Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 5 Cuaca Tiba-tiba Berubah

Share

BAB. 5 Cuaca Tiba-tiba Berubah

last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-27 20:14:15

Di pelabuhan itu juga bertengger kapal pesiar yang berukuran lebih besar dari kapal yang disewa oleh ketiga gadis tadi. Pemiliknya yaitu Hezki Arion, seorang pengusaha yang bergerak dalam bidang perkapalan.

Kapal kecil itu berjenis speed boat cabin cruiser yang khusus dirancang untuk kegiatan rekreasi dan liburan. Kapal ini dilengkapi dengan kabin yang dapat menampung beberapa orang, serta fasilitas seperti dapur mini, kamar mandi, dan tempat tidur.

Dimensi speed boat cabin cruiser umumnya lebih besar dan lebih berat daripada jenis speed boat lainnya, yaitu panjang antara delapan sampai dua belas meter dan lebarnya berkisar antara tiga sampai empat meter. Mesin yang disematkan juga bertenaga tinggi, sehingga bisa digunakan untuk perjalanan jauh di atas lautan bebas dengan fasilitas yang memadai.

Ketiganya baru saja sampai di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka terlihat sibuk menaikkan semua barang-barang pribadi masing-masing ke dalam kapal pesiar berukuran kecil itu.

Setelah semua selesai mereka angkut ke atas kapal, Hezki pun mulai mengemudikan kapal tersebut. Semilir angin lautan menyapa awal perjalanan mereka pagi menjelang siang itu.

"Alam liar, lautan bebas! Tunggu kami!" teriak Edu senang di atas dek kapal.

"Yeah! Freedom! Welcome long holiday on the ship!" Ronald juga ikut-ikutan mengekspresikan perasaannya saat ini.

Di belakang kemudi kapal Hezki terlihat senyum-senyum sendiri melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian Hezki memperhatikan monitor di depannya. Pria itu sedang mengamati kondisi lautan. Ternyata semua dalam keadaan baik. Gelombang laut semakin ke tengah juga terlihat tenang. Angin laut juga tidak terlalu kencang.

Menyadari jika semuanya terlihat normal, Hezki pun mengaktifkan sistim navigasi otomatis. Pemuda itu mulai bergabung dengan kedua temannya yang sedang bersantai di dek kapal.

"Woi, Bro! Lo ngapain ke sini? Nanti Kapal kita bisa tenggelam!" seru Ronald khawatir.

"Ha-ha-ha. Lo tenang saja, Bro. Kapal ini tidak akan tenggelam. Gue sudah mengaktifkan sistem navigasi otomatis. Jadi kita aman sekarang," jawab Hezki sambil mengambil gitar di salah satu sudut kapal dan mulai memetiknya.

Ketiganya sedang bersenandung lagu salah satu grup band asal Inggris, Coldplay yang berjudul Paradise.

When she was just a girl, she expected the world

But it flew away from her reach

So she ran away in her sleep and dreamed of

Para-para-paradise, para-para-paradise, para-para-paradise

Every time she closed her eyes.

Selama berada di atas laut banyak hal yang dilakukan oleh Mira, Lia, dan Sera. Selain menikmati pemandangan laut yang sungguh indah. Mereka juga singgah di beberapa pulau-pulau kecil di wilayah kepulauan seribu.

Para gadis itu juga melakukan kegiatan berenang dan snorkeling sambil menikmati pemandangan bawah laut yang sungguh memukau. Apalagi negara Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.

Mereka sangat bangga menjadi warga negara Indonesia yang memiliki keindahan alam dan pulau-pulau kecil yang begitu banyak bertebaran.

"Nona-nona makan malam telah siap untuk disantap," seru Mbak Yuni kepada ketiga gadis itu.

"Iya, Mbak. Terima kasih." jawab Sera sambil tersenyum.

"Lia, ada gunanya juga mbak Yuni ikut dengan kita melaut. Jadi kita bisa lebih santai," tutur Mira.

Namun Lia diam saja, dia kurang suka dengan sikap Mbak Yuni kepada mereka dan Lia tidak dapat menjelaskan hal itu sama sekali.

Malam ini adalah malam terakhir mereka akan berlayar. Keesokan harinya, para gadis berencana kembali ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Ketiganya sangat bersyukur selama mereka berlayar di lautan bebas. Cuaca sangatlah mendukung.

Akhirnya ... pagi pun tiba.

Cuaca pagi ini terlihat sangat cerah. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Namun tiba-tiba langit yang tadinya berwarna biru cerah tanpa awan sedikitpun. Menjadi gelap dan mendung.

Dari arah depan kapal, terlihat awan yang sangat gelap. Angin pun mulai bertiup kencang.

Mira, Lia, dan Sera yang tadinya sedang duduk-duduk santai di dek kapal. Segera masuk ke dalam kapal.

Bersamaan dengan itu, Mas Omar dan istrinya, Mbak Yuni terlihat telah memakai baju pelampung.

"Mas ada apa ini?" tanya Lia kepada sang kapten kapal.

"Maaf, Nona. Sepertinya cuaca berubah menjadi buruk." sahut Mas Omar dengan wajah panik.

"Apa?" kaget Lia.

"Tapi kok bisa?" tanya Sera takut.

Ternyata feeling-nya sebelum mereka berangkat berlayar terbukti juga.

"Lia, apa yang harus kita lakukan?" tanya Mira.

Dengan sigap, Lia menyerahkan baju pelampung kepada kedua sahabatnya.

"Mira, Sera. Ayo segera kalian pakai ini!" Belum selesai Lia berkata, kapal mereka tiba-tiba oleng ke arah kiri. Mereka pun semua terjatuh.

"Ayo cepat! Jangan buang waktu lagi!" sergah Lia kepada kedua sahabatnya.

Angin kencang itu kembali membuat kapal mereka oleng ke kiri. Mas Omar yang berada di ruang kemudi mencoba untuk terus menjaga keseimbangan kapal.

Lia lalu ke luar kapal sebentar untuk melihat sendiri apa yang terjadi saat ini. Dirinya sangat terkejut saat melihat cuaca yang tadinya cerah sekarang malah telah berubah menjadi sangat gelap.

Angin laut juga bertiup sangat kencang. Gelombang laut yang tadinya tenang. Kini berubah menjadi berombak besar.

"Kenapa cuacanya bisa berubah menjadi ekstrim begini?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

Lia pun kembali masuk ke dalam kapal. Dia melihat wajah kedua temannya telah berubah menjadi pucat pasi.

"Lia apa yang harus kita lakukan?" sergah Mira kepada temannya itu.

Namun lagi-lagi belum sempat Lia berbicara, tiba-tiba saja mesin kapal mati. Suasana menjadi gelap di dalam kapal itu. Sera segera menyalakan senter yang selalu ada di saku celananya.

Mas Omar dan istrinya mulai memasuki kabin. Lia pun segera berkata,

"Mas Omar, kenapa mesin kapan bisa mati?" kesalnya sambil menatap wajah pria itu.

"Ma ... maaf, Nona. Bahan bakar telah habis."

"Apa?" kaget ketiganya.

"Lho, Mas. Bukannya saya telah memberikan kepada Anda biaya untuk mengisi bahan bakar secara full? Kok tiba-tiba bisa kehabisan bahan bakar begini?" Mira menatap tajam ke arah pria itu.

"Yuni! Ayo jelaskan! Semua ini gara-gara kamu!" serunya marah kepada istrinya.

"Mbak! ada apa ini sebenarnya! Tolong kalian jujur!" Lia juga ikut menatap tajam ke arah Yuni.

"Ma ... maaf, Nona."

"Mbak! Saya nggak butuh kata maaf darimu! Tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" hardik Lia penuh amarah.

Kapal kecil itu semakin goyang. Mereka semua saling mencari pegangan agar tidak jatuh. Suasana juga telah menjadi gelap. Padahal hari masih siang.

Yuni pun menceritakan semuanya. Lia, Sera dan Mira terlihat sangat geram mendengarnya. Ternyata istri Mas Omar itu menyuruh suaminya agar mengisi bahan bakar kapal setengahnya saja dan tidak full tank.

Terbukti sudah kecurigaan Lia beberapa hari ini kepada perempuan bernama Yuni tersebut. Ternyata dia adalah dalang dari semua kekacauan ini.

"Mas Omar! Bagaimana Anda bertanggungjawab dalam situasi seperti ini?" tukas Lia setengah membentak pria itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status