“Maaf, apakah Ibu tidak salah mengatakan itu pada saya,” ujar Sena yang ingin memastikan pernyataan Bu Dila padanya.
“Tidak. Apakah kamu bersedia Sena?” tatapan mata berharap Bu Dila membuat Sena tidak enak hati untuk mengatakannya.
“Maaf Bu Dila, bukan saya mau menolak. Tetapi saya belum siap untuk menikah. Lagi pula saya tidak mengenal pria yang akan di jodohkan pada saya. Saya takut jika kita berbeda cara pandang dan mungkin kami akan kesulitan dalam menjalani hidup berumah tangga,” sambung Sena dengan hati-hati agar Bu Dila tidak tersinggung.
Dengan tersenyum, Bu Dila mencoba membujuk Sena agar bersedia jika ia di jodohkan,“Iya saya mengerti problem yang kamu maksud. Kamu percaya saya bukan Sena, sudah berapa lama kamu kenal saya. Saya menjodohkan kamu demi kebaikan kamu dan juga keluarga saya. Yang terpenting kamu dan laki-laki yang akan saya jodohkan bertemu terlebih dahulu. Jika memang kamu tidak menginginka
“Ma, ini terlalu cepat. Baru saja kemarin malam Papa mengatakan itu,” Gavin merasa keberatan dengan perintah Papa dan Mamanya kali ini. “Kamu menolak Gavin?” terdengar Bu Dila tidak menyukai perkataan Gavin. “Bukan seperti itu Ma. Hanya saja ini terlalu cepat, aku belum siap untuk itu,” Gavin menolak permintaan Mamanya. “Untuk kali ini tidak ada penolakan. Jangan membuat Papa dan Mama malu, Gavin. Susah payah Mama bujuk wanita itu untuk bertemu dengan kamu,” suara Bu Dila terdengar kesal. “Nanti Mama kirim lokasi cafenya, kamu harus datang, Assalamualaikum.” Bu Dila mematikan telfon tanpa mendengarkan persetujuan Gavin. Gavin merasa kesal, mengapa harus secepat itu orang tuanya mengenalkan wanita itu padanya. Bagaimana jika wanita yang akan di jodohkan padanya tidak seperti yang di harapkannya. Ah salahkan dirinya juga karena telah menerima tantangan dari Papanya waktu
Mendengar pernyataan Gavin, keluarga Aditama sangat bahagia. Keinginan mereka kali ini tidak di bantah oleh Gavin. Mereka akan mendapatkan menantu yang memang baik dan memiliki sifat yang penyabar. Sena di nilai mampu menjadi penenang Gavin yang mempunyai sifat keras kepala.“Mama lihat kamu sangat bahagia dengan perjodohan ini Gavin. Bukankah tadi siang kamu sempat menolaknya. Ah Mama tahu, apakah karena wanita itu adalah Sena, makanya kamu tidak bisa menolak?” sindir Bu Dila yang membuat Gavin salah tingkah. Apalagi, Sedari tadi Sena terus menatapnya.“Mama tidak perlu meledekku seperti itu,” Gavin menjawab ledekan Mama dengan tenang agar gaya coolnya tidak tercemar.“Tapi sepertinya Sena akan menolaknya Pa, Ma. Karena sedari tadi aku melihat Sena terus diam. Tatapan matanya juga seperti tidak menginginkan perjodohan ini,” tambah Gavin menatap Sena.Sena merasa g
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan pulang. Mobil mewah milik Gavin menerjang dataran kota Jakarta. Di dalam mobil tersebut, mereka diam tanpa mengeluarkan sepatah kata. Di dalam pikiran mereka banyak sebuah pertanyaan yang tersimpan di dalamnya. Ingin bertanya, namun mereka urungkan karena rasa canggung yang menguasai. Tidak terasa mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan rumah Sena. Kedua insan yang baru saja terikat dalam perjodohan tersebut keluar dari mobil itu. Sepatah kata mereka lontarkan sebelum perpisahan sesaat. “Terimakasih Mas sudah mengantarkan aku,” Sena memperlihatkan senyum ramah pada Gavin. “Iya Sena,” Gavin membalas senyuman Sena. Senyuman manis yang membuat Sena semain terpesona pada Gavin. “Besok saya akan jemput kamu untuk mempersiapkan pernikahan kita,” tambah Gavin mengingatkan Sena untuk melengkapi syarat-syarat pengajuan pernikahan, mengingat Gavin adalah
Hari semakin cepat berlalu. Persiapan menuju hari bahagia itu semakin dekat. Rasa lelah tidak begitu mereka rasakan karena semua persiapan sudah ada yang menghendel. Pak Arka dan Bu Dila sudah mempercayakan orang suruhannya untuk mengantur segala sesuatu. Seperti gedung, dekor, catering sampai souvenir. Sena dan Gavin hanya datang membawa badan saja untuk masalah pernikahan mereka. Gavin dan Sena saat ini sedang mengikuti tahapan akhir serangkaian pemeriksaan dan tes dalam mengajukan syarat pernikahan yaitu Menghadap Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad untuk menerima pengarahan dan mendapatkan ijin menikah. Banyak wejangan yang mereka terima dari Panglima Divisi Infantri. Mereka memberikan pengarahan dan gambaran kehidupan setelah menikah. Terutama kepada Sena yang akan menjadi istri seorang Abdi Negara. IstriprajuritTNImemiliki tanggung jawab yang tidak mudah. Mereka harus mendampingi kinerja sang suami dan turut berga
Gavin saat ini tengah memarkirkan mobilnya. Setelah tugasnya selesai di kantor, Gavin memilih pulang untuk istirahat. Badan yang sudah terasa pegal, Gavin ingin segera menuju kamarnya. Namun langkah kakinya harus terhenti ketika melihat seorang wanita sedang duduk di halaman belakang. Wanita itu duduk sambil memegang tangannya yang mengeluarkan darah. Penasaran dengan sosok wanita itu, Gavin mengubah arah kakinya menuju keberadaan wanita tersebut. Baru beberapa langkah Gavin berjalan, Chika menabrak tubuh Gavin dari arah belakang. Tanpa meminta maaf, Chika berlari menghampiri Sena sambil membawa kotak P3K. “Kak sini tangannya, biar aku obati,” Chika duduk di sebelah Sena lalu membuka kotak P3K untuk mencari cairan anti septik. Mengetahui wanita itu adalah Sena, dengan langkah lebar Gavin berjalan dan segera mengambil obat itu dari tangan Chika. Di hadapan Sena, Gavin mensejajarkan duduknya dan mulai memeriksa tanga
Waktu bergerak begitu cepat. Hari pun cepat berlalu. Tak terasa pernikahan Sena dan Gavin sudah sampai di depan mata. Kata orang pernikahan adalah hari yang bahagia. Namun berbeda dengan yang Sena rasakan saat ini. Ada rasa yang tidak bisa ia jelaskan. Sedih, senang, takut dan ragu membuat hatinya bergejolak. Tidak lama lagi Sena akan menyandang gelar sebagai Nyonya Gavin. Menyandang gelar tersebut seperti beban tersendiri untuk Sena. Beban karena di samping Gavin adalah seorang Kapten, Gavin juga akan menjadi penerus perusahaan milik keluarganya. Acara akad nikah akan dilangsungkan di rumah kediaman Sena dengan penghulu sebagai walinya. Sena tampil cantik dengan riasan hijab Solo. Sena sengaja memilih berhijab saat akad karena jika suatu hari kelak ia memutuskan mengenakan hijab, foto pengantinnya tetap layak untuk dipajang. Walaupun entah kapan, karena saat ini Sena belum berfikir untuk menutup auratnya dengan sempurna. “Saudara Gavin
Gavin berdiri dengan gagah dan tampan mengenakan seragam dinasnya. Sedangkan Sena tampil cantik mengenakan gaun pilihannya yang dipadukan dengan anting-anting mewah berliontin berlian serta sebuah mahkota kecil yang tersemat di atas kepalanya. Lagi, Gavin menatap Sena terpesona yang bak putri dari negri dongeng. Pesta pernikahan Gavin dan Sena sangatlah megah, dekorasi yang di penuhi bunga putih dan hijau menambah kesan elegan pada ruangan itu. Banyak tamu undangan dari kalangan para pejabat dan pembinis menghadiri pernikahan putra sulung pembisnis Arkana Elvaro Aditama tersebut. Acara prosesi pedang pora pun di mulai, acara Pedang Pora merupakan acara yang di lakukan oleh Perwira untuk melepas masa lajang dan upacara ini hanya di lakukan satu kali seumur hidup. Kini seluruh pandangan tamu undangan tertuju pada Gavin dan Sena. Para undangan menatap takjub Gavin dan Sena karena mereka pasangan suami istri yang serasi. Gavin dan Sena berja
Sebuah sentuhan di pundak Gavin menyadarkannya dari lamunan. Sudah beberapa kali Sena memanggil namanya namun tidak kunjung ada respon dari Gavin. Sena telah menyelesaikan kegiatan mandinya dan berniat memanggil Gavin untuk bergantian dengannya. “Mas melamun? Apa yang Mas lakukan dengan ponselku?” Sena menatap Gavin penuh curiga setelah Gavin tertanggkap basah sedang menggenggam ponselnya. “Ah tidak. Hanya saja ponsel kamu terus berbunyi, saya pikir ada sesuatu yang penting. Makanya saya berniat mengangkatnya, namun ketika akan saya angkat, telfon itu sudah mati,” balas Gavin mencoba tenang saat tatapan curiga Sena. “Baiklah. Aku sudah selesai mandinya Mas. Sekarang gantian Mas untuk mandi,” perintah Sena yang di angguki oleh Gavin. Wanita itu kini sedang membuka lemari pakaian, di carinya mukena untuk Sena sholat. Sena melakukan sholat dengan khusyuk. Menurutnya dengan sholat, Sena merasakan