Beranda / Romansa / Tabir Misteri CEO / Bab 6: "Bagaimana bisa?"

Share

Bab 6: "Bagaimana bisa?"

Penulis: Kata Tika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-01 20:47:54

"Ah, Itu dia! Sekretaris kami sudah datang!" seru Lisya yang seketika menatap ke arah pintu masuk ruang VVIP.

Matthew seketika tercengang setelah menoleh ke belakang, tepatnya melihat ke arah pintu masuk. 

"Kamu …," gumamnya lirih tanpa mengalihkan tatapannya dari sekretaris keluarga Gregorius.

"Hah? Bag-bagaimana bisa?!" tak kalah tercengangnya dengan Matthew, sekretaris itu juga terhenyak saat melihat kehadiran Matthew di momen makan malam ini.

Seolah tak peduli pada sekeliling, keduanya kembali saling bertukar tatap. Manik mata berwarna biru terang milik gadis itu lagi-lagi terperangkap pada manik mata hijau kecoklatan milik Matthew.

"Kalian … kalian sudah saling kenal?" tanya Lisya sedikit tergagap.

Pertanyaan dari Lisya berhasil menginterupsi perhatian Matthew dan sekretaris itu.

"Ya!" jawab Matthew tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis di hadapannya.

Tiba-tiba bibir Matthew menyunggingkan sebuah senyum smirk yang menjadi ciri khasnya.

Berbeda dengan Norin yang justru tampak panik.

“Norin, kemana saja kau ini? Kenapa terlambat?!” tegur Bernard meminta atensi Norin.

Di hadapan semua orang, Norin terpaksa harus memberi sikap hormat pada Bernard dan melupakan kejadian tadi siang.

“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi,” jawab Norin lembut seraya membungkukkan badan ke arah Bernard.

"Jadi ternyata kamu ini sekretaris Tuan Gregorius?" tanya Matthew yang tetap memandang intens ke arah Norin.

Norin hanya bisa mengeraskan rahangnya mendengar pertanyaan Matthew.

“Jelaskan padaku, Norin, dari mana kau mengenal Tuan Lutof?” tanya Bernard yang mulai curiga.

Sebagaimana dengan Lisya, adiknya, Bernard pun merasakan panas yang sama dalam hatinya.

“Kami tidak sengaja bertemu tadi saat di toilet, Tuan,” jawab Norin tidak sepenuhnya berdusta.

"Sudah, lupakan! Kemari, Norin! Cepat duduk! Jangan membuat Tuan Lutof menunggu lebih lama!" Bernard sengaja menghampiri Norin dan meraih pergelangan tangan sekretarisnya itu agar duduk di bangku pada sisi kirinya.

"Baik, Tuan Bernard!" jawab Norin patuh.

Semua orang di meja makan ini kembali duduk pada tempatnya masing-masing. Mereka membuka pembicaraan perihal afiliasi ini dengan menyantap hidangan yang sudah tersaji.

Beberapa saat berlalu, Matthew mencoba mencairkan suasana yang sempat menegang akibat topik pembicaraan yang terjadi sebelum ini.

"Aiden, tolong serahkan berkas profile perusahaan kita kepada Tuan Gregorius!" titah Matthew di akhir makan malam.

Aiden mengikuti titah Matthew dan segera menyerahkan map berisi profile perusahaan kepada Norin. "Silakan," ucapnya santun.

Gadis itu pun dengan sigap menerima berkas yang disodorkan kepadanya. "Baik, terima kasih, Tuan Smith!"

"Norin!" panggil Bernard.

"Ya, Tuan?" 

"Serahkan poin-poin afiliasi yang sudah kita susun kepada Tuan Smith!" tutur Bernard dengan lembut.

Norin melaksanakan perintah atasannya. Ia menyerahkan berkas itu kepada Aiden, orang kepercayaan Matthew.

"Terima kasih, Tuan Gregorius! Kami akan mempelajarinya lebih dulu," ucap Matthew to the point.

"Ya! Tentu saja, Tuan Lutof! Hubungi kami setelah Anda selesai mempelajari dokumennya," sahut Bernard merespon ucapan Matthew.

Di akhir pertemuan mereka, Matthew menyempatkan diri untuk berpamitan juga pada Norin, gadis yang sedari tadi berhasil menarik perhatiannya.

"Norin!"

Tiba-tiba suara Matthew terdengar menginterupsi situasi.

Pria itu lantas beranjak menghampiri gadis bermata biru terang itu.

"Ya, Tuan Lutof?" sahutan Norin terdengar sedikit canggung saat berbicara dengan Matthew di hadapan para atasannya.

"Senang bertemu denganmu hari ini, Nona Norin!” ujar Matthew dengan senyum di salah satu sudut bibirnya.

Norin paham betul apa makna dari kalimat sarkas yang baru saja terlontar dari bibir Matthew.

“Begitupun dengan saya, Tuan Lutof!” jawab Norin berdusta setelah menghela napas.

Matthew sengaja menjabat tangan Norin di pertemuan kali ini sebelum akhirnya dia beranjak pergi bersama Aiden.

Norin sempat menatap punggung Matthew yang berbalutkan jas berbahan premium berwarna grey. Tatapannya terus menatap kepergian pria itu hingga tak lagi terlihat.

"Norin!"

Tiba-tiba Norin mendengar suara Lisya memanggilnya dengan kasar.

"Ya, Nona?" jawab Norin memberikan atensi.

"Sejak kapan kamu mengenal Tuan Lutof? Kenapa kamu tidak pernah menyampaikan apa pun ke kami?" tanya Lisya menyelidik. Tatapannya begitu tajam seakan hendak menelan Norin bulat-bulat.

"Kami baru berkenalan tadi saat tidak sengaja bertemu di depan toilet, Nona!" jawaban Norin tetap sama.

Perlahan Norin melihat ke arah Lisya untuk memastikan bagaimana ekspresi wajah atasannya itu.

Dan sesuai dengan apa yang ia duga, Lisya kini tengah memberikan tatapan tajam ke arahnya.

"Lalu kenapa kalian bisa tampak begitu akrab?" Lisya tak sungkan untuk menunjukkan ketidaksukaannya atas keakraban Norin dengan Matthew.

"Maafkan saya, Nona Lisya, tetapi memang saya baru bertemu dengannya hari ini,” Norin tetap berkata apa adanya.

"Sudahlah, Lisya! Untuk apa memarahi Norin?" Bernard tampak tak suka melihat Lisya terus-terusan menyudutkan Norin.

"Untuk apa? Ya jelas untuk kelancaran urusan kita lah! Perusahaan kita harus bisa bersikap profesional dengan semua kolega bisnis perusahaan. Apalagi kita baru saja mengenal Tuan Lutof, jangan sampai Norin terlalu dekat dengannya dan justru mengumbar rahasia perusahaan ke Tuan Lutof!" tukas Lisya tak beralasan.

Ucapannya tentu membuat Norin tersentak, hal ini sampai tertangkap oleh pandangan mata Bernard.

"Jangan berlebihan, Lisya!" tukas Bernard berusaha menjaga perasaan Norin.

"Justru kamu yang berlebihan dalam memperlakukan Norin, Bernard! Norin itu sekretaris pribadimu. Dia tahu semua urusan perusahaan yang kamu percayakan padanya!" tandas Lisya lagi tanpa ragu, sekalipun perkataan itu ia ucapkan di hadapan Norin langsung.

"Jangan lengah, Brother! Kita justru harus waspada dengan orang-orang yang ada di sekeliling kita. Itu yang selalu diucapkan Daddy ke kita sampai detik ini!" ujar Lisya lagi di akhir perdebatan ini sebelum melenggang pergi.

"Maafkan saya, Tuan Bernard! Saya sama sekali tidak bermaksud membuat Anda bertengkar dengan Nona Lisya," Norin segera meminta maaf atas keributan yang terjadi karenanya.

Bernard melirik tajam ke arah sekretaris pribadinya itu. "Ayo, pulang!" ucapnya dingin.

Norin mengernyit heran karena sikap Bernard yang menurutnya aneh. Tetapi ia tidak punya pilihan selain segera menyusul langkah Bernard yang sudah beberapa langkah meninggalkannya.

"Tu-Tuan …!" panggil Norin seraya berlari kecil agar bisa menyamai langkah Bernard.

"Ma-maaf, Tuan! Tapi … ummm … tapi saya bisa pulang sendiri!" ujar Norin di sela-sela napasnya yang tersengal karena berlari kecil.

Sontak Bernard menghentikan langkahnya mendengar ucapan Norin. Ditatapnya wajah cantik itu tepat di kedua manik mata.

"Kamu kekasihku, sudah tanggung jawabku untuk mengantarmu pulang dengan selamat. Cepat, kita sudah ditunggu sopir!" tandas Bernard yang lantas kembali berjalan.

Tetapi kali ini ia tidak berjalan sendiri, sebab tangan kanannya sudah meraih pergelangan tangan kiri Norin yang membuat gadis itu mau tak mau harus mengikuti langkahnya.

Tanpa disadari oleh Bernard dan Norin, ada yang sedang mengawasi mereka ketika keduanya sedang keluar dari restoran dan memasuki mobil pribadi Bernard.

"Ternyata kamu benar. Norin memang memiliki tempat spesial di hati Bernard," ucapnya disertai dengan senyum smirk.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tabir Misteri CEO   Bab 52: Mengintai Draco

    “What the hell!!” Bernard merasakan keanehan-keanehan saat berada di apartemen Norin. Bermula dari suara pecahan benda dari kamar sebelah, disusul dengan suara gaduh dari pantry. “Ada apa sebenarnya ini!?” Racau pria itu saat berbalik arah dari kamar ke pantry. “Ya Tuhan, bebaskan aku dari situasi mencekam ini, please!” desis Norin kesal. “Astaga, kenapa tempat sampah di pantry bisa jatuh berantakan?” pekik Bernard sambil menuju ke tempat sampah yang tergeletak di lantai. Norin, Sissy, dan semua orang yang bersembunyi di apartemen itu merasa tenggorokannya tercekat saat Bernard melangkah menuju pantry. “Tuan, biar saya yang periksa!” Sissy buru-buru menghentikan langkah Bernard. “Lebih baik Anda temani Nona Norin. Biar saya yang bereskan sampahnya.” Brak!! Pintu kamar terbuka, lalu tertutup dalam sekejap. “Astaga, maaf aku telah menjatuhkan lampu tidur!” pekik Nancy seraya keluar kamar. Dengan begitu, perhatian Bernard serta yang lain teralihkan ke arah Nancy. “Nancy? Are y

  • Tabir Misteri CEO   Bab 51: Gaduh

    “Apa!?”Matthew dan yang lainnya tersentak mendengar informasi yang baru saja diucapkan Norin.“Astaga kita harus bagaimana!?” tanya Norin panik.“Cepat sembunyi!” celetuk William ikut panik.“Sissy, Nancy, cepat singkirkan semua gelas ini ke pantry. Jangan sampai Bernard melihatnya!” ucap Norin sedikit gemetar melihat belasan gelas dan botol wine yang tersaji di ruang tengah.Mendengar itu, Sissy dan Nancy bergerak cepat membereskan perkakas itu.“Semuanya masuk ke ruangan lain. Kosongkan kamar Norin!” ujar Matthew memimpin yang lain.“Hanya ada dua kamar di sini, sekarang ditempati Sissy dan Nancy selama mereka tinggal di sini,” tutur Norin menjelaskan.“Tidak apa-apa, sembunyi saja di sana, ayo!” Matthew bergerak menuju ke kamar Sissy dan Nancy, diikuti yang lain.“Norin, kau ke depan sekarang dan temui Bernard. Usahakan keberadaannya di sini tidak lama,” ujar Matthew kepada Norin.Ting! Tong! Ting! Tong! Ting! Tong!Di luar, Bernard semakin tidak sabar menunggu pintu dibukakan un

  • Tabir Misteri CEO   Bab 50: Rapat Salah Tempat

    Di kediaman mewah keluarga Gregorius, Draco, orang kepercayaan Vincent Gregorius, tanpa ragu mengetuk pintu ruang pribadi atasannya.“Masuk!” teriak Vincent dari dalam ruangan.“Permisi, Tuan! Ada kabar terkini dari para anak buah yang saya tugaskan untuk mengusut kasus kemarin,” ujar Draco tanpa ragu.“Sudah puluhan tahun kau bekerja denganku, Draco. Kau paham kan informasi seperti apa yang bisa aku terima?” balas Vincent memperingati.“Informasi ini sudah valid, Tuan. Mereka sudah menemukan siapa pelaku penembakan tempo hari.”Ucapan Draco berhasil memantik keingintahuan Vincent. “Siapa mereka? Siapa yang telah berani berurusan denganku?”“Masuklah, kalian!” seru Draco kepada anak buahnya yang masih menunggu di luar ruangan.BRAKKK!!!Seorang pria babak belur dengan kedua tangannya yang terborgol tiba-tiba jatuh tersungkur memasuki ruangan di mana ada Vincent serta Draco di dalamnya.“Bangun, Bodoh!” bentak salah satu anak buah Draco sambil menarik paksa tubuh pria itu agar berjalan

  • Tabir Misteri CEO   Bab 49: Kabar yang Dinanti

    Mendengar fakta buruk tentang kebusukan perilaku Vincent Gregorius di masa lalu, telah sukses memupuk kebencian yang telah tertanam di dalam benak Matthew selama puluhan tahun.Ia mengepal geram membayangkan kelakuan biadab Vincent kala itu.Namun, satu notifikasi tanda pesan masuk telah mampu membuat pria yang tengah menginterogasi Orland Xef itu kehilangan konsentrasi.“Kita pulang sekarang!” titah Matthew kepada Aiden dan Bryan.“Siap, Tuan! Saya siapkan armada sekarang,” sahut Aiden yang lantas segera menghubungi pilot pribadi Matthew.Kedua anak buah Matthew berjalan mengikuti atasannya keluar.“Apa yang bisa aku lakukan untukmu?” pekik Orland Xef yang sontak membuat langkah Matthew terhenti.Putra tunggal keluarga Anderson itu menoleh. “Kembali ke Queenstown dan bekerja untukku. Aku butuh bantuanmu untuk memberi Vincent terapi moral.”“Tapi … aku sedang melarikan diri darinya. Aku yakin cepat atau lambat, dia pasti tahu kalau akulah orang di balik kekacauan yang terjadi tempo ha

  • Tabir Misteri CEO   Bab 48: Fakta Masa Lalu

    WELLINGTON, NEW ZEALAND“Siapa kalian!?”Seorang pria memekik terkejut karena tempat tinggalnya tiba-tiba didatangi oleh tamu tak diundang.Aiden menatap wajah pria itu lebih cermat, lalu mengangkat selembar potret wajah di tangannya hingga keduanya tampak sejajar.“Benar dia orangnya, Tuan,” ujar Aiden setelah memastikan bahwa mereka tidak salah orang.“Brengsek! Siapa kalian!? Kenapa sembarangan masuk ke rumah orang!?” Komplain sang pemilik kamar.“Seandainya kedatangan kami disambut dengan baik, kami tidak mungkin bersikap arogan semacam ini,” tutur Matthew tanpa sesal sedikit pun!CEO itu memberi kode kepada Bryan agar menutup serta mengunci pintu utama.Setelah mengangguk paham, Bryan melakukan perintah seperti yang diinginkan Matthew.“Jadi … ini tempat tinggal Anda sekarang, Tuan Orland Xef?” Tatapan Matthew tampak begitu tajam saat menuturkan pertanyaannya.“Ap-apa maksudmu!? Siapa kalian ini? Kenapa kemari!?” Orland Xef sampai terbata saat berucap. Ia memperhatikan Matthew

  • Tabir Misteri CEO   Bab 47: Wellington

    Hugo sama sekali tidak menyangka kalau El Jova berada di pihak musuh yang telah berhasil menewaskan pemimpinnya.“Apa maumu?” tanyanya kepada El Jova.“Jawab pertanyaan Matthew. Katakan yang sejujurnya. That’s it.”“Kau dan Tuan Zif sudah sepakat untuk tidak saling mengusik satu sama lain. Tapi kenapa kau berdiri di pihak lawan kami dan melakukan penyerangan?” ujar Hugo kesal.“Kelompokmu yang lebih dulu menyerang! Kenapa kalian melakukan penembakan di acara peresmian keluarga Vincent Gregorius?” tanya Matthew menginterupsi.“Ada urusan apa kau dengan keluarga Gregorius? Kami menyerang mereka, bukan kau!” hardik Hugo kepada Matthew.Plak!Tamparan keras kembali diberikan Matthew untuk tawanannya itu. “Kau melukai orang-orang tidak bersalah, Bodoh!”“Aku tidak tahu! Aku hanya melaksanakan perintah. Tuan Zif memberi perintah kepadaku, Max, dan juga George untuk melakukan penembakan beruntun itu!” teriak Hugo membela diri.“Untuk apa Zif memberi perintah itu?” sela El Jova penasaran. “Ap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status