Di gedung Washington Rifter Associaton.
Media massa selalu ada 7x24 jam untuk memantau keadaan ataupun meliput berita tentang para Rifter yang menjalankan misi di seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri sebagai simbol perdamaian dunia, Washington Rifter Association menjadi inspirasi dan harapan bagi generasi baru.
Tak heran jika ketertarikan Masyarakat begitu besar, dan menjadi ladang subur untuk para media massa begitu juga para mata-mata.
Lusinan wartawan langsung berebut untuk mewancarai Elena ketika dia melangkahkan kaki ke dalam gedung. “Nona Elena, bisa anda cerita kan apa yang terjadi di Jepang?!”, “Nona Elena!” “Elena Katyushka!” pekik para wartawan sambil mengacungkan Mic ke muka Elena untuk mendapatkan perhatian dan berharap mendapatkan bahan berita yang bagus.
Tapi Elena memilih diam. Memberikan keterangan secuil apapun, sama saja meneteskan setitik darah di kolam penuh ikan buas. Tak akan berhenti jika mangsa belum habis.
Sejurus kemudian, lima penjaga gedung merangsek kerumunan wartawan dan membukakan jalan untuk Elena dan mengawalnya menuju ruangan luas yang di sebut Hall Of Heroes, sebuah ruangan besar berukuran satu lapangan bola yang peruntukan untuk para Rifter mengambil misi, melakukan jual beli, berbagi informasi dan lainnya.
Ruang yang bernuansa futuristik itu dipenuhi oleh ratusan Rifter dari penjuru dunia dan juga tentara bayaran dari berbagai ras yang bekerja untuk Rifter yang menyewa mereka untuk menjalankan misi juga turut hadir memenuhi setiap sudut ruangan.
Dengan konsep tempat yang di buat seperti pusat hiburan malam, deretan Bar dan konter makanan berjejer rapih di bagian samping balairung.
Dentuman musik mengalun di ruangan yang luas itu, mereka berdansa mengikuti alunan lagu sembari menenggak minuman dan ditemani para pelacur yang berlomba-lomba mendapatkan perhatian para Rifter.Sudah bukan rahasia umum, jika para Rifter bergaya hidup hedonis dari pendapatan mereka membasmi musuh bumi. Tapi itu tak begitu buruk mengingat mereka bisa mati kapan saja di medan pertempuran.
Lusinan pasang mata langsung tertuju pada Elena ketika dia memasuki ruangan. Sebagai penerus White Raven dan juga sebagai Rifter Rank S dia layaknya seperti idola bagi Rifter Rookie dan juga musuh bagi Rifter Elit lainnya. Persaingan antara Rifter begitu ketat di Era damai ini, berlomba-lomba menjadi yang terbaik bahkan tak jarang ada pertarungan antar Rifter untuk membuktikan kekuatan.
Tapi bagi Elena semua itu hanyalah lelucon anak kecil, sudah 10 tahun terakhir Elena dan timnya menjadi Rifter peringkat teratas di Washington bahkan beberapa media massa antar galaksi menyebutkan bahwa dia salah satu yang terkuat yang pernah ada.
“Elena!” pekik suara perempuan dari kejauhan.
Elena menoleh ke arah datangnya suara dan melihat perempuan berusia dua puluhan tahun melambaikan tangannya dan berlari ke arah Elena dengan bersemangat dan mengibarkan rambut panjangnya yang kemerahan.
Dia pun membalas lambaian tangan perempuan itu dengan santai, lalu berkacak pinggang dan menggelengkan kepala. Ia tak percaya bahwa dia bisa bertemu dengan teman lamanya, Yunyun.
Mengenakan busana Cheongsam ketat dengan belahan samping memanjang sampai pangkal paha, berwarna merah terang berhias pola naga emas yang seolah-olah melilit tubuhnya yang indah.
Tubuh bagian kanannya, dari bahu hingga lutut hampir semuanya terbuat dari komponen robotik berbahan Titanium Alloy. Buah tangan pengobatan termutakhir yang di lakukan ayahnya sendiri, ketika ia kalah dari pertempuran beberapa tahun silam dan terluka sangat parah tapi beruntung Elena bersamanya saat itu dan dia bisa selamat.
“Yunyun, kau terlihat sehat,” sapa Elena dengan mengecup bibir Yunyun, sebuah sapaan hangat yang di lakukan Elena hanya kepada teman setianya ini.
“Elena! Ahh! Aku merindukanmu!” teriak Yunyun dengan sangat girang dan memeluk Elena.
Elena membalas pelukannya untuk beberapa saat dan mengusap tangan prostetik Yunyun, ia tak percaya gadis sekarat yang ia selamatkan dari medan pertempuran masih bisa hidup dengan normal berkat ilmu pengetahuan.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Aku baik-baik saja, berkatmu.” jawab Yunyun dengan senyum berseri.
“Apa yang kau lakukan di Washington?”
“Hanya sedikit melakukan perjalan, bagus untuk tubuhku. Aku sudah sangat bosan di Lab, dan ayahku memperbolehkan dan dugaanku benar!!! Aku bisa menemukanmu di sini hehe.” Sedari dulu, sejak masih di akademi, Yunyun memang selalu melekat dengan Elena.
“Syukurlah, aku akan menjalankan sebuah misi. Bagaimana? Apa kau tertarik?”
“ Tentu saja! Aaa! Setelah dua tahun akhirnya bisa membunuh satu-dua monster elit dari tata surya antah berantah haha!” sahut Yunyun dengan tawa dan antusiasme yang tak bisa ia bendung.
Mereka pun duduk di sofa yang tersedia di sudut ruangan dan memesan minuman dan beberapa kudapan.
“Baiklah kalau begitu, kau akan ku masukan sebagai anggota tim sementara.” Elena melangkah menuju meja resepsionis untuk mendaftarkan tim dan mengambil antrian misi.
Demi keteraturan dan keselamatan Rifter, misi yang di berikan ditentukan oleh sistem berdasarkan, peringkat, dan kemampuan Rifter. Semakin sulit misi, semakin besar imbalannya. Maka tak jarang Rifter Rookie ranking rendah melakukan jual beli informasi misi-misi kelas Elit untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Meskipun tak dilarang oleh peraturan tapi mereka harus bertaruh nyawa karena tingkat kesulitan yang diluar kemampuan mereka.
“Elena, ku dengar kau menemukan bocah yang menarik saat berkunjung ke Jepang?” tanya Yunyun saat Elena kembali ke tempat duduk.
“Lebih tepatnya sengaja menemui anak itu, dia hanya lebih muda dari mu dua tahun.”
“Oh? menarik, mungkin aku akan berkunjung ke akademi setelah menyelesaikan misi,” ujar Yunyun dengan senyum nakalnya.
“Lebih baik jangan berani macam-macam.”
“Hahaha! Ayolahhh, kau ini mahluk abadi, apa salahnya berbagi sedikit kesenangan,” rajuk Yunyun seraya memukul bahu Elena.
“Bukan itu masalahnya, dia adalah penerus White Raven, anak angkat Ryuji.”
Yunyun langsung tersedak minumannya ketika mendengar kata “Ryuji” ia hampir tak percaya, pertapa legendaris itu benar-benar memiliki anak angkat.
Sambil mengelap mulutnya yang basah ia berpikir tentang rumor yang beredar selama sepuluh tahun terakhir.
“Rumornya benar?, Ryuji menyembunyikan anak angkatnya demi menjauhkan dia dari dunia kita ini?”
“Sebenarnya bukan rumor, tapi memang fakta, Ryuji menyembunyikan di Tokyo sejak ia berumur 8 tahun. Untuk menghindari dunia kita tapi takdir berkata lain, Sea Abyss menemukan dia.”
“Tunggu dulu! Bukankah Sea Abyss sudah kalah telak di pertempuran Tanjung Harapan?!”
“Tapi Ratu mereka berhasil kabur pada saat itu, dan berhasil menghimpun kekuatan lima belas tahun ini.” terang Elena sembari menyantap camilannya.
“White Raven mungkin tempat terbaik untuknya, dan dia harus menjadi kuat untuk menghadapi takdirnya ini.”
Elena hanya mengangkat kedua bahunya dan menyesap cocktailnya “Ya, memang harus begitu sepertinya.”
WristNect Elena berbunyi, memberikan notifikasi misi yang telah di berikan oleh Administrator.
[Rank S Mission][Sea’s Inferno][Location: Unknown Island, Atlantic Ocean, 128.267 S| 65.* W][Objectives: Destroy Sea’s Abyss Military Base, Hatching Facility][Valid Until: 168 Hours left][Prize: 550.000.000 Units]“Haha, sepertinya kita sedang beruntung baca ini!” ujar Elena mengalihkan layar hologram ke arah Yunyun.
Mata Yunyun langsung membelalak melihat detail informasi misi di layar, dan tanpa basa-basi lagi dia langsung menekan tombol [Accept] pada layar hologram dan detail informasi lanjut langsung dikirimkan ke WristNect Elena.
Sebuah misi besar yang di keluarkan oleh Pemerintah Dunia dengan hadiah yang fantastis hanya segelintir orang yang mau menjalankan misi segila ini, jika pihak militer ingin menyelesaikan misi ini, satu pangkalan militer belum tentu cukup.
Tapi untuk Elena dan Yunyun, sepuluh Rifter Rank A sudah cukup.“Baiklah, aku akan merekrut beberapa kawanku untuk membantu, aku akan mengurus biaya rekrutmen personel untuk misi ini.” kata Yunyun mantap seraya menghubungi personel yang ia maksud.
“Bagus, aku akan menyiapkan keperluan suplai logistik, senjata dan amunisi, pastikan personel yang kau rekrut adalah Elite-Tier Rank A dan aku akan membawa timku juga.”
“Tenang saja, aku tahu standarmu.”
Dengan sangat cermat dan sigap dua perempuan itu menjalankan persiapan misi dengan efisien, Yunyun memasang iklan rekrutmen di Mission Board dan hanya dalam waktu singkat ratusan calon personel sudah mengantri tapi Yunyun hanya memilih yang terbaik.
Sedangkan Elena, hanya perlu waktu sepuluh menit, Gudang Senjata White Raven menyanggupi permintaannya. Satu Pesawat Jet pribadi milik Elena lengkap dengan semua persenjataan dan persediaan logistik akan disiapkan dengan segera.
Satu jam terlewati, semua persiapan sudah siap. Pesawat Jet pribadi milik Elena sudah datang dan terparkir rapih di puncak menara Gedung WRA.
“Elena ini timku. 5 Rifter Elite-Tier Rank A, mereka adalah para Elit yang pernah menjalankan misi denganku, bisa kau lihat lampirannya.” kata Yunyun seraya mengirimkan detail informasi tim.
Dan kelima rekrutmen berbaris rapih di depan Elena sudah mengenakan perlengkapan pribadi masing-masing.
[James Dean: Rank A. Type: Tanker][Audrey: Rank A. Type: Mage/Healer]
[Siphon: Rank A. Type: Assasin][Rocky: Rank A. Type: Melee Fighter][Rake: Rank A. Type: Sniper]Melihat komposisi tim yang di ajukan Yunyun, Elena merasa percaya diri dengan keberhasilan misi ini, dalam situasi terburuk setidaknya bisa mundur dengan semua personel masih hidup.
“Sempurna! Berangkat!” kata Elena
Mereka pun langsung menuju ke puncak menara Gedung WRA, menara tertinggi dan termegah di Washington melambangkan kekokohan perdamaian dunia.Di atas menara, pesawat Elena sudah menunggu beserta 5 orang timnya mengenakan perlengkapan tempur kelas atas. Mereka melepas topeng putih memperlihatkan identitas mereka kepada seluruh tim.
Mata para anggota tim Yunyun terpana melihat perlengkapan yang di kenakan Tim Elena, perlengkapan paling mutakhir yang mereka impikan.“Baik akan ku perkenalkan anggota timku mulai dari kiri, Perempuan paling ujung: Cindy, Arch Mage. Sebelahnya, jangan tertipu dengan tinggi badannya Robert, Assasin, lalu di tengah Zoan, Tanker. Di sampingnya Liu Zheng Gunner Fighter sekaligus Pilot kita dan terakhir Kim Jung, Sniper. ada pertanyaan?” tanya Elena sebelum mengakhiri sesi perkenalan.
“Apa kami juga bisa mendapatkan perlengkapan seperti tim mu?” tanya Rake.
“Tentu saja iya, dan kalian bisa membawa perlengkapan itu pulang jika kalian masih hidup. Okay waktu kita terbatas ayo bergegas!”
Mendengar perintah Elena seluruh anggota tim bergegas menaiki pesawat, Yunyun hanya tersenyum ketika melihat anggota tim miliknya lari terbirit-birit ketika mendengar perintah Elena, tak ada yang bisa melawan perintah Elena selaku Rifter dengan rank tertinggi di tim.
Pesawat pun segera mengudara dan melaju dengan kecepatan penuh menuju lokasi misi.
“Baiklah, briefing singkat! Semuanya dengarkan! Dan perhatikan baik-baik peta pulau, pulau ini seukuran kota New York, di dominasi vegetasi hujan tropis, cocok untuk strategi bergerilya, menurut Intelejen pangkalan militer dan fasilitas penetasan ada di tengah pulau dan di jaga oleh lusinan pleton prajurit musuh. kita akan mendarat 50 klik dari bibir pantai, intel menunjukan adanya semacam sistem alarm di sekeliling perairan. Lalu melanjutkan dengan perahu dan bersandar di sebuah tanjung landai di sisi selatan pulau. Dan membangun Basecamp Operation di dalam hutan tak jauh dari pantai, lalu kita lakukan operasi pengintaian. Kita akan lakukan sisanya setelah melakukan pengintaian, untuk masalah teknis di lapangan aku serahkan pada Yunyun. DIMENGERTI?!” pekik Elena dengan mata memindai anggota tim satu per satu.
“Yes Ma’am!” jawab para anggota tim serempak.
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala