Share

Part 79

last update Last Updated: 2025-12-10 18:26:37

Bengkelnya masih ramai ketika Shankara pulang malam itu. Seharian ini ia menemani Lengkara di rumah sakit. Mendengarkan anak itu bercerita mengenai keinginan-keinginannya setelah pulang besok, keceriaannya kala mengetahui rambutnya tumbuh sedikit demi sedikit, dan banyak lagi yang lain.

Shankara bergegas naik ke ruangannya untuk mengambil kunci rumah yang ketinggalan di sana. Setelahnya ia akan pulang secepatnya untuk membersihkan rumah serta kamar bagi Vanka dan Lengkara.

Anindia duduk di sofa kecil sambil memainkan ponselnya, tapi matanya langsung menatap Shankara begitu laki-laki itu masuk.

“Gimana Lengkara?” tanyanya, suaranya berusaha terdengar biasa.

"Oh, kamu masih di sini?" Shankara pikir perempuan itu sudah pergi karena tadi tidak melihat mobilnya di bawah.

"Aku nunggu kamu, Ka. Gimana Lengkara?" ulang perempuan itu.

“Sudah jauh lebih baik. Besok udah bisa pulang,” jawab Shankara sambil mengambil kunci rumah di laci.

Anindia mengangguk, namun ia bisa merasakan ada sesuatu y
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Aurora Aurora
SHANKARA tunangan emang di desak sama TUWIR...
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
kyknya shankara terpaksa tunangan sm anin krn menanti vanka yg enggak ada kabarnya ditambah desakan anin dan ancaman ortu anin yg membuat shankara mau tunangan sm anin.
goodnovel comment avatar
Siti Hayatul Amalia
Mudah2an ini cuma cara mengulur waktu utk ninggalin Anin, krn pengaruh orangtuanya yg ga main2 juga. kalau abang salah langkah takutnya usahanya bisa dibikin bangkrut & abang ga bisa biayain hidup anak2nya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 107

    Vanka sudah berkali-kali memandang jam dinding sejak sore menjadi malam. Tangannya juga tidak berhenti meremas ponsel, membuka, menutup layar, berharap ada pesan masuk atau apa pun dari Shankara. Tapi tidak ada. Lengkara juga sudah berkali-kali menanyakan kenapa papanya masih belum pulang. Tadi Vanka mengatakan padanya bahwa Shankara pergi ke bengkel. Lengkara terus menunggu sampai akhirnya tertidur sendiri. Ia berjalan ke jendela, menyingkap tirai sedikit, lalu kembali duduk. Lalu berdiri lagi. Jantungnya tidak tenang sejak Shankara pergi bertemu Anindia. Vanka tahu pertemuan itu tidak akan sederhana. Ia mencoba menenangkan diri dengan membuat teh, tapi cangkir itu hanya disentuhnya sekali sebelum diletakkan kembali. Pikirannya terus berkelana pada kemungkinan paling terburuk. Ketika akhirnya suara pintu dibuka terdengar, Vanka hampir berlari. "Abang." Kata itu terhenti di bibirnya. Shankara berdiri di ambang pintu dengan wajah letih. Vanka melangkah mendekat, hendak memeluk

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 106

    Shankara membeku hanya sepersekian detik. Lalu nalurinya mengambil alih segalanya.“Anindia!”Ia menerjang ke depan, menangkap pergelangan tangan Anindia sebelum sayatan itu menjadi lebih dalam. Pecahan vas terlepas dan jatuh ke lantai dengan bunyi nyaring. Darah tetap keluar, tapi tidak seperti yang Anindia niatkan. Shankara menggenggam tangannya kuat-kuat, menekan pergelangan itu ke dadanya sendiri, menahan dengan telapak dan lengan bajunya.“Gila kamu! Kamu mau bunuh diri cuma buat maksa aku?!”Anindia memberontak, menangis, menjerit, memukul dada Shankara dengan tangan satunya yang bebas. “Lepasin! Lepasin aku! Aku lebih baik mati daripada kamu tinggalin!”“Diam!” Shankara membentaknya dengan keras, penuh amarah dan panik. “Diam, Nin! Dengar aku!” Ia menyeret Anindia ke sofa, memaksanya duduk. Anindia terisak keras, tubuhnya gemetar hebat. “Kamu nggak peduli aku mati atau hidup, kan?” suaranya serak, penuh kekecewaan dan luka. “Kamu cuma peduli sama dia.”“Aku peduli sama kamu. M

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 105

    Sedikit pun tidak ada dalam prediksi Shankara mengenai hal yang diinginkan Anindia. Tadi dirinya pikir perempuan itu akan langsung menyerah setelah mengetahui kondisinya. Tapi dugaannya salah."Ayo! Kenapa diam? Kamu takut?" Anindia tersenyum mengejek melihat bungkamnya pria itu."Takut apa?""Takut ketahuan bohong." Anindia mendesis. “Takut ketahuan kamu sebenarnya masih bisa. Takut ketahuan semua omongan kamu cuma alasan murahan biar bisa balik ke dia.”“Aku nggak bohong, Nin. Itu memang kondisiku,” jawab Shankara tanpa nada emosi. “Dan aku nggak akan membuktikan apa pun dengan cara itu.”Anindia mendengkus. Tangannya tiba-tiba mencekal lengan Shankara, menariknya masuk ke dalam rumah. “Ke kamar. Sekarang!”Shankara menghentikan langkahnya. Seketika cengkeraman itu terlepas bukan karena Anindia melepaskan, melainkan karena Shankara mengunci pergelangan tangannya. Cekalannya tidak kasar, tapi cukup kuat untuk membuat Anindia terdiam.“Lepasin aku!” Anindia memberontak.“Nin.” Shankar

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 104

    Shankara menutup pintu kamar mandi dengan kakinya. Vanka masih berada dalam gendongannya saat pria itu menurunkannya perlahan. Kala tangan besar itu melucuti pakaian wanitanya, tatapan mereka bertemu, penuh dengan rasa yang tidak perlu diucapkan. Tetes-tetes air yang berjatuhan dari shower membasahi tubuh mereka berdua. Kali ini mereka tidak banyak bicara. Hanya tubuh mereka yang berbahasa. Vanka diam membisu ketika Shankara menyabuni punggungnya, turun dan semakin turun ke bawah sampai tangan lelaki itu berada di kakinya. Shankara kembali berdiri. Tangannya mencengkeram pinggul Vanka untuk kemudian memasukinya dari belakang. Vanka memejamkan mata, menikmati sensasi itu. Sekujur tubuhnya melemah. Sendi-sendi penyanggahnya seakan goyah mendapat manuver yang sebegitu hebatnya. Shankara menahan tubuh Vanka agar tidak jatuh, dadanya menempel di punggung wanita itu. Napas mereka berbaur di bawah titik-titik air. Air mengalir di bahu Vanka, menyusuri lekuk tubuhnya, seolah i

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 103

    Vanka menarik napas dalam-dalam sebelum ia keluar dari mobil setibanya di Mediora Medika. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah sekian lama hari-harinya dihabiskan untuk sang putri. Beberapa saat kemudian ia keluar dari mobil lalu melangkah memasuki gedung. Ia bertemu Jevan yang sepertinya sudah datang sejak tadi. Lelaki itu memberi senyum pada Vanka."Pagi, dokter Vanka," sapanya hangat."Pagi, dokter Jevan." Vanka membalas senyuman lelaki itu."Ready for new journey?"Vanka tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu. “Siap nggak siap harus siap. Deg-degan juga, jujur aja.”Jevan terkekeh pelan. “Wajar. Kamu vakum bukan sebentar. Tapi tenang, kemampuan kamu nggak ke mana-mana.”Mereka berjalan berdampingan menuju lift.“Pagi ini briefing dulu sama manajemen medis. Habis itu kamu ikut aku ke poli umum,” kata Jevan.“Kayak koas lagi ya,” celetuk Vanka setengah bercanda.“Versi lebih dewasa dan lebih capek,” balas Jevan tertawa.Mereka masuk ke ruang briefing. Beberapa dokter d

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 102

    Vanka dan Shankara sontak bangun dari tempat tidur begitu mendengar suara putri mereka. Keduanya berpakaian dengan terburu-buru. "Van, kamu yang duluan keluar," suruh Shankara. Jika keduanya keluar bersamaan dipastikan Lengkara akan curiga. Vanka mengangguk. Beberapa kencing piyamanya bahkan belum terkancing saking panik dan terburu-buru. "Mamaaa? Mamaaa beneran udah pergiii?" Tangisan Lengkara kembali terdengar dari balik pintu. "Iya, iya, Mama di sini!" seru Vanka, bergegas membuka pintu menampakkan dirinya. Tangis Lengkara seketika terhenti. Ia terlihat bingung mengetahui Vanka berada di kamar tamu. "Mama nggak pergi?" Mata basah anak itu seketika berbinar mengetahui Vanka berada di hadapannya. "Nggak, Sayang, Mama nggak pergi." Vanka berlutut memeluk sang putri erat-erat. "Mama nggak jadi pindah rumah?" Lengkara masih belum tenang. "Nggak. Mama tetap di sini." "Sama Papa, Ma?" "Iya, sama Papa." Vanka mengurai pelukan. Diusapnya muka Lengkara yang basah oleh air mata. "

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status