Share

Bab 3

Ketika aku ingin mengirimkan Emoticon bergambar wajah tersenyum, tiba - tiba ponsel ku beralih ke panggilan masuk. Ada telepon dari pacarku. 

Aku terkejut dan hampir membuat ponselku jatuh ke wajahku. 

Aku terdiam sejenak selama tiga detik memandangi layar ponsel, terlihat nama yang sedang menelponku "Bernardo", terdapat juga Emoticon Love berwarna hitam di samping nama nya. 

"Kamu seperti permen kapas yang mencair sepanjang hari dihatiku." Nada dering ponselku berbunyi. 

Nada dering ini hanya terdengar saat Bernardo menelepon, aku juga memasang nada dering untuk orang tuaku, ketiga sahabatku dan juga bos dan teman - teman kerjaku.  

aku sengaja memasang nada dering yang berbeda pada mereka, agar aku dapat mengenali orang yang menelponku. 

Aku bukan tipe orang yang suka mengangkat telepon dari orang lain kecuali situasinya darurat.

Aku mengangkat telepon darinya, terdengar suara di seberang sana "Selamat pagi, Nona cantik."

Hampir setiap pagi dia meneleponku dan ucapan pertama nya selalu seperti itu. Apakah semua pria seperti ini kepada kekasihnya?

"Apakah kamu bekerja hari ini?"

Aku tersenyum dan berkata, "Selamat pagi juga.." Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika berbicara dengan nya melalui telepon maupun secara langsung. 

"Ya, aku bekerja."

"Mau ku antar?"

"Tidak usah, jarak rumahku ke kantor kan dekat."

Sejujurnya aku ingin sekali diantarkan dia ketika berangkat kerja tapi, jarak rumahku ke kantor tempat bekerja itu sangat dekat dan aku hanya perlu  berjalan kaki sekitar sepuluh menit untuk sampai kesana.  

"Baiklah, aku sedang dijalan menuju tempat bekerja, akan ku kabari nanti."

"Hati - hati dijalan." 

"Ya." 

Aku berpacaran dengan Bernardo baru dua tahun. Dia merupakan teman satu sekolah ku saat masih sekolah menengah, namun kami beda kelas.

Banyak yang bilang bahwa dia pria yang dingin terhadap wanita tapi, menurutku tidak sama sekali, karena jika sedang di bersamaku dia akan bermanja ria, merengek seperti anak kecil, dan tidak ingin melepaskan tanganku dari genggaman tangan nya.

Aku pernah menyuruh Adeline berpura - pura menjadi orang lain, mengirimi pesan, menggoda, dan mengajak nya berkencan. Awalnya aku berpikir bahwa Bernardo akan menanggapi. Tapi dugaanku salah, Bernardo tidak menanggapi bahkan dia memblokir Adeline. 

Sebelum Bernardo menutup teleponnya, dia berkata padaku,"Jangan lupa sarapan."

Tentu saja! aku tidak akan membiarkan cacing - cacing di perutku bernyanyi. 

Setelah itu, Aku menutup ponsel, menaruhnya di sampingku, mataku tertuju pada jam dinding yang berada tepat di samping televisi, jam itu menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. Aku terdiam sebentar selama satu menit memandangi jarum jam yang terus berjalan. 

Ponselku bergetar kembali aku tak menghiraukan nya. Aku sedang berpikir setelah beranjak dari kasur, aku harus melakukan beberapa hal. 

Pertama, merapikan tempat tidur dan mengembalikan posisi bantal ketempat semula. kedua, mematikan lampu. Ketiga, membuka gorden. Keempat, mematikan Air Conditioning. kelima, ambil handuk dan pergi mandi. keenam, berangkat kerja. 

Aku melakukan itu semua ketika ingin beraktivitas seperti bekerja atau hal lain nya, aku juga membuat Noted yang ku tempelkan ke dinding untuk kegiatan setiap hari, hari kerja maupun hari libur. 

Disatu sisi aku melakukan itu semua karena, aku harus mandiri hidup di kota Quezon dan jauh dari orangtua. Orang Tuaku berada di kota Cebu yang jaraknya sekitar delapan ratus kilometer dari kota Quezon. 

Sekarang, aku harus mengumpulkan semua niat dan tenagaku untuk beranjak dari kasur, tapi rasanya aku tidak ingin pergi dari kasurku, aku merasa di badan ku sudah terpasang magnet yang begitu kuat. 

"Aku tidak boleh bermalas - malasan!" gumamku

Perlahan aku mulai membangunkan tubuhku dari posisi terlentang menjadi posisi duduk. 

Oke! Saat nya beranjak dari kasur!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status