Share

Tak Sangka Dokter Itu Begitu
Tak Sangka Dokter Itu Begitu
Author: Dzakiyah

Bab 1

Author: Dzakiyah
Aku seorang mahasiswi cantik yang kecanduan.

Saking kecanduannya, akhirnya studi, kehidupan pribadi dan hubungan dengan pacarku menjadi terdampak.

Karena aku benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana, aku akhirnya menuruti saran pacarku untuk ke klinik kampus dan mengobati kecanduanku.

Ternyata dokter kampus yang merawatku adalah seorang pria bertubuh kekar dan kuat, teknik-tekniknya membuatku takut.

Dokter itu pun mengikatku di atas kasur pemeriksaan. Aku yang benar-benar merasa ketakutan hanya bisa menangis sambil memohon kepadanya.

Akan tetapi, pria itu malah mengangkat kedua kakiku dengan kasar ....

...

Saat sedang menuju klinik kampus bersama pacarku, kecanduanku mendadak kambuh. Rasanya seperti ada banyak sekali ular yang menggerayangi bagian sensitifku, benar-benar menggelitik.

Pandanganku sontak menjadi kabur. Aku pun menatap pacarku untuk meminta bantuan sambil merapatkan kedua kakiku.

"Aduh, bikin malu saja!" umpat pacarku dengan suara pelan.

Air mataku mengalir turun. Waktu pertama kali aku bermasalah dengan kecanduan ini, pacarku sebenarnya merasa cukup senang. Sayangnya, lama-lama dia menjadi tidak sabar.

Dia akhirnya mengambil sebuah kaleng dari atas lantai, lalu menyerahkannya kepadaku, "Sana, lakukan sendiri."

Masalahnya, kaleng itu agak pendek.

Pacarku pun terdiam. Akhirnya, dia mencari-cari di dalam tempat sampah sebelum menemukan sebotol minuman soda yang sudah kosong untukku.

Aku bergegas masuk ke hutan kecil yang ada di lingkungan kampus, lalu segera melepas celana dan bersiap untuk memulai.

Tiba-tiba, ada yang memelukku dari belakang. Kukira itu pacarku.

Namun, saat berbalik badan, aku sontak terkesiap. Orang yang memelukku ternyata bukan pacarku!

Aku refleks mendorong pria itu menjauh dan hendak kabur, tetapi pria itu memelukku dengan erat. Aku akhirnya berseru minta tolong kepada pacarku, tetapi anehnya pacarku itu malah diam saja.

Mana mungkin dia tidak mendengar seruanku di tengah hutan yang sepi begini? Tiba-tiba, aku teringat pertanyaan pacarku beberapa hari yang lalu. Dia bertanya apa sebaiknya mencarikan pria lain untukku saja.

Sepertinya pacarku sengaja membiarkan pria asing ini masuk ke sini.

Botol itu masih berada di dalam. Tarikan-tarikan yang kuat membuat tubuhku akhirnya menjadi lemas. Tidak berapa lama kemudian, aku bahkan sudah tidak kuat lagi meronta.

Si pria asing langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkanku. Aku sontak terkejut sekaligus takut, lalu balas memukuli pria asing itu dengan tenaga apa adanya.

Tepat saat pria asing itu hendak membuka kancing celananya, aku langsung melemparkan segenggam tanah ke wajahnya.

Jika pria asing itu tidak refleks menghindar, tanah itu sudah pasti masuk ke matanya.

Pria asing itu langsung balas menamparku dengan kencang. Dia juga memakiku sebagai seorang jalang yang sok suci.

Sepertinya pacarku mendengar ada yang salah, dia bergegas menghampiri kami.

"Kawan, pacarmu ini benar-benar menyebalkan. Dia hampir membuatku buta! Kamu cari orang lain saja!"

Pria asing itu membuang selembar uang seratus ribu ke atas tanah, lalu berjalan pergi dengan marah.

Pacarku pun membantuku berdiri sambil bertanya apakah aku baik-baik saja.

"Masih bisa kamu bertanya begitu?" sindirku sambil menangis lagi, hatiku terasa begitu pedih. "Bukannya ini semua salahmu?"

"Apa benar di dunia ini ada pacar sepertimu? Kamu bukan hanya membiarkan pria lain meniduri pacarmu, tapi kamu bahkan membayar pria lain itu! Dasar pria bajingan!"

"Bukannya kamu yang bermasalah sama penyakit ini!" Pacarku balik memarahiku, dia sama sekali tidak merasa tindakannya keterlaluan. "Kamu bisa hilang kendali kapan saja dan maunya kutiduri terus 24 jam! Ujian akhir itu sebentar lagi, kamu masih niat kuliah nggak sih?"

"Kalau ujianmu semua dapat nol, ya sudah nggak usah lulus saja sekalian!"

Setelah berkata seperti itu, pacarku langsung berbalik badan dan berjalan pergi dengan marah.

Aku menyeka air mataku, lalu bangkit berdiri dan bergegas mengejar pacarku.

Aku tahu ini salahku. Pacarku sudah cukup bersabar dengan tidak memutuskanku.

Semoga dokter kampus bisa menyembuhkan penyakitku ini. Jika tidak, mungkin aku harus beli jarum dan menjahit bagian sensitif ini.

Tidak lama kemudian, kami pun tiba di klinik kampus. Akan tetapi, tidak kusangka dokter yang muncul adalah seorang pria.

Aku memang sudah tidak perawan lagi, tetapi mana mungkin aku membiarkan seorang dokter pria memeriksa penyakit yang bersifat pribadi begini?

Aku refleks hendak keluar dari klinik, tetapi pacarku menggenggam tanganku.

"Kalau kamu nggak mau sembuh, sepertinya aku harus mempertimbangkan lagi soal hubungan kita."

Aku benar-benar menyukai pacarku, aku tidak mau putus darinya. Jadi, mau tidak mau aku akhirnya tetap berada di dalam klinik itu.

Tadi aku merasa begitu kaget, sekarang aku diam-diam memandangi dokter pria itu.

Dia tampan sekali, tubuhnya juga sangat memikat. Otot-otot yang terlihat pada tubuhnya membuat jas dokternya jadi tampak sangat keren.

Dia juga terkesan cukup berwibawa dengan sepasang kacamata berbingkai emas yang bertengger di batang hidungnya.

Aku terlalu seru memandangi dokter itu sampai-sampai sama sekali tidak menyimak pembicaraan pacarku dengannya.

Hingga akhirnya pacarku berkata, "Kalau begitu, aku pergi dulu, Dokter Arlo. Kutitipkan pacarku ke Dokter Arlo, ya."

Eh? Pacarku tidak mau menemaniku? Lalu, ucapannya barusan tentang menyerahkanku kepada dokter klinik ini terdengar benar-benar menjurus.

Setelah pacarku pergi, Dokter Arlo pun bertanya kepadaku di bagian mana aku merasa tidak nyaman.

Walaupun hal seperti ini sulit sekali untuk diutarakan, tetap saja aku harus jujur.

Dokter Arlo sama sekali tidak terlihat kaget mendengar jawabanku.

Saat aku bertanya apakah ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini, dokter itu menjawab dia harus memeriksaku terlebih dahulu.

Aku pun menunjuk ke sebuah tempat tidur yang terletak di samping dengan gugup, lalu bertanya kepada Dokter Arlo haruskah aku berbaring di sana.

"Nggak usah, aku mau lihat dulu," jawab Dokter Arlo sambil berjongkok dan mulai melepaskan celanaku.

Aku refleks mencengkeram tangan Dokter Arlo dengan ketakutan. "Dokter mau apa?"

"Bagaimana caranya aku bisa memeriksa kalau celanamu nggak dilepas?" Dokter Arlo balik bertanya sambil mengernyit dengan tidak senang.

Wajahku sontak menjadi merah padam. Dokter satu ini terang-terangan sekali.

"Ka ... kalau begitu, biar aku sendiri yang lepas," ujarku dengan kikuk.

Aku pun membuka kancing celanaku sambil menahan rasa malu, lalu memperlihatkan pahaku yang putih dan ramping.

Aku bisa mendengar dengan jelas bagaimana Dokter Arlo menelan ludahnya.

Aku sontak terkejut. Jangan bilang Dokter Arlo tergoda olehku?

Detik berikutnya, dokter itu tiba-tiba mengangkat salah satu kakiku tinggi-tinggi dan merangkak ke bawahnya untuk mengamati bagian sana dengan saksama.

Rambutnya yang tebal dan kusut membuatku mendadak menjadi sangat sensitif.

Saat kepalanya menubruk, aku langsung kehilangan kendali.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tak Sangka Dokter Itu Begitu   Bab 6

    Aku terus berpikir sepanjang perjalanan kembali ke kampus, tetapi aku tetap tidak menemukan jawabannya.Selain pacarku, hanya Dokter Arlo yang tahu aku bermasalah dengan kecanduan.Itu berarti hanya mereka berdua yang mungkin memberiku obat perangsang.Aku segera memutuskan untuk mulai mengawasi pacarku. Aku juga memasang perangkat lunak penyadapan di ponselnya.Namun, aku tidak menemukan ada yang aneh ataupun mencurigakan dari pacarku.Jika bukan dia, itu berarti hanya sisa Dokter Arlo sebagai terduga.Aku pun mengikuti dan mengamati Dokter Arlo selama beberapa waktu, tetapi tidak menemukan apa pun yang mencurigakan.Namun, aku akhirnya mengetahui kenyataannya setelah Dokter Arlo masuk rumah sakit.Aku bersembunyi seharian di sekitar klinik kampus, lalu mencuri kunci Dokter Arlo saat pria itu pergi ke kamar mandi.Setelah itu, aku bersembunyi di toilet wanita klinik kampus. Malam harinya, aku mematikan lampu dan menutup pintu, lalu diam-diam menggunakan kunci itu untuk membuka ruangan

  • Tak Sangka Dokter Itu Begitu   Bab 5

    Pada akhirnya, Senin itu aku tidak datang menemui Dokter Arlo. Itu karena pacarku ada bersamaku dan aku tidak bisa menemukan alasan untuk pergi. Aku juga tidak berani pergi karena tidak mau mendapatkan lebih banyak masalah.Jika ini sudah terjadi sekali, maka pasti akan terjadi untuk kedua kalinya. Ini tidak akan pernah berakhir dan makin lama akan makin banyak bukti yang memberatkanku.Aku merasa sangat cemas malam itu dan hanya duduk termenung hingga pagi tiba. Untung saja tidak terjadi apa-apa. Sepertinya, Dokter Arlo tidak membocorkan identitasku.Namun, keesokan siangnya saat aku dan pacarku sedang makan bersama di kantin, tiba-tiba ada yang menelepon pacarku."Pacarmu selingkuh, aku punya buktinya.""Sayang, ada yang bilang kamu selingkuh dariku."Aku sampai nyaris terjatuh saking kagetnya. "Apa!""Dasar orang gila. Sudah kututup kok teleponnya. Bisa-bisanya dia bilang kamu selingkuh. Aku juga nggak percaya.""Iya, memang tutup saja. Itu pasti hanya telepon iseng."Aku berusaha m

  • Tak Sangka Dokter Itu Begitu   Bab 4

    Dokter Arlo langsung kehilangan kesabarannya.Gerakannya kali ini kasar, dia benar-benar memperlakukanku seolah-olah aku adalah alat pemuas hasratnya.Meskipun begitu, dia tetap tidak puas karena dia membutuhkan waktu yang terlalu lama, sedangkan pacarku berulang kali mengetuk pintu dan mendesak. Aku sendiri hanya bisa menutup mulutku karena takut suaraku terdengar.Pacarku yang sudah tidak sabar lagi akhirnya mendobrak masuk ke dalam klinik, jadi Dokter Arlo pun terpaksa memakai kembali celananya.Tubuhku terasa remuk redam seperti habis tertabrak truk. Lama sekali aku baru bisa mendapatkan kembali tenagaku dan akhirnya berani keluar.Pacarku pun bertanya kenapa aku lama sekali di dalam, jadi aku mengarang alasan supaya dia tidak curiga.Aku sontak merasa lega saat pacarku tidak bertanya apa-apa lagi.Di saat hati nuraniku merasa bersalah, Dokter Arlo justru terlihat biasa-biasa saja. Dia bersikap seolah-olah bukan dia yang menuntut lebih dariku barusan."Pacarmu nggak sakit parah kok

  • Tak Sangka Dokter Itu Begitu   Bab 3

    Aku benar-benar merasa seperti tersambar petir. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa cetakan lain yang Dokter Arlo maksud adalah ini.Dokter Arlo buru-buru menarik celananya dan kembali bersikap acuh tak acuh.Ekspresinya yang datar itu seolah-olah mengatakan bahwa yang melakukan hal itu barusan bukanlah dirinya."Barusan sudah kucek, kamu cocoknya pakai ukuran yang paling besar."Setelah itu, Dokter Arlo menjelaskan kepadaku dengan serius bagaimana cara menggunakan cetakan itu, serta apa saja yang harus diperhatikan.Sayangnya, yang bisa kupikirkan hanyalah kebanggaan Dokter Arlo yang mencengangkan dan menakjubkan itu. Aku bahkan mulai merasa agak menyesal. Seandainya saja tadi aku tidak membuka tirai itu, aku pasti bisa merasakannya.Jelas-jelas kepunyaan Dokter Arlo itu terasa lebih enak daripada miliknya pacarku.Membayangkan hal ini membuat sekujur tubuhku jadi terasa panas. Aku juga menjadi sangat haus, jadi aku refleks mengambil sebotol air di dekatku.Kukira air itu memang dis

  • Tak Sangka Dokter Itu Begitu   Bab 2

    Setelah itu, Dokter Arlo bangkit berdiri dan mengambil sehelai tisu yang terletak di atas meja.Aku sontak merasa malu sekaligus marah saat melihat Dokter Arlo menyeka tangan dan wajahnya yang berlumuran noda-noda yang sudah tidak asing lagi itu.Aku ini benar-benar wanita jalang. Aku sama sekali tidak bisa mengendalikan diri dan akhirnya mengotori wajah tampan dokter itu."Ma ... maaf, aku nggak bermaksud begitu," ujarku meminta maaf dengan suara pelan."Reaksi seperti itu normal kok. Buatku, kamu nggak lebih dari sekadar pasien," jawab Dokter Arlo dengan lembut. Aku pun merasa lebih tenang.Aku menurunkan kakiku, tetapi Dokter Arlo berkata, "Tetap angkat kakimu. Aku belum selesai memeriksa."Aku akhirnya terpaksa mengangkat kakiku yang satu lagi.Setelah mengelap tangan dan wajahnya, Dokter Arlo mengeluarkan ponselnya dan memfoto bagian sana.Saat melihat ekspresiku yang kebingungan, Dokter Arlo pun menjelaskan, "Punyamu terlalu lebat, aku nggak bisa melihat dengan jelas."Ya ampun,

  • Tak Sangka Dokter Itu Begitu   Bab 1

    Aku seorang mahasiswi cantik yang kecanduan.Saking kecanduannya, akhirnya studi, kehidupan pribadi dan hubungan dengan pacarku menjadi terdampak.Karena aku benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana, aku akhirnya menuruti saran pacarku untuk ke klinik kampus dan mengobati kecanduanku.Ternyata dokter kampus yang merawatku adalah seorang pria bertubuh kekar dan kuat, teknik-tekniknya membuatku takut.Dokter itu pun mengikatku di atas kasur pemeriksaan. Aku yang benar-benar merasa ketakutan hanya bisa menangis sambil memohon kepadanya.Akan tetapi, pria itu malah mengangkat kedua kakiku dengan kasar .......Saat sedang menuju klinik kampus bersama pacarku, kecanduanku mendadak kambuh. Rasanya seperti ada banyak sekali ular yang menggerayangi bagian sensitifku, benar-benar menggelitik.Pandanganku sontak menjadi kabur. Aku pun menatap pacarku untuk meminta bantuan sambil merapatkan kedua kakiku."Aduh, bikin malu saja!" umpat pacarku dengan suara pelan.Air mataku mengalir turun. Wakt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status