Betapa terkejutnya ia mendapati wanita itu sudah menghilang.
Orang-orang yang mengerumuni Ming Shi akhirnya pergi juga. Kesempatan itu ia pergunakan untuk mencari wanita itu.
Seseorang menepuk pundaknya. “Kau jangan cemas. Dia ada di tempat yang aman.”
Ming Shi memandangi pemanggilnya, yang merupakan seorang gadis kecil yang umurnya tidak tersangkut jauh darinya. Ia tidak bisa mengatakan gadis itu cantik dengan wajah bundarnya yang kemerahan dan rambut pendeknya yang tidak begitu rapi, namun gadis itu juga tidak jelek. Mungkin boleh dibilang manis karena wajahnya nampak polos dan ramah, terlebih kelihatannya ia amat suka tersenyum. Ia melambaikan tangannya, “Ayo, kuantar kau menemuinya.”
“Kau tadi berani sekali! Memprotes bangsawan tinggi itu, apa kau tidak takut mati?” Dalam perjalanan, si gadis bertanya penasaran.
“Karena d
Pekerjaan mereka sehari-hari pun tidak cukup berat. A Hua seorang yang cukup ahli dalam pengobatan, betapapun karena letak rumahnya yang tidak strategis dan ia sendiri tidak tertarik untuk mengiklankan diri, jadilah pasien yang perlu ditanganinya tidak seberapa banyak. Hanya di pagi hari mereka sibuk meencari bahan obat-obatan (yang sebagian besar telah tersedia di hutan sekeliling rumah) serta meraciknya, untuk kemudian dipergunakan oleh para pasien yang selanjutnya berdatangan. Dengan cepat, dua minggu pun berlalu. Ming Shi menikmati pekerjaan sehari-harinya yang walaupun lebih berat daripada kehidupan mewah istananya, namun memberikannya sebuah sensasi membahagiakan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya, yang bernama “penerimaan”. Alasan utamanya adalah Zhang Li Sha. Ia merupakan seorang gadis yang menyenangkan, hangat dan bersahabat. Pula, gadis itu kelihatan begitu memuja dirinya, semua kata-kata dan ajakan p
Keadaan rumah Lian Shi sangat memprihatinkan. Seperti sebuah rumah yang dibangun begitu saja dengan asal dan terburu-buru, sehingga mengesankan bisa rubuh kapan saja. Hanya ada satu ruangan dalam rumah itu, karena itulah dari luar mereka bisa langsung melihat Lian Shi, duduk di samping tempat tidur di mana ibunya tengah terbaring. Mereka juga bisa melihat ibu Lian Shi, dan hati mereka berdua terenyuh. Sang ibu tampak sangat tua, pucat; seperti ciri-ciri orang yang nyaris mendekati ajal. Samar-samar, mereka mendengar suara Lian Shi, “Nona A Hua tadi kembali memaksaku mengambil obatnya...” Berganti menjadi suara sang ibu. Terdengar parau dan sangat letih. “Kau sudah menolaknya, kan?” “Ibu... ibu tak bisa terus-terusan begini! Kalau ibu mempertahankan harga diri semata, ibu bisa...” Lian Shi tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. “Ibu memang tidak i
Li Sha-lah yang pertama kali mendengar suara tak lazim itu. Mereka bertiga tengah masuk jauh ke dalam hutan, mencari sebatang tanaman amat langka yang hanya ada di dalam sebuah hutan yang karena rimbunnya, hanya sedikit sinar matahari yang merekah lantaran terhalang oleh daun-daun pepohonan raksasa. Hutan itu sunyi senyap, hanya keresekan angin yang sesekali terdengar melewati. Dan Li Sha cukup yakin kalau suara yang tadi ia dengar sama sekali bukan gemerisik angin, walau sepintas terdengar mirip. “Dari situ aku mendengarnya,” Li Sha menunjuk ke arah semak belukar lebat di samping kanannya. Mereka bertiga dengan hati-hati melangkah, menyibakkan semak rimbun yang menghalangi. Tiba-tiba sesuatu melesat cepat, seperti sedang berlari menghindarinya. Bergegas mereka mengejar sesuatu itu, yang ternyata - sangatlah mengejutkan - seorang gadis cilik. Gadis itu tampak sangat ketakutan, ia berlari dengan terburu
Sang Putri sangat senang terhadap mereka berdua, terutama Ming Shi, karena itulah Kaisar Shui memperlakukan mereka dengan sangat baik. Ia memberikan mereka banyak hadiah-hadiah mahal, dalam hal ini Lian Shi merasa senang sekali. Ia bisa menggunakan itu semua untuk membelikan obat bagi ibunya. Tidak begitu halnya dengan Ming Shi. Sang putri tampak amat sangat tertarik dengannya, dan ia tahu kenapa. Sekarang ia menyesal telah memujinya “anak yang sangat manis” dan membuai perasaan sang puteri. Masalahnya, puteri itu tiba-tiba menjadi amat suka mengikutinya. Mula-mula ia menginginkan Ming Shi menjadi pengawal pribadinya, sayang baginya Ming Shi mengatakan ia telah memiliki pekerjaan. Dan tentunya tak mungkin bagi sang putri untuk mendesaknya karena bisa-bisa memancing kecurigaan ayahnya. Jadi sang putri memakai cara lain. Dia sering sekali tiba-tiba muncul di rumah A Hua, kadang diiringi rombongan prajurit, kadang disertai abdinya,
Li Sha sangat tercegang dan sedikit ketakutan saat melihat Ming Shi, dengan raut muka yang begitu marah sehingga tampak amat menyeramkan, menjejalkan dengan kasar pakaiannya ke dalam tas kecil. Takut-takut gadis itu bertanya, “Ming Shi... apa yang terjadi?...” “Ayahku yang tak berperasaan itu telah menjodohkanku dengan puteri Shui itu!” “Hah?! Bagaimana mungkin?!” “Puteri itu tadi datang ke sini untuk mengatakan hal itu! Dia menyuruhku mengikutinya ke istana, takut diapa-apakan oleh “pangeran tak dikenal” itu! Hah, seharusnya aku yang ketakutan! Keterlaluan sekali ayahku! Bisa-bisanya dia melakukan ini semua tanpa menanyaiku terlebih dahulu! Bagaimanapun aku harus ke Istana Shui untuk membereskan ini semua!” Li Sha menghela nafas. Kasihan sekali Ming Shi, memang mengerikan dipaksa bertunangan dengan puteri perengek itu. “Bagaimanapun kau harus memecahkan segala
“Pengawal Puteri Kekaisaran Shui... bukan. Aku seharusnya memanggilmu Yang Mulia Pangeran Kedua Han Ming Shi dari Kekaisaran Han.” Ming Shi terhenyak. Pucat pasi, ia memandang Puteri Hua Shi yang kini berdiri di hadapannya. Ia mencoba menguasai diri, memberi hormat dan tersenyum, “Tuan Puteri, hamba tidak mengerti...” “Tidak lucu, Ming Shi. Hentikan kepura-puraanmu. Aku tahu betul itu kau. Kita bersaudara kandung, aku tentu bisa langsung mengenalimu dengan segera. Benar-benar mengherankan Ayahanda tidak memperhatikanmu...” “Jangan! Kumohon, Kak Hua Shi, jangan beritahu Ayah!...” “Baik, baik, jangan sepanik itu. Ayah juga tidak akan memperhatikanmu. Dia kelihatannya tengah sibuk dengan suatu urusan,” Hua Shi menyibakkan rambutnya. “Jadi Ming Shi, kenapa kau keluar dari Pu Tuo San dan malah menyamar jadi pengawal Puteri Shui?” &nb
Puteri Rin mengerutkan alisnya, “Kau mau meminta tolong padaku?” Ming Shi membungkuk rendah, “Maafkan atas ketidaktahuan diri hamba ini, Tuan Puteri. Hamba terpaksa melakukan ini...” Ia memandang Rin, melemparkan tatapan amat memelas yang seketika pula meluluhkan hati sang Puteri. “Tuan jangan khawatir! Demi Tuan , Rin akan melakukan apapun yang Rin bisa!” katanya sambil cepat-cepat membantu Ming Shi berdiri. Pemuda itu melengkungkan senyum penuh terima kasih yang sangat menawan, yang membuat Rin bertekad untuk membantunya sebaik mungkin. “Ada orang yang membenci hamba...” Belum selesai Ming Shi berujar, Rin sudah berteriak marah, “Apa?! Kurang ajar, siapa orang yang begitu beraninya membencimu!” “... dia adalah Puteri Perdana Menteri...” “Baik, aku akan menegurnya!” &nbs
“Ini sungguh tidak baik, Ming Shi. Kau adalah pangeran Han, nyawamu terancam bila kau berkeras tetap di sini.” Lian Shi berkata khawatir. “Kau juga sama, Kak Lian Shi. Kau juga keturunan Kekaisaran Han, bagaimanapun juga. Dan Kaisar Shui sekarang membenci orang Han apapun jenis status mereka. Jadi kau harus ikut bersama kami keluar dari sini.” “Tapi aku tak mungkin kembali ke Han. Kau mengerti kan, kami telah diusir...” “Kita bisa pergi ke negeri lain!” Dan rencanapun disepakati. Mereka akan pergi ke Tse-Kuan, malam ini.*** Mereka tidak menyadari satu hal. Letnan Ao pula seorang mata-mata yang handal. Mereka bertiga memang telah berusaha semaksimal mungkin untuk berhati-hati, namun Letnan Ao ternyata lebih cerdik. Sejak semula ia mengetahui identitas Ming Shi dan Lian Shi ya