Share

4. RENCANA JAHAT

*Flashback on*

Manik hitam kecokelatan itu tak bergeming, menatap tajam ke arah satu sosok maskulin yang terduduk di hadapannya. Terlihat sebuah senyuman angkuh terlukis di wajah pria tampan tersebut, membuat wanita yang memandang ke arah pria itu menghela napas.

"Setelah meeting bessok" tanya wanita tersebut, ada keraguan dalam nada bicaranya. "Aku merasa sedikit khawatir, David," ujarnya kepada pria tampan bernama David tersebut.

"Ayolah, Nadia," David memutar bola matanya sembari mendengus. Jari pria itu kemudian tertuju ke arah Nadia.

"Kau menyukainya, bukan? Dengan begitu kau hanya perlu mengikuti rencanaku saja! Setelah itu, kau bisa mendapatkan Aldi."

Pandangan Nadia kembali bergeser kepada David. "Apa yang sebenarnya Aldi dan Reyna lakukan padamu sampai kau begitu bertekad untuk menghancurkannya?" tanya Nadia kali ini seakan menusuk manik mata David meminta penjelasan.

"Bukan Aldi, sosok utama yang sangat aku benci adalah Reyna, istrinya. Dia tidak pernah mau menerima cintaku. Padahal, aku sangat menyukai dan mencintai dia sejak dia masuk di lingkungan kampus. Segala macam usaha telah aku lakukan. Tetapi, dia terlalu angkuh. Sangat!”

Terlihat sekali rasa kesal di raut wajah David ketika mengungkapkan itu semua. Dia seakan mengingat kejadian beberapa tahun silam yang membuatnya dendam pada wanita yang dia maksud. 

Nadia kembali menatap gerak tubuh David, dia melihat laki-laki itu mengeraskan rahangnya dengan wajah merah dan tangan terkepal. Tampak dendam mendalam yang telah dia simpan sejak lama dan akan meledak.

"Dasar perempuan angkuh! Sok cantik, aku benci!" ujar David menambahkan dengan mimik wajah yang belum berubah.

"Ahh … cinta bertepuk sebelah tangan?" Goda Nadia seraya terkekeh. Wanita itu mengerling menggoda ke arah David.

"Sialan! Kau mengejekku?" ucap David dengan wajah tidak suka. Dia menghampiri Nadia dan menatap Nadia dari jarak yang lebih dekat.

"Jangan marahdulu dong, aku tidak bermaksud mengejekmu, aku bahkan ikut merasakan apa yang kau rasakan pada Reyna," kilah Nadia. Wanita itu membawa tangan kanannya ke pundak David mencoba menenangkan emosi David yang mulai tersulut.

David tersenyum miring, tindakan Nadia menenangkan dirinya sedikit membantu. 

"Apa imbalan untukku jika aku bisa membuatmu bersama Aldi, hm?" tanya David dengan tersenyum sarkas.

Kelopak mata Nadia mengerjap dengan sedikit raut terkejut membalas tatapan David, tapi dalam hitungan detik wanita itu ikut tersenyum. "Terserah kau dear, apa pun yang kau minta," bisik Nadia tersenyum nakal.

David tertawa senang mendengar janji Nadia. "Baiklah. Deal!" ucap David menyetujui. 

Keduanya tertawa kecil, ada harapan besar di hati mereka.  Seakan kompak mereka kemudian terdiam, sepertinya topik pembicaraan mereka telah menemukan titik yang mereka inginkan, terlihat dari gestur tubuh dan raut wajah mereka yang sangat puas.

"Apakah Aldi akan datang ke sini," tanya Nadia tiba-tiba setelah pembicaraan rencana yang akan mereka lakukan. 

David terdiam sejenak, dia  kemudian  mengangguk dan mengedipkan mata pada Nadia, mereka terlihat menunggu seseorang di restoran Jepang yang terlihat mewah.

"Tunggulah sebentar, cantik. Dia sudah dekat," jawab Aldi lirih.

*Flashback off*

****

Sore itu begitu melelahkan bagi Aldi. Baru saja dia sampai di rumah dan segera masuk ke dalam rumah dan disambut senyuman manis dari istri tercinta, Reyna Putri Ghania.

"Sepertinya kau lelah sekali, Mas," tutur Reyna seraya membantu membuka jas dan dasi Aldi.

"Iya. Aku ingin mandi. Kau sudah mandi, Sayang? Tidak ingin menemaniku?" Goda Aldi dengan mata menatap nakal. Aldi terpesona dengan sosok sang istri, mata tajamnya seakan ingin menelanjangi tubuh Reyna, istrinya.

Reyna mencubit perut suaminya gemas. Walau dia tahu bahwa sisa-sisa kelelahan timbul di wajah tampan milik Aldi, tapi dia selalu saja tidak bisa diam ketika suaminya itu menggodanya seperti ini. Rona merah menjalar di wajah cantik Reyna.

"Dasar mesum! Pergilah, aku sudah mandi, Bapak Geraldi Prayoga!" usir Reyna malu.

Aldi tahu sekali saat Reyna menyebut nama lengkapnya. Itu berarti wanita itu sedang kesal. Namun, momen seperti inilah yang membuat cintanya semakin besar saja pada wanita yang telah tiga tahun ini menemaninya mengarungi kehidupan.

 "Sekalian tolong bukakan kemeja suamimu, Sayang," pinta Aldi dengan nada manja.

Reyna mengerucutkan bibirnya. Namun, dia tetap saja melakukan perintah dari suami pujaan hati. Laki-laki yang selalu membuat dia jatuh cinta setiap hari.

Aldi mengusak kepala Reyna dengan gemas dan perasaan sayang yang membuncah. Dikecupnya puncak kepala Reyna singkat.

"Gini deh kalau manjanya kumat," ucap Reyna yang mulai membuka kancing kemeja Aldi.

"Biarin, manja sama istri sendiri juga," jawab Aldi santai masih dengan mata yang nakal dan tersenyum menggoda.

Saat membuka kemeja Aldi, Reyna mengernyitkan dahi karena wanita itu menangkap aroma yang bukan aroma khas Aldi, melainkan aroma parfum wanita. Seketika dada wanita cantik nan memesona itu berdesir.

Reyna baru kali ini mendapati hal yang aneh pada Aldi, di usia pernikahan yang sudah masuk tiga tahun.  Sekilas bayangan pengkhianatan melintas dalam pikiran wanita itu.

"Mas ...!" teriak Reyna tiba-tiba membuat Aldi terlonjak kaget. Laki-laki itu memandang penuh tanda tanya ke arah istrinya.

"Kenapa berteriak, Sayang. Ada apa, hm?" tanya Aldi.

Reyna tidak berkata sepatah kata pun. Wanita itu  malah  menyodorkan kemeja Aldi yang baru saja dia buka dan rencana akan dia bawa ke keranjang pakaian kotor.

"Iya, ada apa dengan pakaianku ini?" tanya Aldi bingung melihat ekspresi wajah Reyna sembari menerima pakaian miliknya yang disodorkan Reyna.

"Siapa yang tadi kau peluk, Mas? Aroma parfum ini bukan milikmu, ini parfum wanita, dan wanginya lebih dominan hampir memenuhi semua kemejamu!" cecar Reyna meminta penjelasan.

Aldi menelan saliva dengan kasar. Dia tidak tahu alasan apa yang akan dia katakan pada Reyna. Dia tidak ingin Reyna salah paham. Namun, untuk bicara jujur pun sepertinya sangat sulit sekali. 

Terbayang kejadian siang tadi, ketika Aldi bertemu Nadia di sebuah kafe sekaligus makan siang bersama. Mereka bertemu untuk membicarakan tentang kehamilan wanita itu dan kelanjutan nasib bayi yang dikandung Nadia.  

Saat pembicaraan selesai tiba-tiba kepala Nadia sakit dan dia muntah-muntah.  Aldi harus mengantar Nadia ke rumahnya. Laki-laki itu terpaksa harus menggendong    Nadia  karena kondisi Nadia yang lemah.

"Kau curiga padaku?" jawab Aldi mencoba menghindar. Mata Aldi mengikuti gerakan Reyna yang berjalan mendekat lalu menempelkan hidungnya di pakaian yang dia pegang.

Reyna menunduk memastikan penciumannya sekali lagi. Kali ini raut wajah Reyna berubah dan kemudian dia kembali berdiri tegak di hadapan Aldi.

"Kau tahu apa yang aku katakan benar, Mas," ucap Reyna lalu berbalik memunggungi suaminya dengan niat pergi meninggalkan Aldi.

Dengan sigap Aldi menahan langkah istrinya seraya membuang pakaian yang dia pegang ke lantai.

"Kau salah, Sayang. Itu aroma parfum ruang kerjaku, aku akui aromanya memang manis seperti parfum wanita. Terlalu menyengat!" tukas Aldi beralasan dan mengelak.

Reyna menggeleng marah karena tahu, Aldi masih saja berdusta. "Aku bukan wanita bodoh, Mas!"

"Jadi apa maumu? Kau ingin aku mengatakan bahwa hari ini aku bermesraan dengan seorang wanita, begitu maksudmu?"  tanya Aldi mulai terbakar emosi. Dia mulai terpancing.

Reyna kembali melanjutkan langkahnya bermaksud menjauhi Aldi. Hatinya panas karena yakin suaminya itu menyembunyikan sesuatu dan berdusta padanya.

"Terserah padamu, Mas! Aku hanya berusaha membuat suamiku berkata jujur."

"Tidak! Aku tidak terima kau menuduhku dengan sesuatu yang tidak aku lakukan!" jawab Aldi tidak mau kalah.

Reyna terhenyak dengan suara Aldi  yang berubah keras dan terdengar kasar di telinganya. Di benaknya hanya ingin satu. Dia ingin menangis. Dadanya terasa sesak karena yakin suaminya tidak berkata jujur.

"Aku tidak melakukan apa pun. Kau dengar? Dan, tolong percaya pada suamimu!" lanjut Aldi yang terus memperhatikan Reyna yang melangkah menjauh.

"Reyna, aku bicara padamu!"  seru Aldi lagi.

Langkah kaki Reyna terhenti, dia kemudian berbalik menghadap Aldi yang terlihat gusar menatapnya.

"Aku bukan bocah yang mudah Mas bohongi," jawab Reyna pelan namun malah membuat kesabaran Aldi habis dan memicu kemarahan di hati laki-laki itu.

"Oke ... oke!  Aku baru saja bercinta dengan seorang wanita. Kami bercinta sampai puas. Kau lihat, kan, hari ini aku lelah sekali? Tentu saja karena kami melakukannya berulang-ulang! Itu, kan, yang ingin kau dengar ...? Shit! Gila!" 

Prang!

Bersamaan itu lantai kamar telah penuh dengan semua alat rias Reyna. Barang-barang yang ada di atas nakas telah berpindah tempat dan hancur tak berbentuk.

Brengsek!

****

AN:

Sabar ya reader sayang aku, jangan emosi...Reyna sudah takdirnya di cerita ini harus menghadapi berbagai cobaan....Cerita ini terinspirasi dari beberapa cerita nyata. Kisah nyata kehidupan  rumah tangga di luar sana. Author. hanya mengembangkan dengan latar sosial dan lingkungan yang berbeda serta penambahan konflik untuk membuat cerita ini lebih menarik.

Tetap komen di setiap bab yg aku publish yaa, reader ku sayang...

Love u sekebon.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status