"Mbak... Mana tasnya yang tadi sudah dipesan sama teman saya,ini aku bayar pakai kartu kredit saja."Winda langsung menyerahkan kartu kredit kepada penjual sekaligus pemilik lapak.Saya perhatikan muka mamanya Mas Brian dan juga temannya itu setelah melihat kartu kredit yang diberikan Winda kepada penjual tas tersebut sepertinya kaget sekali waow sejarah gitu lho yang memiliki kartu kredit berwarna platinum ini bisa di hitung dengan jari karena tidak semua pengusaha bisa memiliki kartu kredit seperti itu, satu kali transaksi kartu kredit tersebut nominal angkanya sangat fantastis mencapai 10 miliar.Mamanya Mas Brian sempat melihat nama pemilik kartu kredit tersebut, di atas kartu kredit itu tertera namaku tapi tidak di sertai dengan foto,aku sengaja tidak melampirkan foto di atas kartu kredit itu.Mamanya Mas Brian, bingung melihat nama di atas kartu kredit tertera 'Al Humaira Razak' itu tidak salah kan, karena mamanya Mas Brian taunya,aku itu hanya ibu rumah tangga yang setiap hari ha
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku selalu teringat dengan wanita yang bersama dengan mamanya Mas Brian tadi, siapa ya wanita itu apa jangan-jangan dia itu anaknya Pa Darsono yang mau di jodohkan dengan Mas Brian, kenapa kok hatiku mendadak gelisah begini ada apa ini.Aku sampai di rumah sepintas kulirik jam yang melingkar di tanganku, sudah jam 2 siang rumah kok sepi sekali, mungkin anak anak ku pada istirahat di kamar mereka, lagian ini juga waktunya tidur siang,aku langsung ke kamar saja mau shalat zhuhur sekalian mau istirahat.Di tempat seberang sana mamanya Mas Brian lagi gelisah sekali karena penasaran dengan apa yang di lihat hari ini"Assalamualaikum... Brian.""Waallaikum salam... Ma ada apa menelpon Brian apa ada sesuatu yang penting."Brian bingung kenapa mama tiba tiba telepon tidak seperti biasanya."Brian... Selama ini istrimu itu kamu kasi kartu kredit yang warna apa, karena tadi waktu mama belanja mall yang menjual aksesoris untuk wanita,mama lihat seorang wanita
Mas Brian langsung aku antara ke kamar karena di mau membersihkan diri dulu. "Bunda...mas mau mandi dulu ya nanti setelah itu kita ngobrol ada yang Mas akan bicarakan dengan Bunda." "Iya Mas... nanti aku tunggu di ruang keluarga."Mas Brian langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah menyiapkan baju ganti untuk Mas Brian aku langsung ke dapur untuk menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk kami berdua,aku lihat Mas Brian sudah ada di ruang keluarga,aku segera samperin Mas Brian di sana dan mengobrol bersama. "Bunda...tadi keluar ke mana saja, soalnya mama tadi hubungi saya katanya,tadi siang ada orang belanja bayarnya pakai kartu kredit berwarna platinum dan di kartu kredit itu ada namanya,mama bilang nama sama persis dengan namanya Bunda."Oo.. jadi ini toh yang mau di omongin Mas Brian. "Iya Mas ...tadi Bunda memang keluar jalan sama teman lama teman kuliahku dulu, Winda Septiani Mas kenal kan orangnya dulu waktu kita menikah dia,juga hadir.Aku sama
Jam 7 pagi aku lihat Mas Brian dan kedua buah hatiku sudah pada rapi semua tinggal aku yang belum siap siap ."Bunda... Ayo cepat ini Ayah,Kakak sama Adik sudah rapi dan siap jalan."Kedua buah hatiku itu menceramahiku.Mas Brian senyum senyum saja melihat tingkah kedua buah hati kami itu."Iya... Kakak sama Adik tunggu sebentar ya Bunda mau siap siap dulu." Aku langsung ke kamar untuk siap, kebetulan hari ini itu mau jalan jalan ke taman bermain jadi aku pakai celana jeans sama blazer dilapisi kardigan untuk pasminanya aku pilih warna yang senada dengan blazer yang aku.Walaupun aku berhijab tapi selalu memperhatikan penampilan dan fashion yang aku pakai."Ayo... kita jalan sekarang, Bunda sudah siap ini." Aku langsung menggandeng tangan kedua buah hatiku untuk masuk ke dalam mobil,Mas Brian sudah menunggu kami di dalam mobil."Bunda... hari ini cantik sekali,nanti kakak kalau besar nanti mau seperti Bunda selalu tampil cantik dan penuh kasih sayang." Aku lihat Mas Brian sepintas menat
"Hai juga Alma.. bagaimana kabarnya Om Darsono dan Tante Vera"sapa Mas Brian kepada Alma. "Alhamdulillah baik semua.. gimana juga kabar Om Airlangga dan Tante Rima."Alma menanyakan kabar kedua orang tuanya Mas Brian. "Alhamdulillah Mama sama Papa juga baik." Di saat kami sedang bercerita tiba-tiba ke dua buah hatiku datang menghampiri kami.Tapi mereka datang bukan hanya berdua,ada anak laki laki di sampingnya mereka bergandengan tangan. "Ayah... Bunda... Kami sudah selesai bermainnya,oh ya Ayah... Bunda kenalin ini teman saya namanya Aldrick kami satu kelas, Aldrick... kenalin ini Ayah sama Bundaku."Al Jazair memperkenalkan temannya kepadaku dan Mas Brian, Aldrick langsung menyalami tangan kami berdua, selesai menyalami aku dan Mas Brian, Aldrick langsung berlalu memeluk Alma dan tersenyum kepadanya. "Tante... Kenalin ini temannya Aldrick, namanya Al Jazair kami satu kelas,Al Jazair kenalin ini tanteku namanya Tante Alma."Al Jazair menyalami tangannya Alma. "Aldrick... Kalian sud
Hufff..aku buang napas sambil menggeleng kepala beberapa kali hanya untuk menyingkirkan berbagai macam pikiran buruk yang saat ini sedang bergelayut di atas kepalaku.Aku tidak bisa membayangkan kalau suatu saat Mas Brian meninggalkan kami, terutama hati dan perasaan kedua buah hatiku, betapa hancurnya mereka.Mas Brian menggenggam tanganku, seolah olah dia bisa membaca semua isi hati dan pikiran ku saat ini."Bunda... apapun yang terjadi di kemudian hari nanti, jangan tinggalkan saya..ya.Saya tau Bunda adalah wanita yang hebat dan kuat, kita akan hadapi bersama,semua masalah yang datang akan menghancurkan bahtera rumah tangga kita."Aku balas genggaman tangan Mas Brian bahkan lebih erat lagi."Iya Mas.... Trimakasih kasih sudah kasih semangat dan support sama Bunda, insya Allah kita akan hadapi bersama semua masalah yang datang menghampiri rumah tangga kita."Aku berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun aku tidak tau apakah itu sebuah senyuman atau hanya sebuah lengkungan patah dari ked
"Mas... Kakak.. Adik... Ayo kita makan, Bunda sudah siapkan semua di meja makan, buruan selagi masih hangat, kalau sudah dingin sudah tidak enak di makan, Bi Jumi...ayo gabung dengan kami." Aku langsung menggandeng tangan kedua buah hatiku menuju meja makan, sekalian aku minta Bi Jumi untukmu makan bersama kami, walaupun Bi Jumi selalu menolak alasannya tidak pantas untuk makan bersama dengan kami tapi selalu memaksakan,bagiku Bi Jumi bukan hanya sebagai asisten rumah tangga tetapi aku sudah menganggapnya sebagai keluargaku. Bi Jumi adalah orang yang sudah bersamaku sejak aku dan Mas Brian menikah, waktu aku habis melahirkan Almeera Bi Jumi selalu siap siaga membantuku mengurus Almeera dan juga waktu Aku habis melahirkan Al Jazair Bi Jumi juga selalu membantuku. "Kakak... Adik... Nanti kalau sudah selesai makan istirahat dulu sebentar,nanti selesai shalat ashar kita latihan olahraga beladiri karate ya, karena itu penting untuk menjaga keselamatan diri sendiri pada saat kita dalam k
"Almeera... Al Jazair... Ayo ganti pakaiannya sebentar lagi kita latihan, sebelum kita memasuki latihan inti ada baiknya kita pemanasan dulu."aku menyuruh kedua buah hatiku untuk segera mengganti baju dengan menggunakan baju olahraga yang biasa mereka pakai pada saat latihan beladiri."Iya bunda... Ayah juga ikut bergabung latihan dengan kami ya,biar tambah seru latihannya."mereka berdua juga mengajak Mas Brian untuk bergabung dengan kami,aku sih tidak yakin apa Mas Brian mau ikut karena sudah beberapa kali anak anak mengajaknya ikut bergabung latihan, Mas Brian tidak pernah mau ikut ada saja alasannya, sejak saat itulah aku tidak pernah mau mengajak Mas Brian ikut bergabung latihan dengan kami."Ayo.. Ayah ikut juga deh latihannya, Ayah juga mau melihat bagaimana perkembangan kalian berdua selama latihan dengan Bunda."Mas Brian langsung ke kamar untuk ganti pakaiannya dengan pakaian olahraga, tumben Mas Brian mau bergabung,tapi bagus lah sebentar pasti seru latihannya.Kami semua sud