Chapter 10
Moonless Night (2)
"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.
Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga.
"Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.
Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.
Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Bumi, 2550 Masehi. Sudah lima ratus tahun berlalu sejak bencana besar yang menghancurkan setengah galaksi bima sakti. Sebuah lubang hitam tiba-tiba terbentuk di ujung galaksi, jutaan bintang hilang begitu saja hanya dalam waktu empat puluh hari. Bumi sebagai satu-satunya planet penopang kehidupan yang tersisa, planet biru ini diperebutkan oleh ras tinggi yang tersebar di seluruh penjuru bima sakti. Perang bergejolak hebat, perang antariksa yang melibatkan berbagai kubu meluluhlantahkan Bumi sebagai medan perang. Hutan berubah menjadi gurun, lautan berubah menjadi daratan baru, gedung-gedung pencakar langit runtuh dan menjadi kuburan massal, populasi manusia makin terhimpit di ambang kepunahan. Di tengah situasi yang sangat mendesak, muncul seorang manusia dengan anugerah tuhan, kekuasaannya setara tuhan, pahlawan itu bisa membalikkan dan mengendalikan hukum ruang dan waktu dan juga hukum alam lainnya. Kemunculannya menyulut kembali asa perjuan
Ryosuke Ryuji atau akrab disapa dengan Ryo, berjalan menaiki jalan mendaki yang dihimpit gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo setelah upacara kelulusan sekolahnya. Motto hidupnya adalah; Hidup tenang dan damai.Dia tak ambil pusing ketika dia dinyatakan tidak memiliki bakat ataupun potensi untuk menjadi Rifter, ketika ia menginjak usia sepuluh tahun.Usia normal untuk manusia di era ini menunjukan tanda-tanda bahwa ia adalah seorang Rifter dan kekuatannya akan terbangkitkan ketika ia dewasa sepenuhnya.Bahkan, nilai-nilai selama masa sekolahnya tidak buruk ataupun menonjol, tepat berada di tengah-tengah. Ia sengaja melakukan itu agar tidak menjadi pusat perhatian.Terlahir yatim-piatu dan hidup dari tunjangan pemerintah, membuatnya tidak bisa berpangku pada siapapun.Selama delapan tahun hidup di panti asuhan. Ia tumbuh seperti anak pada umumnya. Namun, untuk suatu alasan dia harus masuk ke ruangan khusus dengan pengamanan ketat pada malam hari
Dua bulan berlalu sejak kejadian itu, Ryo teringat akan kata-kata Elena sebelum dia menghilang entah kemana setelah insiden itu. Ia mulai sedikit gelisah, pikirannya tak fokus saat bekerja, berkali-kali ia kena marah atasannya.Hari beranjak petang, dia pun berjalan pulang dengan badan yang lunglai. Perkataan Elena tempo hari sukses membebani pikirannya selama beberapa hari terakhir."Kalau memang aku di incar, apa alasannya dan mengapa? Apa karena pedang tumpul warisan ayah? Tapi monster itu benar-benar ingin membunuhku." Tubuhnya merinding ketika teringat pemilik mata bengis yang hampir membunuhnya."Peduli Setan!" umpatnya dalam hati."Jika aku mati, ya sudah habislah aku, tapi setidaknya aku akan bertarung, sebagai terima kasih atas hidup yang aku dapat selama delapan belas tahun ini."Emosinya semakin menggebu, ia membuka pintu apartemennya dan membantingnya keras.*Sirene keras membangunkannya dari tidurnya, lehernya terasa lin
Besok siangnya, dengan badan yang masih sangat letih, dia terburu-buru menuju bandara. Puluhan pesawat jet yang mampu terbang antar planet, berlalu lalang di bandara, ratusan mahluk dari berbagai sistem tata surya tumpah ruah di lobi. Ketika masuk ke bandara, Ryo langsung dipandu oleh 2 pria kulit putih berbadan tegap dengan setelan hitam."Tuan Ryo?" tanya salah satu pria."Ya?""Silahkan ikut kami, Nona Elena sudah menunggu di pesawat."Dengan 2 pengawal disampingnya, dia dipandu menuju hangar pesawat pribadi, dia tidak bisa menutup mulutnya ketika melihat pesawat jet pribadi berwarna putih cemerlang, dengan logo kepala burung gagak di ekornya.Bukan hanya itu yang membuat Ryo terbelalak, di kedua sisi sayap pesawat, lusinan Missile dan senapan serbu tertata rapih. Lebih seperti pesawat tempur pribadi. Dua pramugari cantik menyambut kedatangan mereka dengan senyum menawan di bawah tangga, mengantar mereka bertiga masuk ke pesawat."Kerja b
Ia menghela nafas, "Baik, akan ku lakukan.""Hmm bagus, untuk itu ... kau harus menjadi mahasiswa di akademi ini. Ada serangkaian tes, latihan dan orientasi yang wajib kau lalui, Sebastian akan menjelaskan semuanya besok pagi," ucap Katya dengan melayangkan sebuah gelang berwarna biru kepada Ryo.Salah satu kemampuan dasar seorang Rifter; Telekinesis, tanpa usaha berarti Katya dengan santainya melayangkan gelang itu di udara."WristNect? Aku sudah punya satu.""Yang satu ini berbeda dari yang dibuat massal untuk kebutuhan masyarakat, bahkan lebih mutakhir dari versi yang di miliki militer, Tahan di segala cuaca ekstrim, terhubung langsung dengan satelit, dan ada ruang spatial untuk menyimpan berbagai barang di dalamnya," potong Elena.Dengan santai Elena memperagakan cara kerja WristNect dan mengeluarkan perlengkapan tempurnya dari dalam gelang kebiruan itu. Cahaya hologram kebiruan mematerilisasi dan dematerilisasi benda fisik dengan hukum ruang.
Ruang Tamu Utama, Lantai 1Setelah merasakan hawa kehadiran yang sangat kuat, dan meninggalkan ruang makan, Katya sadar ada tamu tak diundang di rumahnya, bahkan para pejabat pemerintah dunia berpikir 1000 kali jika ingin menolak kedatangan yang satu ini. Salah satu vampir primordial yang sudah bertahan melalui berbagai Era, dia adalah legenda, kematian, kebangkitan, dan simbol dari kekuatan absolut di ras vampir, rival abadi Katya, The Nosferatu Alucard."Maaf membuat menunggu Tuan Alucard." sambut Katya dengan menuruni tangga, "Lama tak berjumpa.""Lama tak berjumpa, Katya, kecantikanmu memang tiada tara sejak dahulu," sanjung Alucard dengan mengangkat gelas Wine yang di tangannya sembari duduk menyilangkan kakinya dengan elegan."Terima kasih atas pujiannya." balas Katya dengan menatap mata pria itu,Walaupun obrolan terkesan santai, tapi aura mengerikan seolah terpancar dari mereka berdua, tekanan udara di ruang tamu menjadi semakin sesak membu
Pagi harinya, Ryo terbangun dengan tangan Elena yang masih memeluknya. Ia bisa melihat paras cantik Elena dari dekat, wajahnya langsung memerah dan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya. Perlahan ia bangkit dari ranjang dan menggunakan kamar mandi.Seorang pelayan perempuan yang masih terlihat sangat belia bertubuh ramping nan mungil berambut coklat pirang, berpapasan dengan Ryo ketika baru keluar dari kamar mandi, wajah dan telinga runcingnya langsung merah tersipu malu, keranjang berisi pakaian terjatuh ketika melihat Ryo bertelanjang dada."Ah? maafkan aku, aku tak bermaksud untuk mengagetkanmu.""Tidak apa Tuan Muda, E-e-e ... maaf sa-saya tidak tahu tadi malam anda tidur bersama Nona Elena, saya akan segera pergi.""Tak apa, lagi pula aku akan segera pergi, Dark Elf kah? Siapa namamu?""Pelayan seperti hamba tidak pantas menyebutkan nama didepan Tuan Muda,""Tak perlu formal seperti itu,""Baiklah kalau and