Home / Thriller / TUKANG SOL SEPATU / Bab 8 "Langkah Terakhir: Pertempuran Dendam di Rumah Sakit"

Share

Bab 8 "Langkah Terakhir: Pertempuran Dendam di Rumah Sakit"

Author: tedi sugiri
last update Last Updated: 2024-02-08 08:00:41

Danil menerima telepon dari pembunuh yang memberikan detail rencana mereka, di mana pembunuh tersebut akan menyamar menjadi seorang dokter untuk menangani Zaki di rumah sakit. Tugas Danil adalah untuk membantu melancarkan aksi pembunuhan tersebut.

Setelah menerima telepon itu, Danil memutuskan untuk berperan dalam rencana pembunuhan tersebut. Dia melihat kesempatan ini sebagai cara untuk menyelesaikan masalah dengan Zaki dan pada saat yang sama, menjalin hubungan yang lebih kuat dengan gengster Harimau Terbang.

*Danil, dengan hati-hati, mengambil teleponnya dan memilih untuk menelepon dokter yang sedang merawat Zaki di rumah sakit. Dia memutuskan untuk menyamarkan suaranya agar menyerupai Roni, menciptakan kesan bahwa panggilan itu berasal dari kepolisian.*

**Danil (mengubah suaranya agar menyerupai Roni):** "Dokter, ini Roni dari kepolisian. Kami membutuhkan bantuan Anda dengan segera di rumah sakit lainnya. Ada pasien darurat yang membutuhkan kehadiran Anda. Mohon segera datang."

*Danil berharap bahwa dokter tersebut akan tergoda untuk segera meninggalkan rumah sakit tempat Zaki berada, sehingga rencana pembunuhan bisa berjalan sesuai rencana.*

*Doctor tersebut merespons dengan pertanyaan yang wajar, meminta kepastian atas panggilan tersebut.*

**Doctor:** "Apakah tidak ada dokter lain di sana, Pak Roni?"

*Danil, dengan suara yang mirip dengan Roni, memberikan penjelasan tegas.*

**Danil (menyerupai suara Roni):** "Tidak ada, Dokter. Anda adalah satu-satunya dokter yang memiliki keahlian di bidang kardiologi, dan kami membutuhkan Anda segera. Pasien darurat ini membutuhkan bantuan Anda. Tolong segera datang."

*Danil berharap bahwa dokter tersebut akan terdorong untuk segera meninggalkan rumah sakit tempat Zaki berada, sehingga rencana pembunuhan bisa berjalan sesuai rencana.*

*Ketika mendengar penjelasan Danil yang menyamar sebagai Roni, dokter tersebut merasa terikat dengan kewajibannya untuk menolong pasien yang membutuhkan bantuan medis segera.*

**Doctor:** "Baiklah, saya akan segera datang. Pasien darurat memang menjadi prioritas utama saya."

*Dengan tekad untuk memberikan bantuan medis yang diperlukan, dokter tersebut segera bersiap untuk meninggalkan rumah sakit tempat Zaki berada dan menuju ke tempat yang diminta oleh Danil.*

*Danil, meskipun merasa lega bahwa rencananya berhasil, tetap waspada terhadap kemungkinan apa pun yang dapat terjadi di rumah sakit dan berharap bahwa rencana pembunuhan akan berjalan sesuai dengan rencananya.*

*Dokter tersebut memberitahukan kepada suster yang sedang merawat Zaki bahwa dia harus pergi ke rumah sakit lain karena ada pasien darurat yang membutuhkan pertolongan secepatnya. Zaki, yang sedang berada di dekatnya, mendengar percakapan itu, tetapi tidak mencurigai apapun.*

**Dokter:** "Suster, saya harus pergi sebentar ke rumah sakit lain. Ada pasien darurat yang membutuhkan pertolongan secepatnya. Tolong beritahu Zaki bahwa saya akan segera kembali."

*Suster mengangguk memahami, dan dokter itu segera meninggalkan ruangan menuju rumah sakit lain.*

*Zaki, meskipun mendengar percakapan itu, tidak merasa curiga. Dia tetap berada di tempat tidur, memikirkan hal-hal lain dalam pikirannya yang dipenuhi dengan pertempuran batin dan dendam.*

*Danil tiba dengan cepat di rumah sakit setelah menerima telepon dari pembunuh. Saat dia sampai di sana, dia melihat dokter yang sedang merawat Zaki bersiap-siap untuk pergi. Danil segera menyadari kesempatan yang ada dan memutuskan untuk bertindak.*

**Danil:** "Maaf, Dok. Mau kemana?"

*Dokter tersebut menjawab dengan ramah,* "Saya mau menuju rumah sakit yang lain, Pak Danil. Ada pasien yang membutuhkan pertolongan dengan segera."

**Danil:** "Oh begitu, Dok! Semoga bisa membantu pasien di sana. Silahkan."

*Danil berpura-pura terkejut dan bersikap kooperatif, tetapi dalam hatinya dia tahu bahwa rencana pembunuhan akan segera berlangsung. Dia berharap bahwa segala sesuatunya akan berjalan sesuai rencana.*

*Setelah memastikan bahwa dokter telah pergi, Danil segera mengambil langkah berikutnya. Dengan hati-hati agar tidak terdengar oleh siapapun, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon kembali pembunuh untuk memberi tahu situasi terbaru.*

**Danil:** "Dia sudah pergi. Saya berhasil meyakinkannya untuk pergi ke rumah sakit lain. Sekarang saatnya untuk bertindak. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

*Danil memberikan instruksi dengan tegas kepada pembunuh, memastikan bahwa rencana pembunuhan terhadap Zaki akan berjalan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya.*

*Dengan hati-hati dan cepat, Danil kembali ke posisinya, siap untuk mengawasi situasi dan memastikan bahwa rencana tersebut berhasil dilaksanakan.*

*Tidak lama kemudian, pembunuh yang menyamar sebagai dokter tiba di rumah sakit tempat Zaki berada. Dia telah berpakaian dengan lengkap, mengenakan seragam dokter dengan sangat profesional. Tanpa menimbulkan kecurigaan sedikit pun dari petugas keamanan atau orang lain di rumah sakit, pembunuh tersebut dengan lancar masuk ke dalam ruangan Zaki.*

*Saat masuk, suster yang berada di ruangan sedikit terkejut karena tidak mengenalinya. Namun, pembunuh tersebut dengan sikap yang sangat profesional berbicara kepada suster, menyatakan bahwa dia adalah dokter yang akan menggantikan untuk merawat Zaki sementara waktu.*

**Pembunuh:** "Maaf mengganggu, saya adalah dokter yang dijadwalkan untuk mengambil alih perawatan Pasien Zaki sementara waktu. Terima kasih."

*Suster merasa sedikit aneh, tetapi dengan kesan profesional dan percaya diri yang ditunjukkan oleh pembunuh tersebut, suster tidak mencurigainya. Dia mempercayakan perawatan Zaki kepada "dokter" tersebut dan meninggalkan ruangan.*

*lalu pembunuh tersebut dengan sangat profesional memeriksa Zaki, menyelidiki kondisinya dengan cermat.*

**Pembunuh:** "Bagaimana keadaanmu, Zaki?"

*Zaki menjawab dengan suara yang lemah,* "Sekarang rasa sakitnya sudah sedikit berkurang, Dok, tapi tubuh saya masih terasa lemas."

*Zaki tidak mencurigai apapun, percaya bahwa dia sedang berbicara dengan seorang dokter yang bertanggung jawab untuk merawatnya. Pembunuh itu menutupi identitasnya dengan baik dan bertindak dengan sangat ahli dalam menyamar sebagai profesional medis.*

*Pembunuh tersebut berkata dengan wajah yang tenang,* "Zaki, ada obat yang harus kamu minum. Obat ini dapat segera menyembuhkan luka-lukamu, dan kamu pasti akan segera pulih."

*Saat itu, Zaki menjawab dengan sepenuh kepercayaan,* "Baiklah, Dok."

*Namun, ketika pembunuh tersebut akan menyiapkan obatnya, tanpa sengaja Zaki melihat sebuah tato kecil bergambar harimau di leher pembunuh tersebut. Melihat tato tersebut, Zaki mulai merasa curiga dan ada yang aneh. Pertanyaan dan kecurigaan mulai muncul di benaknya tentang identitas sebenarnya dari orang yang berada di depannya ini.*

*Zaki mulai memperhatikan dengan sangat teliti seluruh tubuh dan gerak-gerik pembunuh tersebut. Setiap detail menjadi fokusnya saat kecurigaannya semakin menguat. Tato kecil bergambar harimau di leher pembunuh tersebut menjadi petunjuk awal yang mengundang pertanyaan dalam pikiran Zaki.*

*Saat Zaki terus mengamati, kecurigaannya semakin menguat. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan situasi ini. Andrenalinnya mulai terpancing, dan meskipun dia masih terluka dan lemas, dia mulai mempersiapkan diri secara mental dan fisik untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.*

*Pembunuh tersebut, ternyata memiliki niat jahat untuk memberikan racun mematikan kepada Zaki. Saat pembunuh tersebut mendekati Zaki dengan membawa obat dan air, Zaki tetap siaga dengan tatapan tajam. Ketika pembunuh tersebut menyuruh Zaki untuk minum, Zaki menolaknya dengan tegas. Pembunuh tersebut mulai menyadari bahwa Zaki sudah mencurigainya.*

*Merasa rencananya terbongkar, pembunuh tersebut langsung mengeluarkan senjata tajam yang disembunyikan di belakang jas dokternya. Tanpa ragu, ia meluncurkan serangan langsung ke arah kepala Zaki. Namun, meskipun Zaki belum pulih sepenuhnya, dia masih memiliki kecepatan refleks yang luar biasa. Dengan gerakan yang cepat, Zaki berhasil menghindari serangan pembunuh tersebut.*

*Ketika pertarungan pecah, Zaki menggunakan keahliannya untuk bertahan. Dengan keberaniannya, Zaki berhasil merebut senjata tajam dari tangan pembunuh tersebut. Dengan sekali gerakan, Zaki menyerang tanpa ampun hingga pembunuh tersebut tewas.*

*Saat itu, ruangan Zaki berantakan, ranjang tempat tidur Zaki terguling, dan Zaki berada di bawah, tetapi dia berhasil mempertahankan diri dan mengalahkan pembunuh yang berusaha membunuhnya.*

*Dalam hatinya yang dipenuhi amarah dan kesal, Zaki merenung dengan tajam. Dia bertanya-tanya siapa yang ada di balik upaya pembunuhan tersebut dan mengapa sudah dua kali orang mencoba membunuhnya. Dia yakin bahwa gang rival, menyadari bahwa dia masih hidup. Dan jika gang rival mengetahui keberadaannya, pasti ada mata-mata di antara mereka. Namun, Zaki tidak tahu siapa mata-mata itu.*

*Kali ini, Zaki bersumpah untuk menjadi lebih waspada dan bertindak dengan lebih tegas. Dia berencana untuk menghancurkan gang rival sampai ke akarnya. Ini bukan hanya tentang membalas dendam, tapi juga tentang memastikan keselamatannya dan melindungi kedua orangtuanya.*

*Dengan tekad yang kuat, Zaki memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit meskipun masih dalam kondisi yang lemah. Dia mengesampingkan rasa sakitnya dengan adrenalin dan mengandalkan keahliannya. Tanpa ragu, Zaki langsung keluar dari ruangan dan berlari menuju pintu keluar rumah sakit.*

*Para suster yang sedang bertugas terkejut melihat Zaki berlari keluar begitu cepat. Mereka tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dan hanya bisa menyaksikan dengan keterkejutan.*

*Saat itu Zaki segera dihentikan oleh petugas keamanan rumah sakit begitu ia berlari keluar. Namun, dengan terpaksa, Zaki menggunakan keahliannya untuk melumpuhkan petugas keamanan tersebut agar pingsan. Dengan gerakan cepat dan tepat, Zaki berhasil menyingkirkan penghalang tersebut dan melanjutkan pelariannya.*

*Danil yang sedang mengawasi dari jauh di luar rumah sakit terkejut melihat Zaki berlari keluar dari rumah sakit. Tanpa ragu, Danil segera merespons dengan sigap dan memulai pengejaran terhadap Zaki dengan cepat, memastikan agar Zaki tidak berhasil melarikan diri.*

*Saat itu Zaki menyadari bahwa Danil sedang mengejarnya, dan dengan terpaksa, ia terus berlari untuk menghindarinya karena Zaki bertekad untuk menyelesaikan urusannya sendiri. Namun, yang mengejutkan Zaki, Danil beberapa kali melakukan tembakan ke arahnya. Zaki terus berlari dengan cepat, hingga akhirnya memasuki wilayah pemukiman. Tanpa ragu, Zaki melompat ke sungai yang mengalir deras, dan tubuhnya tidak terlihat lagi.*

*Danil dengan penuh kemarahan terus melakukan tembakan ke arah sungai, tetapi Zaki tidak terlihat lagi. Danil merasa sangat marah dan frustrasi karena merasa bahwa pembunuhan tersebut gagal dan Zaki berhasil melarikan diri.*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TUKANG SOL SEPATU    Bab 82 Warisan Kakek Zaki: Cahaya Perjuangan dan Kebajikan

    Lalu dikeesokan harinya, Maya kembali ke rumah sakit, namun kali ini maya bersama anaknya indri, dan kakek roni juga dicki. Saat itu di rumah sakit kakek zaki dengan kondisi lemah tapi sudah sadar.Maya memasuki ruangan perawatan bersama Indri, Kakek Roni, dan Dicki. Mereka melihat Kakek Zaki terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan tubuhnya lemah. Meskipun begitu, matanya bersinar ketika melihat mereka semua masuk.Indri berlari mendekati tempat tidur Kakek Zaki dengan mata berkaca-kaca, mencium tangannya lembut. Kakek Zaki tersenyum lemah dan meraih tangannya dengan lembut. Kakek Roni dan Dicki juga mendekat dengan penuh kekhawatiran.Maya berdiri di samping tempat tidur, mencoba menahan air matanya. Dia menatap Kakek Zaki dengan penuh kasih sayang dan kekhawatiran. Hatinya terasa berat melihat keadaan Kakek Zaki yang lemah seperti itu.Kakek Zaki tersenyum tipis melihat mereka semua berkumpul di sekitarnya. Dia mencoba memberi mereka senyuman yang kuat, meskipun tubuhnya teras

  • TUKANG SOL SEPATU    Bab 81 Perjuangan Melawan Teror dan Pemulihan yang Penuh Semangat

    Dalam sekejap, hutan menjadi sorotan api dan suara peluru yang membahana. Kakek Zaki dan timnya segera mengambil posisi perlindungan, membalas tembakan dengan sigap. Meskipun mereka terluka, tekad untuk menangkap Cakra tidak pernah padam.Dalam kekacauan pertempuran, kakek Zaki melihat sebuah gerakan di semak-semak di seberangnya. Tanpa ragu, ia mengambil sikap serangan, berlari maju dengan samurainya yang siap menyerang. Namun, Cakra dan anak buahnya sudah melarikan diri, meninggalkan jejak-jejak perlawanan mereka.Saat asap mereda dan suara senjata reda, kakek Zaki dan timnya mengecek keadaan. Beberapa anggota terluka, tapi semuanya masih bisa berdiri tegak. Mereka mengetahui bahwa pertempuran belum berakhir, dan Cakra pasti akan kembali dengan rencana baru.Dengan hati yang penuh dengan tekad dan keberanian, kakek Zaki memimpin timnya melanjutkan pengejaran mereka melalui hutan yang gelap. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat sebelum Cakra melancarkan serangan lainnya. Pe

  • TUKANG SOL SEPATU    Bab 80 Perburuan kakek Zaki melawan Cakra

    Ketika kakek zaki mulai menemukan jejak cakra, tiba tiba kakek zaki mendapat telepon dari kakek roni menanyakan keberadaan kakek zaki, dan menyampaikan bahwa indri telah disandera oleh cakra.Kakek Zaki merasakan kejutan dan kecemasan merayapi dirinya saat mendengar kabar tersebut. Dalam sekejap, prioritasnya beralih dari mengejar Cakra menjadi menyelamatkan Indri. Tanpa ragu, dia meminta Kakek Roni untuk memberikan detail lokasi dan kondisi terbaru Indri.Namun disini kakek roni menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui lokasi cakra sekarang, dan cakra meminta langsung berbicara dengan kakek zaki lewat telepon.Kakek Zaki merasa tegang saat mendengar permintaan tersebut, tetapi dia tetap tenang dan siap untuk berbicara dengan Cakra. Dia menerima panggilan telepon dengan hati-hati, siap menghadapi apa pun yang akan diungkapkan oleh musuh bebuyutannya.Kakek Zaki merasa perasaan campur aduk antara ketakutan akan keselamatan Indri dan amarahnya terhadap Cakra yang telah menyandera cuc

  • TUKANG SOL SEPATU    Bab 79 Penyamaran Canggih dan Penentangan Tidak Kenal Takut

    Saat itu akhirnya, dengan langkah tegap dan tekad yang kuat, Kakek Zaki meninggalkan rumah sakit untuk memulai pencarian yang berbahaya dan penuh dengan ketidakpastian. Meskipun cakra telah mengubah wujudnya menjadi seorang kakek-kakek yang tak dikenal, dan keberadaannya masih menjadi misteri, Kakek Zaki bertekad untuk menemukannya dengan segala cara.Diperkuat oleh kemarahan yang meluap-luap dan kebrutalannya yang legendaris, Kakek Zaki siap menghadapi bahaya dan menghadapinya dengan keahliannya. Dia tidak akan mengenal takut dan tidak akan berhenti sebelum dia menemukan dan menuntut balas atas kejahatan yang dilakukan oleh cakra.Dengan setiap langkah yang diambilnya, Kakek Zaki membayangkan wajah-wajah yang telah merenggut segalanya darinya, dan api kemarahannya semakin berkobar di dalam dirinya. Hatinya dipenuhi oleh tekad yang tak tergoyahkan untuk menyelamatkan Maya, membalas dendam atas kematian keluarganya, dan menghentikan keganasan cakra sekali dan untuk selamanya.Dalam per

  • TUKANG SOL SEPATU    Bab 78 Perjuangan Kakek Zaki untuk Keadilan dan Keselamatan

    Meskipun Kakek Zaki berhasil merebut senjata dari para penyerang, situasi di pasar tetap tegang dan berbahaya. Para pemuda, kakek-kakek, dan anak-anak tersebut masih terus melancarkan serangan, meskipun mereka tidak lagi memegang senjata. Mereka masih dipengaruhi oleh efek obat yang diberikan oleh tim Cakra, membuat mereka tidak bisa dihentikan begitu saja.Melihat situasi semakin tidak terkendali, para polisi yang bertugas segera mengambil tindakan. Dengan sigap, mereka menahan para penyerang yang masih berusaha menyerang, menggunakan keahlian dan keterampilan mereka untuk menahan mereka tanpa melukai lebih banyak orang.Dalam sekejap, para penyerang yang masih terpengaruh oleh obat tersebut berhasil ditangkap dan dibawa ke tempat yang aman. Meskipun situasi menjadi tegang, para polisi bertindak dengan profesionalisme dan keberanian untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan sebaik mungkin, sambil tetap memastikan keselamatan semua pihak yang terlibat.Kakek Zaki, meskipun lega meli

  • TUKANG SOL SEPATU    Bab 77 Pertempuran Melawan Kekacauan

    Dengan tekad yang kuat dan niat yang gelap, Cakra dan timnya memasuki daerah pasar, tempat yang menjadi target utama mereka untuk melancarkan balas dendam terhadap Kakek Zaki. Mereka telah merencanakan setiap langkah dengan cermat, siap untuk menyebarkan kekacauan dan ketakutan di tengah-tengah masyarakat.Dengan mengenakan penampilan kakek-kakek yang ramah dan tidak mencurigakan, Cakra dan timnya mulai menjual makanan ringan mereka kepada pengunjung pasar yang ramai. Namun, di balik senyum mereka yang ramah, tersembunyi niat jahat untuk memanfaatkan orang-orang tersebut untuk mencapai tujuan mereka yang gelap.Mereka memilih sasaran mereka dengan hati-hati, mencari pemuda, kakek-kakek, dan bahkan anak-anak remaja yang rentan terhadap pengaruh mereka. Setiap kali ada yang tertarik dengan makanan mereka, Cakra dan timnya melihat kesempatan untuk memasukkan obat terlarang ke dalam makanan tersebut, merencanakan untuk mengendalikan korban mereka sesuai dengan kehendak mereka.Dengan seti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status