Beranda / Fantasi / Tabib Cantik Milik Pangeran / 115. Tahanan bawah tanah

Share

115. Tahanan bawah tanah

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-30 17:06:14

Di ruang tahta sementara, Bai Yuan berdiri di tengah aula yang kini sunyi. Permaisuri berdiri di sampingnya, anggun seperti biasa.

“Satu langkah lagi,” bisik Zhen Lian di telinganya.

Bai Yuan hanya tersenyum.

“Lalu tak akan ada lagi yang bisa merebut ini dari tanganku… termasuk adikku.”

Dan jauh di bawah tanah istana, dalam ruangan lembap dan gelap tanpa cahaya matahari, Sua duduk bersandar di dinding batu.

Ruangan bawah tanah itu lembap dan nyaris tanpa cahaya. Hanya lentera kecil di sudut yang menyala redup, menciptakan bayangan panjang di dinding batu. Langkah Bai Yuan bergema ketika ia turun ke sel. Tak ada pengawal. Tak ada suara.

Hanya mereka berdua.

Sua mendongak perlahan, menatap sosok lelaki yang kini berdiri di hadapannya seperti hantu masa lalu—tapi lebih berbahaya dari sekadar kenangan.

Bai Yuan membuka pintu jeruji dengan kunci kecil dari balik lengan bajunya, lalu masuk perlahan. Tak satu pun penjaga bersuara. Mereka semua sudah disuap atau diintimidasi untuk tak ikut ca
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Donat Mblondo
diusahakan setiap hari. tapi waktunya, tergantung waktu luang ya ^^
goodnovel comment avatar
Iin Hidayati
Biasanya update jam berapa ni thor? Tiap hari atau gimana?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   179. Jantung Rai

    Hening.Thai Cung menoleh setengah badan. Wajahnya tetap tenang, tapi otot rahangnya menegang sesaat.“Saat seseorang berdiri di medan pertempuran selama dua puluh tahun,” katanya perlahan, “ia belajar membedakan antara ambisi dan perasaan pribadi. Dan aku tidak akan mengorbankan satu kerajaan hanya untuk mengejar bayangan masa lalu.”Sua mengangkat alis. “Jadi... benar. Anda memang mengejar bayangan.”Thai Cung menghela napas, pendek tapi berat. “Ibunda Anda adalah satu-satunya orang di istana menteri yang pernah menolak tawaranku untuk berpihak pada Rongewu—dengan cara yang sangat elegan, sangat memalukan.”“Memalukan?” Sua memiringkan kepala. “Untuk Anda?”“Untukku, dan lima pengawalku,” jawab Thai Cung tanpa senyum. “Ia membuat kami seolah-olah tamu kehormatan, hanya untuk memutar semua informasi yang kami bawa menjadi senjata melawan kami di ruang dewan malam harinya. Bahkan sebelum kami sempat duduk.”Sua terkikik pelan. “Kedengarannya seperti beliau.”“Dan aku,” lanjut Thai Cun

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   178. Kematian Bai Yuan

    Thai Cung menatap Bai Yuan lama, seolah menimbang sesuatu. Lalu ia menghela napas pendek — bukan karena lelah, tapi karena telah sampai pada sebuah keputusan yang tak bisa ditarik kembali."Kau pikir, mengapa aku datang sendiri ke sini tanpa seorang pengawal pun?" suaranya datar, tapi dinginnya menusuk seperti ujung tombak yang mencelup ke sungai es.Bai Yuan mendengus. “Karena kau bodoh?”Thai Cung tidak menjawab. Ia hanya mengangkat tangannya.CLANG!Sebuah pedang panjang dengan ukiran khas Rongewu muncul dari sarung punggungnya, ditarik dalam satu gerakan cepat. Cahaya senjata itu memantulkan api dari lentera kuil, membuat ruangan terasa lebih sempit dan sunyi.“Aku datang karena tahu tempat ini akan jadi titik awal pengkhianatan,” ucap Thai Cung sambil melangkah perlahan ke depan. “Pasukanku sudah bergerak ke Nemewu. Jauh sebelum Mangewu sadar bahwa mereka sedang dipantau dari dalam.”Bai Yuan menegang.Thai Cung melanjutkan dengan suara rendah, tapi bertenaga. “Dan saat aku meneri

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   177. Klan Zhen dan Mangewu

    "Jadi, seperti inikah sosok mantan putra mahkota Shewu? Benar-benar tidak layak!"Bai Yuan terhuyung, tapi segera menoleh dengan sorot mata liar. Napasnya masih terengah. Tapi wajah pria di belakangnya membuatnya terdiam sesaat.Thai Cung berdiri tegak, seperti tembok batu yang mustahil digoyahkan. Pakaian perangnya tampak nyaris tidak berdebu, meski jelas ia datang tergesa. Sorot matanya tenang, tapi pembunuhan mengintai di balik pupilnya. Ia menatap Bai Yuan seakan memeriksa seekor tikus yang baru saja mencuri dari altar suci."Tuan Muda Bai," ucap Thai Cung pelan, "Aku pernah mendengar reputasimu. Tapi rupanya, yang mulia penguasa Shewu tidak sempat mengajarkanmu perbedaan antara cinta dan pemaksaan."Bai Yuan mengangkat dagu, mencoba menutup lukanya dengan arogansi. “Kau siapa berani—”“Aku?” Thai Cung menyela dengan suara tetap datar, tapi kini ada tekanan baja di setiap katanya. "Aku hanyalah seorang jenderal kecil dari utara yang tak tahan melihat seorang wanita diperlakukan se

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   176. Menghadapi obsesi

    Sua memalingkan wajah. Tapi Bai Yuan sudah menyentuhnya — hanya sebentar, cukup untuk merasakan denyutan lembut yang memancar dari tanda itu.“Ini bukan... mantra Klan Zhen,” bisiknya. “Dan bukan segel milikmu sendiri. Ini... milik orang lain.”Sua tak menjawab. Rahangnya mengeras. Matanya menatap lurus ke depan.Bai Yuan menatapnya lekat-lekat. “Kau tak pernah menyebutkan hal ini.” Nadanya berubah — ada nada getir yang nyaris seperti kekecewaan. “Siapa yang berani menandai seorang Sua Linjin Feng?”Sua menoleh. Pandangannya menusuk. “Seseorang yang bahkan kau tidak akan bisa kalahkan.”Diam sejenak.Kemudian Bai Yuan tertawa. Pelan, tapi getir. “Jadi... dia masih hidup?”Sua tak menjawab. Tapi sorot matanya cukup untuk menyatakan: Jangan usik dia.Bai Yuan menunduk pelan, menatap tanda itu sekali lagi. Jemarinya nyaris menyentuhnya lagi, tapi ia mengurungkan niat. “Segel ini hidup. Bukan sekadar simbol kepemilikan... tapi ikatan.”Sua berkata dingin, “Dan ikatan itu bukan sesuatu yan

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   175. Xiangyuan Lun

    Masih belum tampak jelas wajah sosok itu. Sua memberanikan diri untuk mendekat. Tampak wajah samar yang ia kenal. "Bai Yuan!"Sua berdiri tegak meski dadanya berdegup cepat. Hawa yang keluar dari tubuh Bai Yuan terasa aneh — bukan sekadar tekanan spiritual, tapi juga hawa penuh obsesi yang dingin dan kelam. Bayangan di sekeliling lorong seakan merapat, menyoroti wajahnya yang kini mulai tampak di bawah cahaya pelita: Bai Yuan."Tak disangka kau masih mengingatku," ucap Bai Yuan. Senyumnya masih sama seperti dulu — tenang, memikat, tapi penuh tipu daya. Rambutnya kini lebih panjang, diikat ke belakang, dan matanya... terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja menyusup ke istana musuh.Ia melangkah mendekat, pelan, seolah jarak di antara mereka adalah sesuatu yang harus dihormati. Tapi ketika jarak tinggal satu jengkal, tangannya terangkat, hendak menyentuh sisi wajah Sua.Sua menepis dengan tegas. “Jangan sentuh aku.”Bai Yuan tak terlihat tersinggung. Ia hanya tertawa pelan, rendah

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   174. Siluet hitam

    Shan Kerei merasakan kehadiran Rai bahkan sebelum namanya disebut. Instingnya yang diasah selama bertahun-tahun dalam kegelapan dan darah berdenyut tajam. Dan saat suara Rai menyebut namanya, ia menoleh. Perlahan, tanpa terkejut, tanpa cemas.Dua pasang mata bertemu dalam bayang-bayang lorong sempit.Rai berdiri tegak, pedang tergenggam di tangan kanan. Sorot matanya dingin, bukan karena takut, tapi karena terlalu sering melihat kematian datang mendekat. Di hadapannya, Shan Kerei berbalut jubah hitam legam, wajah setengah tertutup kain gelap hanya menyeringai tipis.“Lama tak bertemu, Rai Yuan,” ucap Shan Kerei. Suaranya serak, seperti suara batu diasah di atas logam."Atas dasar apa kau menginjakkan kakimu di Shewu, Shan Kerei!" Suara Rai menggelegar rendah, seperti gemuruh dari dalam bumi.Shan Kerei mengangkat bahu, santai, seolah mereka hanya dua orang lama yang kebetulan bertemu di pasar. Tapi sorot matanya tajam, penuh kepastian.“Atas dasar perintah,” jawabnya. “Aku mendapat taw

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status