Kini Zeta sudah sampai didepan apartmentnya, ia turun dari mobil dengan menggandeng tangan Nathan sedangkan Syika berada digendongannya. Zeta berterima kasih kepada orang yang sudah membukakan pintu mobil.
"Jika nona butuh sesuatu hubungi saya." Ucap orang yang menyupir mobil tadi.
Zeta mengangguk dan menerima kartu nama itu. Ia masuk kedalam, hari ini cukup melelahkan baginya. Nathan sendiri membawa iPad yang ia bawa dari mobil tadi. Kini Zeta sudah berada didalam apartmentnya, Syika sudah ia tidurkan dikamar. Perempuan itu menghampiri Nathan yang tengah menonton tv.
"Laper?" Tanyanya.
"Heum." Nathan mengangguk, matanya tak lepas dari tv yang menampilkan kartun Spongebob. Zeta beranjak dari duduknya menuju dapur.
10 menit kemudian
Zeta datang dengan membawa nampan berisi 2 mangkuk makanan dan air putih yang berada didalam gelas.
Tampak motor dan mobil berlalu lalang, suara klakson saling bersahutan menyapu indra pendengaran seorang perempuan dan 2 anak kecil. Disamping mereka berada ada beberapa orang yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Perempuan itu, Zeta ia dan twins tengah menunggu bis dihalte.Mereka sibuk bercerita tak peduli raut wajah aneh dari orang-orang yang lewat didepannya. Banyak dari mereka yang secara langsung bilang jika Zeta gila karena tersenyum terus. Zeta hanya menganggapnya angin lalu, baginya senyum itu ibadah."Mama, mana bisnya?" Tanya Syika kesal, hampir 15 menit mereka menunggu bus namun tak kunjung datang.Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Sebentar lagi." Jawabnya, ia sendiri bingung mengapa bisnya datang nya lama sekali."Nathan ingin naik, mama." Ucap Nathan."Emang kalian tak pernah naik bus?" Tanya Zeta, mereka menggeleng polos.
Kini Zeta, twins dan Cakra berada disalah satu restaurant Jepang yang cukup terkenal. Mereka akan makan siang, Zeta heran siapa sebenarnya orang tua kandung twins mengapa batang hidungnya tak nampak. Malah asistennya yang nampak, tapi Zeta juga bersyukur karena waktunya dengan twins akan semakin banyak."Mau pesan apa?" Tanya Cakra."Ramen aja." Jawab Zeta, mereka berbicara sudah tak canggung lagi. Menurut Zeta, Cakra orangnya humoris dan bisa bikin orang tertawa karena tingkahnya. Tadi, Cakra yang selalu membuka topik pembicaraan dimobil. Satu hal yang Zeta tau, jika Cakra tak suka suasa sepi. Didalam mobil dia bernyanyi solah-olah Zeta adalah teman lamanya. Tak ada rasa malu sedikitpun.Beberapa saat kemudian makanan mereka datang, twins makan sendiri mereka tak mau merepotkan Zeta. Biarlah perempuan itu menikmati makanan yang dia pesan terlebih dahulu."Om, Syi ingin minum.
Ternyata yang ada didalam mobil Zio, saudara kembarnya. Selepas itu Zeta langsung membawa lelaki itu menuju apartemen dibantu oleh asisten Zio yang kebetulan juga tengah mencari Zio. Sekarang Zeta membersihkan luka Zio, lelaki itu bergerak gelisah didalam tidurnya."Zio, tenang." Zeta mengelus lengan lelaki itu yang berbalut dengan kkemeha.Zio berdiri dengan langkah gontai ia menuju wastafel, Zeta mengikuti langkah lelaki itu. Zio memutahkan isi perutnya, dengan sigap Zeta memijit tengkuk kepalanya. Namun yang dimuntahkan Zio hanya air bening saja membuat Zeta takut.Setelah dirasa kembarannya tak memutahkan sesuatu lagi, Zeta kembali menuntunnya menuju ke kasur dengan langkah lunglai. Apa yang terjadi dengan dia? Mengapa seperti ini?.Perempuan itu membaringkan Zio dikasur kamarnya, tak lama hans selaku asisten Zio datang membawa obat yang telah dia beli di apotek.&n
Zeta mengerjapkan matanya perlahan-lahan, mengapa dia bisa tiduran disini? Seingatnya ia tidur dikursi menunggu Zio. Lantas kemana lelaki itu pergi, ia duduk dan keluar dari kamar. Tak ada siapa-siapa, ia beralih pergi kekamar yang twins tidurin. Mereka masih tertidur nyenyak.Zeta menghela nafas, kembarannya sudah pulang tanpa pamitan dengannya. Perempuan itu melirik kearah jam dinding yang sudah menujukkan pukul 6 pagi. Berarti Zio pulang dini hari tadi, padahal dirinya masih ingin berlama-lama dengan lelaki itu namun apa boleh buat Zio sudah pulang.Zeta membangunkan twins, tak lama twins terbangun. Dengan segera Zeta menyuruh mereka untuk mandi. Mereka akan mandi sendiri, ia pegi mengambil baju twins yang sudah ia tata didalam almari.Zeta mengambil 2 baju lengan pendek berwarna hitam putih dan celana kain pendek berwarna hitam putih. Beberapa menit kemudian twins keluar dari dalam toilet dengan han
Kini Zeta duduk bersama Albi, orang yang dirinya marahi tadi. Lelaki itu nampak menatapnya dengan pandangan datar membuat dirinya hanya bisa menundukkan kepalanya karena merasa malu. Tak jauh dari tempat mereka duduk terdapat twins bersama Cakra, mereka tengah menonton film di laptop Albi."Jangan melihatku seperti itu." Akhirnya Zeta buka suara setelah berdiam diri 10 menit lamanya setelah ia duduk disini."Kau mau apa kesini?" Tanya Albi tetap dengan pandangan datar mengarah ke Zeta.Zeta mendongak, "Cari lowongan pekerjaan." Balasnya."Mana surat lamaranmu?" Tanya Albi.Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal dirinya kesini tak membawa apa-apa. Ijazah SMAnya tak ia bawa, lantas apa yang harus dirinya serahkan? Kuliah pun dirinya belum usai dan sekarang berhenti."Kau akan menjadi sekertaris saya." Ujar Albi.
Hari ini adalah hari dimana Zeta mulai bekerja, saat ini perempuan itu berada di halte menunggu taksi yang datang. Twins ikut dengan dirinya, mana mungkin Albi melarangnya membawa twins. Zeta sudah memesan taksi online dan kini hanya tinggal menunggunya.Twins sendiri asik makan es krim yang Zeta belikan di pedagang keliling. Tak terasa taksi yang Zeta pesan sudah datang, dengan segera Zeta menuntun mereka untuk masuk kedalam. Selama diperjalanan, Syika nampak mengoceh tentang apa yang dia lihat. Zeta pun menangapinya dengan senyuman, kadang juga ia menjawab jika Syika bertanya.Syika menarik-narik ujung baju Zeta, "Mau jelly," ujarnya kepada Zeta dengan mata mengerjap polos."Beli dimana?" tanya Zeta, pasalnya mereka berada di tengah jalanan kota.Syika menggeleng tak tau, Zeta menyuruh supir taksi untuk berhenti di Alfamart. Setelah mobil itu berhenti, Zeta segera turun untu
Kini Zeta berada didalam lift menuju ruangan Albi. Di lift itu hanya ada mereka ber 3, Syika dirinya gendong dan tangannya yang satu lagi dirinya gunakan untuk menuntun Nathan. Setelah lift berbunyi, mereka keluar. Disepanjang perjalanan tak jarang mereka disapa oleh orang yang berlalu lalang.Syika memeluk erat lehernya, setelah sampai didepan ruangan Albi Zeta segera masuk kedalam. Sesampainya di dalam mereka disambut dengan Albi yang sudah duduk rapi di kursinya. Zeta menuju kemeja Albi dan menurunkan Syika. Dirinya bingung mengapa Albi menatap dirinya lekat."Mengapa kau menatapku?" Tanya Zeta heran."Hari ini kau akan menjadi sekertarisku. Mengapa pakaianmu seperti ini?" tanya Albi dengan nada tak santai.Zeta tak memakai pakaian formal, perempuan itu memakai baju lengan pendek berwarna coklat dan dimasukkan kedalam celana kain panjang berwarna senada. Hey! Zeta akan beke
Zeta masih diam, ia mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut Albi. Dirinya memeluk perutnya sendiri karena merasa dingin. Zeta berjalan mundur kala perempuan itu maju namun dengan sigap Albi mendorong perempuan itu."DASAR PELAKOR!" Teriak orang itu yang Zeta ketahui bernama Feli."Jangan menuduh saya sembarangan," ujar Zeta menatap Feli dengan pandangan tak terbaca."LIHATLAH ORANG INI, DIA PEREBUT CALON SUAMI SAYA," teriak Feli menunjuk Zeta.PlakKepala Zeta menoleh kesamping saat Feli menampar pipinya. Rasa panas langsung menjalar di pipinya, mengapa dia menuduhnya yang tidak-tidak?. Tak sampai disitu saja, Feli juga mendorong bahu Zeta hingga membentur tembok."Jangan dekati Albi atau kau tau akibatnya?!" ancamnya kepada Zeta"Badan manusia perilaku kayak hewan," ujar Zeta tersenyum sinis.