Hari ini rina kembali berencana untuk jalan-jalan ditepi sungai seperti hari sebelumnya, hanya saja hari ini ia hanya ingin menghabiskan waktu karna terlalu bosan sendirian di apartemen, tapi bukankah dia memang selalu sendiri?
Ketika sedang menikmati sejuknya angin yang bertiup, ia mendapati ponselnya bergetar dan menunjukkan nama 'Jeong min ❤', terakhir kali ia berjumpa dengan anak itu ketika sedang menikmati suasana kampus beberapa hari yang lalu, ada apa Jeong min menghubunginya kembali? Bukankan misi nya telah selesai?.
“Ah, bisa saja dia ingin memberikan informasi yang dijanjikan.” Dengan semangat rina menggeser layar untuk menerima panggilan Jeong min.
“Halo?” Rina mencoba menetralkan detak jantungnya, berharap ia benar-benar mendapatkan informasi itu.
“Annyeong baby~, dimakah kau nuna?” Jeong min langsung menanyakan keberadaan rina.
“Aku sedang berjalan-jalan santai di tepi sungai, ada apa?” Rina ingin cepat-cepat mengetahui topik ini.
“Apakah kau melihat berita hari ini? kepala sekolah SMA Maria telah ditetapkan sebagai tersangka penggelapan dana pendidikan untuk beberapa siswa berprestasi.” jelas Jeong min diseberang sana.
Mendengar penuturan Jeong min membuat Rina menghela napas panjang, ternyata tidak seperti dugaannya, “Begitukah? Baguslah, berarti misi kita berakhir disana kan?” Rina mencoba memastikan bahwa permainan konyol ini akan segera berakhir.
“Tentu untuk misi pertama kita telah selesai nuna.”
Rina mengernyit tak paham, “Misi pertama?” Rina mencoba memastikan pendengarannya.
Terdengar Jeong min tertawa kecil di seberang telepon, “Tentu saja kita akan melakukan beberapa misi lagi sebelum kau mendapatkan bayaranmu.”
Rina benar-benar frustasi mendapatkan fakta bahwa perjalanannya menuju kebenaran atas kematian orang tuanya masih panjang. “Apa lagi yang harus aku ....”
Ttut ttut ttut
Terdengar suara panggilan telepon yang terputus, “Aissh, dasar tidak tahu sopan santun, dia yang memanggilku nuna seharusnya bersikap lebih sopan, dasar kurang ajar.” Rina menggerutu sepanjang jalan, tidak peduli bahwa ia sekarang menjadi pusat perhatian beberapa pejalan kaki.
Jeong min kadang kala seperti anak kecil yang ingin mendapatkan perhatian lebih, namun adakalanya ia lebih mendominasi jika berbicara mengenai pekerjaan, membuat pemuda itu seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda, membuat Rina benar-benar kesal.
***
Setelah sampai di apartemen, Rina langsung membersihkan diri, ia baru ingat buku yang ia beli ketika bersama Jaesung belum sempat ia buka dan baca, jadi hari ini gadis itu berniat untuk membaca beberapa buku bisnis yang masih tergeletak di atas meja belajarnya. Ketika sedang asik membalikkan halaman buku, mata Rna menangkap gelang pemberian Jaesung yang melingkar pada pergelangan tangannya, “Pembawa keberuntungan? Jangan bercanda Jaesung-a, bahkan hari ini aku merasa hanya mendapatkan kesialan.” Rina masih belum bisa menenangkan diri ketika mendapatkan fakta bahwa ia belum terbebas dari orang yang memintanya melakukan pekerjaan gila ini.
Rina berharap ini benar-benar akan segera berakhir dan menemukan kebenaran yang tenggelam 5 tahun lamanya, gadis itu menatap layar ponsel yang menunjukkan foto dirinya bersama kedua orang tuanya 12 tahun silam ketika pertama kali mengunjungi taman bermain, terlihat gadis kecil itu tersenyum bahagia ketika menaiki komidi putar bersama ayahnya, saat ini Rina benar-benar merindukan orang tuanya, merasakan bahwa kesendiriannya selama beberapa tahun terakhir adalah nyata, hal itu membuat setetes cairan bening mengalir melewati pipi gadis itu.
“Apa kalian bahagia disana?” Rina bermonolog sembari memeluk ponselnya, ia merasakan sesak yang teramat besar, padahal sebelum mengetahui tentang informasi yang ada di surat itu, Rina cukup mampu untuk tidak terlalu terhanyut dalam emosinya, tapi lihatlah sekarang, gadis itu benar-benar terlihat rapuh dengan keadaannya.
***
Rina berjalan menuju dapur, hari ini ia berencana untuk memasak makan siang sekaligus menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam, gadis itu ingin membuat makanan yang sederhana. Setelah beberapa saat berseluncur di internet untuk melihat-lihat resep yang sekiranya gampang ia masak, mengingat buku yang ia beli ketika di bandara hanya menampilkan resep dengan tingkat kesulitan yang lumayan tinggi, akhirnya Rina mencoba untuk membuat ayam kecap.
Ia sangat gugup ketika akan memulai acara memasaknya, dan ia dikagetkan dengan bel apartemennya yang berbunyi, gadis itu melepas apron dan mulai bergerak ke arah pintu. Ketika membuka pintu, ia mendapatkan Jeong min berdiri di depan pintu dengan sebuah kantong plastik putih di tangannya.
“Bolehkah aku masuk nuna?” Jeong min tersenyum manis, bagaimana bisa seorang pemuda manis seperti Jeong min melakukan pekerjaan yang berbahaya, “Bukankah kau hanya akan masuk tanpa aku persilahkan? Seperti sebelumnya,” jawab Rina sarkastik. “Baiklah.” Jeong min menyetujui pernyataan Rina dan berjalan melalui gadis itu.
Padahal jika dipikir, Rina belum lama mengeal Jeong min, akan tetapi ia merasa bisa mempercayai pemuda yang sekarang tengah asik mengeluarkan beberapa makanan dari kantong plastik yang tadi ia bawa.
“Nuna, apa kau suka pasta?”
“Memangnya kenapa? Apa kau akan memasakkan pasta untukku?” Rina menatap Jeong min dengan tatapan penasaran.
“Tentu saja, aku ini sangat pandai dalam memasak pasta.” Rina terkejut mendengar perkataan Jeong min, “Kau akan memasak? Disini?” Rina kembali memastikan.
“Ya” seru Jeong min sembari berjalan menuju dapur, “Ayo kita rayakan kesuksesan misi pertama kita nuna.” Jeong min mulai menyiapkan bahan-bahan yang tadi ia bawa.
“Heol, apa kau berencana untuk memasak juga?” Jeong min mengangkat wadah berisi ayam yang akan Rina masak.
“Tadinya, tapi jika kau memang ingin memberiku makan, dengan senang hati aku akan menunggu hidangan terbaikmu.” Sebenarnya ada suatu kesenangan ketika bisa makan tanpa harus berlelah-lelah memasak makanan terlebih dahulu, apalagi jika itu gratis.
“Kenapa kau sampai repot-repot ingin merayakan keberhasilan ini Jeong min-a?” tanya Rina menyelidik. Jeong min mengehentikan aktivitasnya sejenak dan berbalik menghadap Rina, “Tentu saja aku senang, selama ini aku selalu bekerja sendiri, tapi sekarang aku tidak akan seperti itu lagi karna ada nuna yang menemaniku.” Rina terdiam mendengar jawaban Jeong min, ia fikir hanya ia saja yang merasakan kesendirian di dunia ini, ternyata masih banyak orang di luar sana yang memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.
“Begitukah?” Rina tersenyum, rasanya ia baru mendapatkan seorang adik, “Nuna~ jangan tersenyum seperti itu, kau membuat jantungku berdebar nuna.” Jeong min kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
“Tentu saja kau harus berdebar melihat gadis cantik seperti ku, itu hal normal tau.” Rina mencoba untuk mencarikan suasana, kedua orang itu akhirnya tertawa bersama-sama atas kekonyolan mereka.
Mendapati adiknya yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka, akhirnya Jaewoon memutuskan untuk menyelesaikan acara sarapan paginya secepat mungkin, begitupun Rina, kini gadis itu sudah terlihat tak berselera setelah mendapati sikap tak menyenangkan Jaesung sebelumnya.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaewoon, menurutnya gadis itu cukup syok mendapati perlakuan adiknya yang sudah keterlaluan.“Aku tak apa-apa oppa,” ucapnya ragu. “Apa Jaesung sedang ada masalah? Kenapa tiba-tiba ia menjadi kesal?”Jaewoon merasa tidak memiliki hak untuk memberikan penjelasan mengenai berita yang baru saja menayangkan masalah percintaan yang dialami adiknya, “Aku pun tak tau, mungkin nanti dia akan menjelaskan kepadamu.” Akhirnya Rina mengangguk pasrah, ia berfikir sikapnya semalam terhadap Jaesung lah yang membuat pemuda itu menjadi lebih sensitif.Sesampainya mereka di rumah, Rina telah memukan Jaesung membawa sebuah ransel, “Kau, akan kemana?” ucapnya sembari menahan lengan pemuda itu. Jaesung yang tel
Seharian Rina mengurung diri di kamar, menyesali perbuatannya dan kembali menangis sesegukan, apa ia benar-benar telah menyakiti hati Jaesung? Mendadak ia membeku, merasa mengerti akan semua ini, jadi ia melihat kontak Jeong min dengan simbol hati? Dan karena itu ia mengira bahwa telepon tersebut dari pacarku? Akhirnya Rina paham atas sikap Jaesung, apalagi ketika semalam ia tak memberi jawaban atas perasaan pemuda tersebut. Memikirkan hal itu membuat dadanya semakin sesak, ia tak tahu harus bersikap seperti apa, ia ingin meluruskan semuanya, hanya saja ia tak ingin membuat masalah dengan karir Jaesung, ada dilema mendalam yang sangat menyiksannya dan karena kelelahan, akhirnya Rina terlelap.Ketika pertama membuka mata, ia mencoba mencari ponsel dan mengecek pukul saat ini. ia kaget karena sekarang sudah mulai gelap, sebegitu lelahkah ia hingga bisa tidur selama itu? Ia mulai berjalan ke kamar mandi dan mendapati wajahnya sangat berantakan, matanya yang sembab dan w
Pagi ini rumah Tuan Han terdengar ramai, entah apa yang terjadi, membuat Rina terbangun lebih awal, ia berusaha mengumpulkan nyawa dan berjalan ke ruang tamu, disana gadis itu telah mendapati Nyonya Song dan Tuan Han yang telah bersiap-siap untuk berangkat. “Ahjumma, akan kemana pagi-pagi sekali?” “Aku ada urusan mendadak, mungkin akan pulang malam nanti atau besok, maafkan aku Rina.” Ucapnya sembari berjalan mendekati Rina. “Padahal aku yang memaksamu untuk kesini, tapi aku malah jadi sibuk begini.” “Tak masalah Ahjumma, aku baik-baik saja kok, lagipula, aku masih di Korea.” Rina tidak ingin memberatkan Nyonya Song dan Tuan Han yang telah sangat baik kepadanya. “Hati-hati di jalan.” Ucapnya lagi. “Rina-ya, jika butuh apa-apa, kau bisa minta saja kepada Jaewoon ya, jangan merasa sungkan, kita adalah keluarga.” ucap Tuan Han yang diangguki oleh Rina. Akhirnya pintu itu tertutup dan meninggalkan gadis itu sendirian di ruang ta
Setelah menyelesaikan sesi lepas kangen dengan Jeong min, Rina memutuskan untuk keluar, mencoba mencari kegiatan yang bisa ia lakukan untuk mengisi waktu luang, seperti membersihkan rumah mungkin? Apa aku terlalu nyaman dengan keluarga ini? Ia membiarkan ponselnya tergeletak di atas tempat tidur dan mulai melangkah keluar dari ruangan tersebut, Rina menuruni tangga sambil sesekali melihat-lihat apa yang bisa ia lakukan. Dan langkah pada anak tangga terakhir menjadi terhenti ketika melihat Jaesung tengah menikmati waktu santai dengan rebahan di sofa ruang tamu. Rina sebenarnya merasa kasihan melihat anak itu, ia tahu semalam bahwa Jaesung menghabiskan malam dengan hanya tidur di sofa. “Kenapa kau tidak tidur di dalam saja?” seketika Rina sudah berdiri di samping sofa tersebut. “Aih, kau mengejutkanku.” Jaesung mencoba untuk bangkit dan duduk bersandar dengan nyaman. “Aku tak ingin mengganggumu, kau seharusnya istirahat setelah perjalanan panja
Malam ini akhrinya Jaesung mengistirahatkan dirinya disamping kerbau kesayangannya. Mendapati sinar matahari yang mencoba masuk melalui celah tirai membuat Jaesung mencoba mengerjapkan matanya beberapa kali, tampak kali ini ia menggeliatkan tubuhnya agar terasa lebih ringan. Seketika ia duduk dan mendapati Jaewoon sudah tidak ada di sampingnya. “Ada apa ini? Kenapa dia bisa bangun lebih pagi dariku?” Sesekali ia menggaruk pusarnya yang tidak gatal, Jaesung berjalan ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya, dan turun ke bawah untuk mencari sarapan. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jaewoon sudah sok sibur di dapur bersama Rina dan ibunya. “Hyung, apa yang kau lakukan?” Jaewoon tampak enggan membalas pertanyaan adiknya, kali ini matanya benar-benar tersiksa akibat potongan bawang yang sedang ia hadapi. “Jangan berbicara kepadaku!” Jaesung mengambil sebuah mug kecil berisi susu hangat yang terletak di atas meja makan se
“Eomma, kenapa tidak beritahu jika Rina akan datang?” tampak pemuda itu tengah merajuk sembari duduk di depan meja makan, memperhatikan ibunya yang tengah mengupas apel untuk makanan pencuci mulut malam itu. “Haruskah aku beritahu? Kau seperti selalu mengabari jika ingin pulang saja,” ucap Nyonya Song yang mulai memotong apel itu ke dalam ukuran kecil agar mudah untuk dilahap. “Lagipula aku juga baru tahu tadi pagi ketika tidak sengaja menghubunginya, ternyata ia sudah di bandara.” Mendengar hal itu membuat Jaesung menghela nafas sesaat, ia tak tahu bagaimana mengatakan kegelisahannya kali ini, ia merasa telah berdosa kepada Rina ketika harus pergi tanpa megabari, tapi di satu sisi, ia benar-benar merindukan gadis itu. “Apa kau akan lama di rumah?” ucap Nyonya Song membuyarkan lamunan Jaesung. “Mungkin hanya dua atau tiga hari ini.” “Baguslah, kalau begitu, kau bisa menikmati waktu istirahatmu dengan Rina.” Ucap Nyonya S
“Na wasseo.” Terdengar suara tutupan pintu, menampilkan sosok pemuda yang kelelahan dan sangat merindukan masakan rumah. Tapi sapaannya hanya dibalas dengan udara ruangan kosong tersebut, padahal lampu rumahnya tampak menyala. “Eomma?” Ulang pemuda tersebut, memastikan bahwa ruangan itu masih diisi oleh keberadaan keluarganya. Apa ia salah masuk rumah? Tidak mungkin. Jaesung menggelengkan kepala dengan cepat. Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk naik ke kamarnya, mencoba mencari keberadaan manusia yang selalu mengganggu hidupnya. Benar saja ketika ia mencoba membuka pintu di sebelah ruang tidurnya, kembali Jaesung menemukan ‘kerbau’ itu tengah tertidur dengan sangat lelap. “Hyuuung, apa kau tidak mendengarku masuk?” Ia mencoba berinteraksi dengan benda setengah hidup tersebut. Dan – sia-sia. Ia mencoba mengambil bantal dari kamarnya dan memukul pantat kerbau itu dengan keras. “Ya! Bagaimana mungkin kebiasaa
Hari ini lagi-lagi Rina dikejutkan dengan kehadiran Jeong min di depan pintu apartemennya. “Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak mengabari terlebih dahulu?” “Nuna akan kemana?” tanya Jeong min. Kali ini Rina mengangkat kantong plastik yang terikat rapi tanpa memberikan jawaban kepada Jeong min. “Masuklah, aku akan segera kembali.” Jeong min memasuki ruangan itu, seperti biasa ia menempatkan dirinya dengan nyaman di atas sofa, mencoba meneliti ruangan itu yang sebentar lagi akan ditinggal oleh pemiliknya. “Ada apa?” tanya Rina yang mengejutkan Jeong min. “Kita akan berangkat dua hari lagi nuna, aku sudah mendapatkan informasi mengenai ‘orang’ itu.” Untuk sejenak Rina menatap Jeong min. Merasa pantas untuk menanyakan arti tatapan itu, akhirnya membuat pemuda itu kembali bersuara. “Kenapa? Ada yang salah?” Pikirannya benar-benar berkecamuk kali ini, padahal ia telah mendapatkan bayaran dari kerja kerasnya be
Rutinitas Jesung sebagai seorang Idol membuat pemuda tersebut jarang bertemu dengan keluarganya, kesibukan yang sedemikian rupa menyita banyak waktu berharga bagi Jaesung, tetapi tak ayal membuat semangat Jaesung surut, ia tahu bagaimana perjuangan yang harus ia lewati hingga bisa debut. Apa kau sudah makan? Ucap Nyonya Song di seberang sana, untungnya komunikasi yang sudah canggih bisa mengobati rasa rindu Jaesung kepada keluarganya. “Sudah, bagaimana keadaan Appa? Aku sudah lama tak mendengar kabar dari nya.” Yah begitulah, kesibukannya telah menyita banyak waktu bersama kita, bahkan appa sudah jarang makan malam di rumah, hanya tinggal aku dan Jaewoon. Apa kau tidak ada rencana pulang ke rumah? “Aku masih ada beberapa kesibukan, kemungkinan akhir bulan ini aku akan pulang eomma, bersabar yaa.” Sorot mata Jaesung yang sarat akan kerinduan kepada keluarganya membuat Nyonya Song menghela nafas. Baiklah,