutan. “Kakak, apa yang terjadi?” tanya Jack dengan suara yang gemetar.

Thomas mencoba menenangkan mereka. “Tenang, kita akan cari cara untuk keluar dari sini,” jawabnya sambil berusaha tetap tenang meski hatinya hancur. Namun, ketakutan dan kepanikan membuatnya merasa semakin tidak berdaya.

Petugas pertama mulai memberi perintah keras, “Kita harus segera mengosongkan rumah ini. Semua barang harus dibawa pergi dalam waktu satu jam!” Thomas merasa kewalahan. Mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mengemas barang-barang mereka, apalagi membayar sewa yang sudah tertunggak selama beberapa bulan.

Dengan hati yang berat, Thomas berusaha mencari solusi. Dia tahu bahwa mereka tidak bisa tetap tinggal di rumah itu, tetapi dia juga tidak punya tempat lain untuk pergi. Dengan cepat, dia berusaha mengumpulkan beberapa barang penting makanan, pakaian, dan beberapa barang berharga yang mereka miliki. Namun, kerumunan petugas yang semakin mendekat membuatnya sulit untuk bergerak dengan bebas.

Dalam kekacauan itu, Thomas melihat Murphy, yang sedang duduk di sudut ruangan dengan mata berkaca-kaca, meraih ke arah wadah tempat sisa makanan dan Murphy dengan lemah mengangkat tangan untuk mengambilnya sambil menangis. Thomas merasa hatinya hancur melihat adiknya dalam kondisi seperti itu.

“Murphy, jangan ambil itu,” kata Thomas dengan suara serak, namun dia tahu bahwa dia tidak bisa menghalangi adiknya. “Kita butuh semua makanan yang ada.”

Setelah digusur dan diusir Thomas dengan kedua adiknya Dengan keputusasaan yang mendalam, segera pergi dengan barang bawaan yang bisa mereka bawa

Thomas dan kedua adiknya pergi bersama ke pelabuhan, berharap menemukan tempat yang bisa mereka sebut sebagai rumah sementara. Mereka berjalan melewati dermaga yang sepi, melihat kapal-kapal tua yang terdampar di pinggir laut. Salah satu kapal tua rongsok menarik perhatian Thomas. Kapal itu terlihat sudah lama tidak digunakan, tergeletak di pinggiran laut yang tidak terawat. Dengan langkah yang ragu-ragu namun penuh harapan, Thomas memutuskan bahwa ini adalah tempat yang tepat untuk mereka berlindung sementara.

Setelah memutuskan untuk tinggal di kapal rongsokan tersebut, Thomas mulai beraktifitas seperti biasanya. Meski hidup di kapal tua memberikan mereka perlindungan dari ancaman penggusuran, Thomas merasa tekanan semakin berat dengan tanggung jawab yang harus dipikulnya untuk menjaga keluarganya tetap bertahan.

Suatu pagi yang cerah, Jack, adik laki-lakinya yang berusia 10 tahun, bermain di dek kapal dengan penuh semangat. Murphy, adik bungsunya, sedang menikmati tidur siang di pojok ruang tamu kapal. Thomas memperhatikan Jack dengan senyum bangga, meski hatinya masih diliputi rasa cemas akan masa depan mereka.

Saat setelah Thomas pergi untuk mencari pekerjaan yang baru, Jack memutuskan untuk bermain lebih lama di sekitar kapal. Dia berlari-lari di atas dek, tertawa riang tanpa menyadari bahaya yang mengintai. Dek kapal yang rapuh dan ombak yang semakin ganas membuat langkah Jack tak stabil, namun dia terus bermain tanpa sadar akan risiko.

Jack kembali dengan wajah basah dan napas terengah-engah, membawa sebuah bungkusan kecil yang jatuh dari laut.

“Murph! Lihat, aku menemukan bungkusan makanan!” seru Jack sambil menunjuk bungkusan itu.

Murphy tersenyum riang melihat Jack kembali dengan temuan tersebut. Mereka memakan makanan temuan jack sambil tertawa riang, selanjutnya jack memutuskan untuk kembali mencari makanan yang mengapung di sekitar area kapal.

“Murp saya akan mencari makanan seperti ini lagi kamu tunggu disini ya…...!”………”Baik jack” jawab murph,

“bawa makanan yang banyak yaaa…..” seru murph berharap banyak.

Namun, kegembiraan itu segera berubah menjadi kepanikan saat Jack tiba-tiba menghilang. Murphy menoleh, namun Jack sudah tidak terlihat di mana-mana. Dia memanggil Jack, namun hanya mendengar gema suara di tengah kebisingan pelabuhan.

“Jack...Jack...Jack….apakah kita sedang main petak umpet teriak Murphy sembari menahan air mata, kakak Jack………..?” teriak Murphy, panik, berlari mencari Jack dengan mengelilingi dek kapal.

-------------> Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan   Bab 60 - Jejak Penghianat- Part 07

    Seraphine menyerahkan sebuah alat pendeteksi sinyal. "Bisa jadi mereka planting bukti palsu. Berarti kita harus ekstra hati-hati. Dan jika tokoh penting Jepang terbunuh lalu sidik jari kita di TKP…."Naomi menyelesaikan kalimat, "…maka perang meletus, dan The Heptagon dianggap teroris internasional. Benar-benar setan rencana ini."Melissa membuang napas berat. "Ya Tuhan, ini sudah masuk level 'perang bayangan' global. Satu langkah salah, kita bakar dunia."Thomas menggenggam sandaran kursi speedboat kuat-kuat. Dalam benaknya, ia ingat kata-kata Murphy waktu perpisahan: "Kau jangan terluka," tapi ternyata taruhannya bukan cuma dirinya ada potensi malapetaka global.Mereka melirik ke depan speedboat memperlambat laju, cahaya lampu kota Tokyo mulai tampak di kejauhan, bagai gugusan permata di malam kelam. Mereka siap merapat.Thomas menatap wajah rekan-rekannya satu per satu. Sadar bahwa situasi jauh di atas dugaan semula. Bukan saja ada senjata biologis, tetapi juga fitnah internasional

  • The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan   Bab 59 - Jejak Penghianat- Part 06

    Pesawat menembus batas malam, dan menurut pilot, dalam beberapa jam mereka akan mendarat di pangkalan rahasia dekat perairan Jepang. Dari sana, Tim Thomas bergeser dengan transportasi khusus menuju Tokyo. Suasana kabin masih senyap, sampai akhirnya Thomas mengumpulkan semua orang untuk penjelasan final."Kalian semua lihat pesan tak dikenal tadi. Ini menegaskan apa yang sudah disampaikan Chief Intel: ancaman kita lebih besar daripada sekadar senjata biologis di Tokyo. Tujuan musuh adalah memecah belah The Heptagon, memancing perang global. Apa pun maksudnya, kita harus membuat langkah awal menggagalkan mereka."Alex: "Ini tanggung jawab besar. Kita tim kecil, tapi di pundak kita nasib The Heptagon dan mungkin kestabilan dunia."Diego: "Heh, biasanya aku suka tantangan, tapi ini gila juga. Baiklah, kita lakukan yang terbaik."Flynn: "Kita harap Markas masih solid. Semoga The Line 51 dan Chief Intel bukan bagian dari faksi jahat. Kita benar-benar tak tahu siapa yang bisa dipercaya."Nao

  • The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan   Bab 58 - Jejak Penghianat- Part 05

    Tim Thomas terbang menuju cakrawala malam, memikul beban besar. Jejak pengkhianat masih samar, siap menikam dari belakang kapan saja, sedangkan rencana operasi Tokyo yang berani kini menanti di depan mata."Jika kami berhasil, The Heptagon selamat dari kehancuran internal dan ancaman global. Jika gagal, segalanya mungkin runtuh," demikian Thomas membatin, menatap langit luas melalui jendela kabin.Pesawat pun melaju stabil, membawa harapan dan kecemasan menuju fase misi berikutnya.Pesawat The Heptagon yang membawa Thomas dan tim (Alex, Diego, Flynn, Melissa, Seraphine, Naomi) telah mengudara meninggalkan Pulau Buatan di Samudra Pasifik. Malam menebar keheningan, hanya deru mesin terdengar di kabin. Cahaya panel navigasi menerangi wajah-wajah tegang mereka.Thomas duduk dekat jendela, menatap gelapnya bentang laut di bawah sana. Pikirannya berkutat pada pengkhianat yang belum terungkap dan potensi bencana di Tokyo.Alex sibuk dengan tablet, mencoba menyusun kalimat-kalimat diplomasi d

  • The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan   Bab 57 - Jejak Penghianat- Part 04

    Flynn menyalakan cahaya senter dari ponselnya. "Mustahil. Pulau ini punya generator cadangan. Ada yang tidak beres."Beberapa detik kemudian, lampu darurat berwarna merah menyala di atap, menerangi ruangan dengan cahaya suram. Terdengar suara peringatan lewat speaker:"Awas, gangguan sistem. Bukan latihan. Awas, gangguan sistem."Thomas langsung memerintahkan, "Alex, cek dengan Pusat Kontrol. Naomi, Melissa, cek koridor. Pastikan kita aman."Naomi & Melissa bergerak cepat ke pintu, sedangkan Seraphine menjaga laptop-laptop. "Flynn, coba cari tahu di jalur internal, apa yang terjadi?" perintah Thomas.Flynn duduk memantau tablet. "Aku melihat kesalahan jaringan. Seseorang memaksa down sistem kelistrikan dan menonaktifkan beberapa server. Bagian dari sabotase, mungkin?"Thomas memaki pelan. "Inilah si pengkhianat bergerak. Tujuan mereka mungkin memicu kekacauan sehingga kita tak bisa berangkat."Naomi kembali, napas terengah. "Lorong-lorong gelap. Baru saja kulihat dua agen keamanan ber

  • The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan   Bab 56 - Jejak Penghianat- Part 03

    Kazuhito melanjutkan, "Kalian akan diantar dengan pesawat khusus Heptagon ke dekat perairan Jepang. Dari sana, mungkin beralih ke kapal selam mini atau perahu cepat untuk menyusup. Detailnya masih dirumuskan Chief Intel keamanan harus dijamin agar tak terendus. Apalagi kabarnya media Jepang cukup sensitif dengan kapal asing."Thomas memberanikan diri bertanya, "Apakah ada kabar lain soal kebocoran data atau pelaku di dalam, Pak?"Kazuhito menggeleng. "Belum ada perkembangan signifikan. Karena itulah, kupikir lebih baik kalian segera keluar dari markas ini. Semakin lama di sini, semakin besar peluang pengkhianat melakukan sabotase. Lebih baik kalian bergerak cepat sebelum musuh menyesuaikan rencana."Sebuah keputusan pahit tapi logis: berlari dari ancaman internal dengan menyelesaikan misi di luar. Thomas memahami maksudnya. "Dimengerti, Pak. Kami akan bersiap."Kazuhito menatap setiap anggota tim. "Ingat, jika kalian gagal, tak hanya karir yang tamat, nyawa kalian pun terancam. The He

  • The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan   Bab 55 - Jejak Penghianat- Part 02

    Melissa, sang sniper yang selalu tampak berwibawa, menyilangkan lengan. "Setuju. Kita pun tak sempat menggelar investigasi total. Waktu kita untuk operasi Tokyo mepet. Barangkali kita harus berhati-hati di lapangan, siap kalau-kalau ada sabotaase."Thomas menyadari kebenaran itu. "Baik. Flynn, lanjutkan pencarian. Kita sisakan satu atau dua jam lagi untuk menggali data. Alex, tolong cek catatan agen-agen lelaki tinggi atau agen wanita tinggi? Kita tak mau mendiskriminasi. Bisa saja wanita, kan?"Alex mengetik di ponselnya. "Oke, kubuat listing. Tapi pasti panjang.""Tak apa. Minimal kita lakukan penyempitan," timpal Thomas. "Sekarang, mari kita bahas rencana operasi lapangan. Mungkin kita akan ubah detail, agar kalaupun data bocor, musuh tak menebak langkah kita."Semua orang menyiapkan catatan dan peta. Rapat ini berlanjut ke topik berikutnya poin 6: Rencana Operasi Lapangan dengan kesadaran bahwa seorang "musuh di dalam selimut" masih bersembunyi di antara mereka, siap menghancurkan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status