Share

59. Situasi Bae Ya

Aвтор: Donat Mblondo
last update Последнее обновление: 2025-06-01 18:19:25

Rai maju melindungi Sua, namun lawan mereka cepat dan licik. Pedang mereka tidak terlalu berat, tapi dilumuri racun pembalik energi. Jika terluka, bisa menghambat aliran chi dan menyebabkan kelumpuhan sesaat.

Sua mundur beberapa langkah, dengan cepat mengeluarkan dua kantong kain dari pinggangnya. Ramuan kabut lada hitam, buatan darurat dari bumbu dapur yang ia ambil sebelum naik gunung.

Ia melempar salah satunya ke tanah dan menghantamkannya dengan ujung pisaunya. Ledakan asap pekat menyebar, memaksa dua pembunuh itu melompat mundur sambil mengumpat.

“Tiga langkah ke kanan, Yang Mulia,” kata Sua dengan nada cepat kepada Rai. “Lawan di sebelah kiri Anda memakai pisau belati ganda, yang satu bisa pecah menjadi dua.”

Rai tak bertanya. Ia langsung melesat, menangkis serangan dan berhasil menendang lawan itu mundur ke pohon. “Bagaimana kau bisa tahu?”

“Aku mencium bau logam di udara. Itu bukan dari senjata biasa.” Sua mengambil bungkusan kecil dari dalam ikat pinggang. Serbuk akar besi ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Latest chapter

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   97. Jejak Klan Hei

    Di sebelah timur kediaman, terdapat sebuah menara. Menara Komunikasi Lama, dulunya merupakan bagian dari jaringan komunikasi militer Kekaisaran Shewu. Meskipun sudah lama ditutup dan tak digunakan, menara itu masih berdiri dalam kompleks besar Kediaman Perdana Menteri, terutama di wilayah-wilayah yang jarang dijamah, seperti area pelatihan tua, gudang bawah tanah, dan taman belakang yang telah ditinggalkan.Langit senja mewarnai dinding batu tua Menara Komunikasi Lama dengan warna keemasan kelabu. Bangunan kuno itu dulu digunakan sebagai pos komunikasi selama Perang Seratus Hari, lalu ditinggalkan dan membusuk, atau setidaknya, seharusnya begitu.Tapi saat Chunying melompati pagar batu yang penuh sulur liar, firasatnya langsung bicara lain.Bagian dalam menara itu bersih. Terlalu bersih.Ia menyusup masuk melalui jendela setengah runtuh. Tanahnya dipenuhi jamur dan debu, namun tengah ruangan bebas dari sarang laba-laba. Ada jejak kaki samar, dan aroma lilin terbakar yang belum sepenuh

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   96. Menyaring

    Asap telah menghilang, tapi bau racun, abu, dan pengkhianatan masih menggantung di aula utama Kediaman Perdana Menteri.Tirai altar hangus di bagian bawah. Karpet pernikahan yang tadinya merah mewah kini dipenuhi jejak kaki dan noda arang. Beberapa tamu telah dipulangkan dengan pengawalan karena kondisi yang tak aman. Para pelayan sibuk memadamkan sisa api, mengangkat kursi terbalik, dan membersihkan pecahan porselen—semua dalam diam, nyaris tanpa suara.Namun yang paling sunyi... adalah tempat berdirinya dua pengantin.Cai Ji dan Liu Chang.Gaun merah menyala Cai Ji kini ternoda jelaga. Mahkota emasnya miring, dan cat bibirnya luntur. Wajahnya pucat, matanya kosong menatap altar yang tak pernah sempat digunakan.Di sisi lain, Liu Chang berdiri dengan tangan gemetar, kemeja dalamnya robek akibat sempat terseret saat mencoba mendekati Sua sebelumnya.Dan ketika pasukan istana akhirnya mulai bergerak, keduanya sadar, semuanya telah selesai.“Tangkap mereka,” perintah Rai dengan tenang n

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   95. Di hadapan semua mata

    Untuk sesaat… semua terdiam.Langkah-langkah Su Ying memantul di lantai batu, nyaring dan berat seperti lonceng kematian bagi harga diri Han Feng. Gaunnya berwarna gading pucat, rambutnya disanggul rapi, dan matanya, adalah mata seorang wanita yang telah kehilangan terlalu banyak untuk terus diam, memandang lurus ke pusat panggung pengkhianatan.“Itu… Su Ying?”“Tidak mungkin… dia sudah mati!”“Kuburnya masih ada di barisan istri bangsawan di barat taman…”“Kalau itu dia… lalu siapa yang sudah kita kuburkan?!”Bisik-bisik berubah menjadi gelombang panik. Beberapa bangsawan tertegun, berdiri perlahan. Seorang pelayan menjatuhkan piring porselen yang pecah menjadi gaung keterkejutan.Han Feng membatu.Wajahnya kehilangan seluruh warna. Suaranya nyaris tak keluar saat bergumam:“Kau… seharusnya… sudah mati…”Su Ying berdiri tenang di tengah aula, di antara Sua, Rai, dan suaminya yang kini tampak lebih seperti musuh negara daripada kepala keluarga.“Kau memang menyaksikan, Han Feng,” jawa

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   94. Di Ambang Kebenaran

    Sua belum juga menarik tangannya dari genggaman Rai, dan pria itu masih terpaku pada wajahnya, seolah baru benar-benar melihat gadis itu untuk pertama kalinya. Lalu, dengan lirih tapi jelas, Rai bergumam:“Kau … terlihat semakin kurus.”Kata-katanya sederhana, tapi mengandung lebih banyak kepedulian daripada semua suara yang pernah Sua dengar di rumah itu.Sua menoleh, mata mereka bertemu. Ia menjawab dengan tenang, seperti menuturkan cerita harian:“Ayah mengurungku di Paviliun Barat, tanpa makanan dan tanpa seteguk air pun.”Hanya dalam satu detik, tatapan Rai berubah.Wajahnya tetap dingin, tapi mata yang biasa melihat kematian di medan perang, menyala seperti bara yang tersulut bensin. Tatapannya beralih tajam ke arah Han Feng, menusuk seperti anak panah.Beberapa bangsawan langsung menegang, merasa hawa ruangan turun beberapa derajat.Namun, Rai tidak menyerang. Ia menahan diri.Karena yang lebih penting saat ini adalah gadis di hadapannya. Ia menoleh kembali ke Sua. Tanpa menung

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   93. Pesta pernikahan 3

    Liu Chang gemetar. Wajahnya yang sebelumnya merah karena emosi kini mulai memucat, tapi entah karena takut atau malu—ia tetap membuka mulut.“Yang Mulia … Anda telah ditipu olehnya!” serunya keras, meski suaranya bergetar. “Dia itu monster! Dia bukan seperti yang Anda kira! Dia hanya—”Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Sua, seolah setiap tudingannya bisa menghapus keberanian gadis itu.Namun—Shhraang!Suara logam menyayat udara.Pedang panjang dengan gagang hitam keperakan kini telah terhunus. Dalam sekejap, ujungnya telah menempel dingin di sisi leher Liu Chang.Rai berdiri hanya setengah langkah dari pria itu. Sorot matanya tak berubah, dingin, tenang, dan sangat berbahaya.Tubuh Liu Chang membeku. Napasnya tertahan. Tak ada satu pun suara keluar dari mulutnya lagi.Keheningan kembali melanda aula.Rai berkata pelan, tapi tiap katanya menekan.“Bodoh.”Ia menatap lurus ke mata Liu Chang, penuh jijik.“Aku benar-benar sangat tersinggung.”Ia menurunkan sedikit pedangnya, namun tidak

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   92. Pesta pernikahan 2

    Cai Ji menambahkan dengan senyum palsunya, “Kakak datang ke pestaku mengenakan warna duka dan kenangan ... karena apa? Karena Kakak ingin mencuri sorotan terakhir sebelum aku menjadi nyonya rumah di sini?”“Cukup.”Suara rendah itu menyusul. Kini Liu Chang maju, langkahnya berat dan penuh dendam.“Tidak cukup kau memalukan, kau juga berwajah monster,” katanya tajam. “Kau kira dengan menutup separuh wajahmu, kami akan lupa betapa menjijikkannya dirimu! Wajah itu, seperti kulit ular yang busuk.”Beberapa tamu tertawa kecil, ada pula yang menutup mulut, pura-pura tidak mendengar.Liu Chang melanjutkan, “Kau pikir kau bisa kembali ke sini dengan jubah bangsawan dan menjadi pusat perhatian? Yang benar saja. Kau hanyalah…”“Sudah?”Sua memotong. Suaranya tenang, pelan tapi mengiris seperti baja."Apa kau sudah selesai bicara?"Ia menatap Liu Chang dulu, lalu beralih ke Cai Ji, pandangannya tajam tapi datar, seperti seorang hakim menatap dua terdakwa.Ruangan yang semula gaduh kini kembali su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status