Share

BAB 7

Hari ini rina kembali berencana untuk jalan-jalan ditepi sungai seperti hari sebelumnya, hanya saja hari ini ia hanya ingin menghabiskan waktu karna terlalu bosan sendirian di apartemen, tapi bukankah dia memang selalu sendiri?

Ketika sedang menikmati sejuknya angin yang bertiup, ia mendapati ponselnya bergetar dan menunjukkan nama 'Jeong min ❤', terakhir kali ia berjumpa dengan anak itu ketika sedang menikmati suasana kampus beberapa hari yang lalu, ada apa Jeong min menghubunginya kembali? Bukankan misi nya telah selesai?.

“Ah, bisa saja dia ingin memberikan informasi yang dijanjikan.” Dengan semangat rina menggeser layar untuk menerima panggilan Jeong min.

“Halo?” Rina mencoba menetralkan detak jantungnya, berharap ia benar-benar mendapatkan informasi itu.

Annyeong baby~, dimakah kau nuna?” Jeong min langsung menanyakan keberadaan rina.

“Aku sedang berjalan-jalan santai di tepi sungai, ada apa?” Rina ingin cepat-cepat mengetahui topik ini.

“Apakah kau melihat berita hari ini? kepala sekolah SMA Maria telah ditetapkan sebagai tersangka penggelapan dana pendidikan untuk beberapa siswa berprestasi.” jelas Jeong min diseberang sana.

Mendengar penuturan Jeong min membuat Rina menghela napas panjang, ternyata tidak seperti dugaannya, “Begitukah? Baguslah, berarti misi kita berakhir disana kan?” Rina mencoba memastikan bahwa permainan konyol ini akan segera berakhir.

“Tentu untuk misi pertama kita telah selesai nuna.

Rina mengernyit tak paham, “Misi pertama?” Rina mencoba memastikan pendengarannya.

Terdengar Jeong min tertawa kecil di seberang telepon, “Tentu saja kita akan melakukan beberapa misi lagi sebelum kau mendapatkan bayaranmu.”

Rina benar-benar frustasi mendapatkan fakta bahwa perjalanannya menuju kebenaran atas kematian orang tuanya masih panjang. “Apa lagi yang harus aku ....”

Ttut ttut ttut

Terdengar suara panggilan telepon yang terputus, “Aissh, dasar tidak tahu sopan santun, dia yang memanggilku nuna seharusnya bersikap lebih sopan, dasar kurang ajar.” Rina menggerutu sepanjang jalan, tidak peduli bahwa ia sekarang menjadi pusat perhatian beberapa pejalan kaki.

Jeong min kadang kala seperti anak kecil yang ingin mendapatkan perhatian lebih, namun adakalanya ia lebih mendominasi jika berbicara mengenai pekerjaan, membuat pemuda itu seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda, membuat Rina benar-benar kesal.

***

Setelah sampai di apartemen, Rina langsung membersihkan diri, ia baru ingat buku yang ia beli ketika bersama Jaesung belum sempat ia buka dan baca, jadi hari ini gadis itu berniat untuk membaca beberapa buku bisnis yang masih tergeletak di atas meja belajarnya. Ketika sedang asik membalikkan halaman buku, mata Rna menangkap gelang pemberian Jaesung yang melingkar pada pergelangan tangannya, “Pembawa keberuntungan? Jangan bercanda Jaesung-a, bahkan hari ini aku merasa hanya mendapatkan kesialan.” Rina masih belum bisa menenangkan diri ketika mendapatkan fakta bahwa ia belum terbebas dari orang yang memintanya melakukan pekerjaan gila ini.

Rina berharap ini benar-benar akan segera berakhir dan menemukan kebenaran yang tenggelam 5 tahun lamanya, gadis itu menatap layar ponsel yang menunjukkan foto dirinya bersama kedua orang tuanya 12 tahun silam ketika pertama kali mengunjungi taman bermain, terlihat gadis kecil itu tersenyum bahagia ketika menaiki komidi putar bersama ayahnya, saat ini Rina benar-benar merindukan orang tuanya, merasakan bahwa kesendiriannya selama beberapa tahun terakhir adalah nyata, hal itu membuat setetes cairan bening mengalir melewati pipi gadis itu.

“Apa kalian bahagia disana?” Rina bermonolog sembari memeluk ponselnya, ia merasakan sesak yang teramat besar, padahal sebelum mengetahui tentang informasi yang ada di surat itu, Rina cukup mampu untuk tidak terlalu terhanyut dalam emosinya, tapi lihatlah sekarang, gadis itu benar-benar terlihat rapuh dengan keadaannya.

***

Rina berjalan menuju dapur, hari ini ia berencana untuk memasak makan siang sekaligus menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam, gadis itu ingin membuat makanan yang sederhana. Setelah beberapa saat berseluncur di internet untuk melihat-lihat resep yang sekiranya gampang ia masak, mengingat buku yang ia beli ketika di bandara hanya menampilkan resep dengan tingkat kesulitan yang lumayan tinggi, akhirnya Rina mencoba untuk membuat ayam kecap.

Ia sangat gugup ketika akan memulai acara memasaknya, dan ia dikagetkan dengan bel apartemennya yang berbunyi, gadis itu melepas apron dan mulai bergerak ke arah pintu. Ketika membuka pintu, ia mendapatkan Jeong min berdiri di depan pintu dengan sebuah kantong plastik putih di tangannya.

“Bolehkah aku masuk nuna?” Jeong min tersenyum manis, bagaimana bisa seorang pemuda manis seperti Jeong min melakukan pekerjaan yang berbahaya, “Bukankah kau hanya akan masuk tanpa aku persilahkan? Seperti sebelumnya,” jawab Rina sarkastik. “Baiklah.” Jeong min menyetujui pernyataan Rina dan berjalan melalui gadis itu.

Padahal jika dipikir, Rina belum lama mengeal Jeong min, akan tetapi ia merasa bisa mempercayai pemuda yang sekarang tengah asik mengeluarkan beberapa makanan dari kantong plastik yang tadi ia bawa.

Nuna, apa kau suka pasta?”

“Memangnya kenapa? Apa kau akan memasakkan pasta untukku?” Rina menatap Jeong min dengan tatapan penasaran.

“Tentu saja, aku ini sangat pandai dalam memasak pasta.” Rina terkejut mendengar perkataan Jeong min, “Kau akan memasak? Disini?” Rina kembali memastikan.

“Ya” seru Jeong min sembari berjalan menuju dapur, “Ayo kita rayakan kesuksesan misi pertama kita nuna.” Jeong min mulai menyiapkan bahan-bahan yang tadi ia bawa.

Heol, apa kau berencana untuk memasak juga?” Jeong min mengangkat wadah berisi ayam yang akan Rina masak.

“Tadinya, tapi jika kau memang ingin memberiku makan, dengan senang hati aku akan menunggu hidangan terbaikmu.” Sebenarnya ada suatu kesenangan ketika bisa makan tanpa harus berlelah-lelah memasak makanan terlebih dahulu, apalagi jika itu gratis.

“Kenapa kau sampai repot-repot ingin merayakan keberhasilan ini Jeong min-a?” tanya Rina menyelidik. Jeong min mengehentikan aktivitasnya sejenak dan berbalik menghadap Rina, “Tentu saja aku senang, selama ini aku selalu bekerja sendiri, tapi sekarang aku tidak akan seperti itu lagi karna ada nuna yang menemaniku.” Rina terdiam mendengar jawaban Jeong min, ia fikir hanya ia saja yang merasakan kesendirian di dunia ini, ternyata masih banyak orang di luar sana yang memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

“Begitukah?” Rina tersenyum, rasanya ia baru mendapatkan seorang adik, “Nuna~ jangan tersenyum seperti itu, kau membuat jantungku berdebar nuna.” Jeong min kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.

“Tentu saja kau harus berdebar melihat gadis cantik seperti ku, itu hal normal tau.” Rina mencoba untuk mencarikan suasana, kedua orang itu akhirnya tertawa bersama-sama atas kekonyolan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status