Setelah ketujuh kalinya dijanjikan akan menikah tapi kembali diingkari oleh Rafli, aku akhirnya memutus semua hubungan dengannya secara sepihak. Kalau dia hadir di acara perkumpulan teman, aku tidak akan datang. Kalau dia diundang tampil dalam acara reuni sekolah, aku akan pergi lebih awal. Kalau kantorku memilih kerja sama dengan perusahaannya, aku langsung mengundurkan diri. Bahkan saat malam tahun baru, dia datang ke rumah orang tuaku untuk bersilaturahmi, aku pun berdalih keluar mengunjungi teman. Nomornya aku blokir dan akun instagramnya kuhapus dari daftar pertemanan. Intinya, aku ingin memutus hubungan tuntas dengannya. Aku tidak menghubunginya dan dia pun tidak akan bisa melihatku. Selama 30 tahun pertama hidupku, sebagian besar waktu kuhabiskan untuk mencintainya dengan sepenuh hati, merawat dan memperhatikannya tanpa pamrih. Sampai akhirnya, setelah yang ketujuh kalinya dia ingkar janji untuk menikahiku, aku benar-benar sadar. Aku tidak mau hidup seperti ini lagi. Meski harus menjalani hidup sendirian, tetap saja lebih tenang daripada terus-menerus menunggu di rumah kosong yang tak pernah dia datangi!
view moreSetelah hari itu, aku pun kembali ke kampung halaman.Menjelang tahun baru, ada banyak sekali undangan reuni yang berdatangan. Begitu kabar kepulanganku menyebar, banyak teman lama mulai mengajakku bertemu.Beberapa hari berturut-turut, aku menghadiri beberapa acara reuni. Di reuni terakhir, aku datang terlambat setengah jam. Begitu sampai di depan pintu ruang privat, aku tiba-tiba mendengar seseorang menyebut nama Rafli."Rafli, dulu kamu dan Dinda selalu lengket ke mana-mana, kalian juga teman masa kecil. Kenapa sampai sekarang belum juga nikah?""Iya, kami semua pikir kalian bakal menikah setelah lulus kuliah!"Tanganku yang sudah menyentuh gagang pintu mendadak berhenti.Di dalam, terdengar suara Rafli terdiam cukup lama. Kemudian, dengan nada ragu-ragu, dia menjawab, "Sebentar lagi ... segera ...."Teman-teman langsung ribut menggoda dan bersorak.Aku pun berbalik dan bersiap untuk pergi. Saat itulah, ketua kelas kami membuka pintu. Begitu melihatku, wajahnya langsung berseri-seri
Benar saja, keesokan paginya, ibuku kembali meneleponku.Katanya Rafli sakit cukup parah, sementara orang tuanya sibuk bekerja dan tidak sempat merawatnya. Jadi, katanya tugas itu hanya bisa diserahkan padaku, sahabat masa kecil yang katanya selalu menjaganya sejak kecil.Tentu saja aku langsung menolak saat itu juga."Bu, sudahlah, jangan ikut campur urusan begini. Rafli punya pacar, jadi kalau dia dirawat di rumah sakit ya pasti pacarnya yang jaga. Aku ke sana malah jadi ganggu.""Maaf ya, aku juga lagi sibuk. Aku tutup dulu."Selesai bicara dan tanpa menunggu jawaban dari Ibu, aku langsung menutup telepon. Kupikir setelah ini semuanya akan selesai.Namun ternyata, Rafli memang benar-benar nekat. Dia menggunakan segala cara dan memanfaatkan semua orang untuk memaksaku muncul di hadapannya.Baru saja kututup telepon dari Ibu, telepon dari rumah sakit langsung masuk. Yang menelepon adalah dokter penanggung jawab Rafli. Begitu tersambung, dia langsung bertanya apakah aku keluarga dari R
Aku sempat melihat sekilas, semua pesan dan panggilan di ponselku berasal dari sahabat dan beberapa teman. Ada juga beberapa pesan dari sebuah nomor asing. Melihat isi pesannya, aku langsung bisa menebak bahwa pasti dari Rafli lagi yang entah mendapatkan nomor dari mana kali ini.Setelah memblokirnya lagi, barulah aku membuka Instagram. Tampilan layar dipenuhi dengan notifikasi tak berujung. Banyak teman yang menanyakan apakah aku baik-baik saja.Aku hanya bisa menghela napas, akhirnya kukirim sebuah status di linimasa.[ Aku baik-baik saja, hanya saja sudah nggak mau lagi berhubungan sama beberapa hal dan orang di masa lalu! ]Baru saja status itu terkirim, Melina langsung memberi like, lalu meneleponku sambil menggerutu."Dinda, akhirnya kamu bangun juga. Kamu nggak tahu, Rafli itu kayaknya sudah gila!"Suaranya lesu sekali sehingga membuatku agak curiga. Namun, begitu mendengar cerita lengkapnya, aku malah tidak tahan tertawa.Rafli sudah menghubungi semua teman yang mengenalku satu
Begitu mendengar suara bentakan Rafli, aku langsung berhenti melangkah naik ke tangga secara refleks. Aku takut kalau resepsionis hotel ini akan membocorkan keberadaanku.Untungnya, staf di hotel mewah seperti ini masih punya profesionalisme. Dengan sopan, resepsionis itu menolak permintaan Rafli, "Maaf, Pak. Ini menyangkut privasi tamu kami, jadi kami tidak bisa memberitahukannya."Tak disangka, Rafli yang biasanya tenang, kini malah kehilangan kendali dan berteriak di luar tanpa memedulikan citra dan harga dirinya."Jangan bicara soal privasi! Dia istriku! Aku berhak tahu apakah dia menginap di sini atau nggak !"Mendengar ucapan itu, aku tak kuasa tertawa sinis.Istri? Betapa asingnya kata itu di telingaku.Jangankan menyebutku istri. Selama bertahun-tahun bersamanya, Rafli belum pernah sekali pun mengatakan "aku mencintaimu" dengan tulus."Kalau begitu, silakan hubungi dia langsung, Pak," jawab resepsionis dengan tenang. "Kalau benar dia menginap di sini dan Anda bisa memberitahuka
Sejak hari itu, aku benar-benar memutus semua kontak dengan Rafli. Nomor telepon dan akun media sosialnya sudah lama aku hapus.Selama beberapa kali teman-teman mengajakku keluar, aku selalu memastikan terlebih dahulu apakah Rafli akan hadir atau tidak. Lama kelamaan, teman-teman pun jadi tahu diri dan setiap ada acara kumpul-kumpul, mereka hanya akan mengundang salah satu dari kami.Tak terasa, tibalah hari sebelum reuni akbar kampus. Sahabatku sudah lebih dulu menelepon, mengajakku ikut acara reuni itu. Sebagai salah satu alumni berprestasi, aku juga menerima undangan resmi dari pihak kampus.Aku tidak menyangka, Rafli ternyata juga hadir dalam reuni tersebut. Namun ya, wajar saja. Semasa kuliah, nilai-nilainya selalu di peringkat atas. Setelah lulus, dia juga sempat membantu kampus menyediakan program kerja sama lapangan kerja. Mengundangnya menghadiri acara tersebut memang masuk akal.Saat aku dan sahabatku, Melani, tiba di kampus, suasananya sudah sangat ramai. Dalam brosur acara
Meskipun sudah berusaha keras menolak, aku tetap diseret oleh sahabatku ke tempat mereka mengadakan acara kumpul malam ini. Baru saja sampai di depan pintu ruang VIP, suara Rafli sudah terdengar jelas dari dalam."Kalian nggak usah ribut. Selama bertahun-tahun ini, Dinda sudah ngomong berapa kali mau ninggalin aku? Tapi pada akhirnya tetap nggak pernah bisa lepas. Hari ini dia cuma lagi emosi. Nanti juga kalau sudah reda, pasti akan kembali cari-cari aku lagi!"Di luar pintu, aku menggigit bibirku dengan kuat, sampai samar-samar terasa rasa darah di mulutku.Selama ini, aku sudah setulus itu merawatnya dan melakukan semua hal demi kebaikannya. Namun ternyata, di mata Rafli, semua itu tidak berarti apa-apa.Sahabatku yang melihat mataku sudah memerah, menggenggam tanganku erat.Saat dia hendak mendorong pintu dan masuk, aku langsung menahannya. Pada titik ini, aku bahkan tidak ingin lagi melihat wajah Rafli. Aku menarik sahabatku pergi, bersiap untuk meninggalkan tempat itu.Baru berjal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments