Share

Bab 6

Author: Patin
Kisah pertemuan Anna dan Rio penuh dengan kebetulan.

Anna yang baru datang ke kota ini, memilih untuk menyewa rumah ibu Rio.

Pada hari pertama dia pindah, ibu Rio tiba-tiba jatuh sakit dan pingsan.

Untung Anna menemukannya tepat waktu dan mengantarnya ke rumah sakit.

Meskipun Sinta berhasil dioperasi, kesehatannya memburuk.

Selain itu, dia perlu dirawat jangka panjang.

Kebetulan, Anna baru datang ke kota ini dan belum bekerja.

Jadi, di bawah bujukan Rio dan ibunya, Anna pun menerima tawaran pekerjaan itu.

Namun sayangnya, penyakit Sinta bertambah parah. Setahun kemudian, dia meninggal.

Rio menuruti keinginan ibunya, dia menikah dengan Anna.

Dalam sekejap, lima tahun berlalu.

Awalnya, Anna berpikir bahwa suatu hari dia akan berhasil menghangatkan hati Rio yang dingin.

Namun lima tahun kemudian, dia sudah lelah.

Dia sudah tidak sanggup berusaha.

Anna perlahan-lahan mendorong kopernya kembali ke vila, lalu menghubungi seseorang.

"Kak Thea, tolong sewakan rumah untukku. Nggak usah terlalu besar, cukup untuk satu orang saja. Lebih baik lagi kalau bisa langsung ditempati bulan depan."

Kak Thea yang berada di ujung lain telepon bertanya dengan kebingungan, "Sewa rumah? Anna, bukannya kamu masih punya beberapa rumah yang belum terjual? Kenapa kamu ingin sewa rumah?"

Kak Thea adalah agen properti yang merekomendasikannya untuk menyewa rumah ibu Rio.

Selama beberapa tahun ini, Anna memercayakan semua rumah yang dia beli pada Kak Thea.

Bisa dibilang, Kak Thea adalah satu-satunya teman yang akrab dengannya di kota ini.

"Kalau kamu nggak punya tempat tinggal atau ingin ganti suasana baru, kamu bisa tinggal di rumah tua Nyonya Sinta."

"Tempat itu tenang, lingkungannya nyaman dan nggak jauh dari kantormu ...."

Tentu saja, Anna tidak menerima saran Kak Thea.

Pada dasarnya, dia ingin mengakhiri hubungan dengan Rio.

Bagaimana mungkin dia tinggal di tempat yang berhubungan dengan Rio?

"Kak Thea, tolong carikan rumah lain untukku!"

Nada bicaranya sangat tenang dan tegas.

Sepertinya Kak Thea yang berada di ujung lain telepon dapat merasakan tekad Anna, dia tidak mencoba untuk membujuk Anna lagi.

Saat ini, terdengar suara Rio dari belakang Anna.

"Anna, kamu sedang bicara dengan siapa?"

Anna kaget.

Dia segera mengatakan sesuatu pada Kak Thea, lalu mengakhiri panggilan.

Dia menatap Rio dengan tenang.

"Aku sudah lama nggak mengobrol dengan Kak Thea, aku mengajaknya pergi berbelanja akhir pekan ini."

Perkataan Anna yang kurang meyakinkan itu membuat Rio mengerutkan kening.

Dia tahu Kak Thea adalah salah satu dari sedikit teman yang dimiliki Anna, mereka sesekali akan saling menghubungi.

Namun, Anna memiliki kepribadian yang dingin. Dia tidak terlalu tertarik untuk berbelanja.

Lima tahun ini, dia hanya beberapa kali keluar dengan orang lain.

"Kenapa tiba-tiba ingin berbelanja?"

Rio melepas mantelnya dan menoleh ke arah Anna yang sedang duduk di sofa, kerutan di keningnya menjadi makin dalam.

Dulu, setiap dia pulang, Anna akan langsung menyambutnya, mengambil mantelnya dan menggantung mantelnya di rak.

Namun belakangan ini, dia tidak diperlakukan seperti itu.

Kali ini, Rio mulai tidak tenang.

"Bukannya kamu nggak suka berbelanja?"

Anna menunduk untuk memainkan ponselnya.

"Aku baru menyumbangkan pakaianku. Kebetulan sedang ganti musim, aku butuh beberapa baju baru, sekalian bertemu dengan Kak Thea."

Rio menatap Anna dengan penuh maksud, seolah-olah sedang mencari celah dari kata-katanya.

Perasaan aneh yang sulit dideskripsikan ini membuat Rio merasa tidak nyaman.

"Akhir pekan ini seharusnya aku senggang. Bagaimana kalau aku menemanimu? Aku sudah lama nggak menemanimu berbelanja."

Akhirnya, Anna mengangkat kepalanya untuk menatap Rio. Rasa waspada melintas di matanya.

Setelah beberapa saat, Anna berkata dengan nada merajuk, "Kamu terlalu sibuk, lupakan saja. Lagian perusahaanmu begitu besar dan semua orang bergantung hidup padamu."

Inilah perkataan yang paling sering digunakan oleh Rio untuk menolaknya.

Setelah Anna berkata demikian, Rio malah merasa lega.

Rio tersenyum dan merangkul bahu Anna. "Kamu masih marah?"

"Aku tahu belakangan ini aku terlalu sibuk hingga mengabaikan perasaanmu. Akhir pekan ini, aku pasti akan menemanimu."

Anna menundukkan kepalanya, tidak terlihat kekecewaan di mata Anna.

Anna bergumam dalam hati, 'Sebentar lagi.'

'Sebentar lagi, kita akan berpisah, Rio.'
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Cinta yang Malang   Bab 27

    Dalam beberapa hari berikutnya, Rio menjelajahi seluruh kota.Dia juga tahu bahwa Anna tinggal di panti asuhan.Dia menyumbangkan banyak barang untuk panti asuhan.Dia bahkan berjanji akan membiayai anak-anak yatim piatu itu hingga dewasa.Dia dikenal sebagai orang baik di kota kecil dan memiliki reputasi yang baik.Namun, hanya Anna yang tidak mengakuinya.Hari ini, di halaman panti asuhan, Kenny menyiapkan pengakuan cinta yang megah untuk Anna.Semua anak-anak di panti asuhan berperan sebagai pendukungnya.Di tengah suara tawa dan sorak sorai, Kenny memberikan bunga kamelia dan cincin pada Anna."Kak Anna, aku menyukaimu, aku ingin menikahimu sejak kecil. Aku tahu kamu pernah disakiti dan memiliki pandangan buruk terhadap pernikahan, tapi aku berharap kamu memberiku kesempatan untuk merawatmu seumur hidup.""Aku nggak akan menyakitimu, apalagi membuatmu menangis!"Rio yang baru tiba di panti asuhan menyaksikan momen ini.Dia berdiri di sudut, tangan dan kakinya terasa dingin, dia tid

  • Takdir Cinta yang Malang   Bab 26

    Bulan November, cuaca di kota kecil terasa makin dingin.Angin sepoi-sepoi yang bertiup disertai dengan hawa dingin.Setelah bercerai, Anna sudah pulang lebih dari sebulan.Dalam satu bulan ini, dia merenovasi panti asuhan yang sudah tua itu.Selama beberapa waktu ini, Kenny terus mengikutinya.Apa pun yang terjadi, dia tidak akan memberikan Anna kesempatan untuk pergi secara diam-diam.Saat ini, Rio mengandalkan petunjuk yang tersisa untuk menemukan kota kecil ini.Selama lebih dari sebulan, dia berusaha untuk mencari Anna di seluruh kota.Dia menemui semua orang yang mungkin mengetahui keberadaan Anna.Dia menunggu di depan kontrakan Anna selama berhari-hari, tetapi tidak menemukan jejak Anna.Akhirnya, dengan nomor telepon Anna dan nomor penerbangan yang ditumpangi Anna sebelumnya, dia menemukan kota kecil ini.Rio menemukan kedai roti kesukaan Anna, lalu menunjukkan foto Anna."Halo, Bu, apa kamu mengenal orang ini?"Suaranya agak berat dan serak.Pemilik kedai itu memandang foto A

  • Takdir Cinta yang Malang   Bab 25

    Saat ini, Sella muncul di sekitar dengan canggung.Dia menatap Anna dengan rasa bersalah."Maaf, Kak Anna. Sebelumnya, aku nggak tahu hubunganmu dengan Pak Rio.""Tapi, jangan khawatir. Meskipun sebelumnya aku agak mesra dengan Pak Rio, kami nggak melakukan hal di luar batas."Sudut bibir Anna terangkat, dia tersenyum tipis.Saat melihat Sella meminta maaf dengan tulus, dia agak tidak berdaya.Seolah-olah dia memojokkan Sella dan memaksa Sella untuk meminta maaf.Namun, dia hanya ingin segera bercerai.Lagi pula, Sella tidak sepenuhnya bersalah atas kejadian sebelumnya.Bisa dibilang, dia juga adalah korban.Namun, ekspresi Anna berubah, dia segera menemukan solusi."Sella, aku nggak menyalahkanmu atas kejadian sebelumnya, aku dan Rio juga merahasiakan hubungan kami.""Tapi, seperti yang kamu lihat sekarang, kami sudah bercerai.""Berusahalah lebih keras untuk mengambil posisi Nyonya Ansari."Tak disangka, Sella melambaikan tangannya dengan takut, dia sadar diri."Nggak, aku nggak bera

  • Takdir Cinta yang Malang   Bab 24

    Kali ini, agar Rio tidak bisa mengulur waktu lagi, Anna langsung masuk ke mobilnya.Dalam perjalanan menuju Kantor Catatan Sipil, mereka sama sekali tidak berbicara.Rio menghabiskan waktu satu setengah jam untuk menempuh perjalanan yang seharusnya hanya membutuhkan waktu setengah jam.Anna terus memeriksa ponselnya untuk memperkirakan waktu.Begitu turun dari mobil, dia langsung menarik mantel Rio dan bergegas ke lobi Kantor Catatan Sipil.Melihat Rio begitu enggan, Anna teringat bahwa dia juga begitu bersemangat di hari pernikahan mereka.Mungkin Rio tidak terlalu ingin menikah. Hari ini, Rio juga terus mengulur waktu.Memikirkan hal ini, hati Anna yang gelisah menjadi lebih tenang.Hanya sedikit orang yang datang untuk mengurus perceraian.Melihat satu per satu pasangan mengambil akta cerai, Rio tiba-tiba merasa lebih lega.Mengingat semua kesalahan yang telah dia perbuat pada Anna di masa lalu, Rio menyadari bahwa bercerai mungkin adalah awal yang baik.Dengan begitu, mereka bisa m

  • Takdir Cinta yang Malang   Bab 23

    Tidak lama setelah Anna keluar dari perusahaan, Kenny menyusul."Kak Anna, tunggu aku. Kenapa kamu berjalan begitu cepat?"Pemuda yang sebelumnya terus menyudutkan Rio, kini kembali memancarkan keceriaan dan ketampanannya.Dia berlari menghampiri Anna, lalu menatap Anna dengan tatapan memelas."Kak Anna, kamu nggak boleh meninggalkanku lagi."Suaranya manja dan lembut, seperti anjing yang dipelihara oleh Anna di panti asuhan.Anna menghela napas dalam hati.Sebenarnya, dia mengetahui bahwa Kenny memiliki niat lain padanya.Justru karena itu, dia tidak boleh menunda kebahagiaan Kenny.Kenny adalah mahasiswa pascasarjana dari universitas bergengsi, sedangkan dia putus sekolah demi bekerja.Terlebih lagi, dia enam tahun lebih tua dari Kenny.Dia merasa Kenny pantas mendapatkan gadis yang lebih baik.Oleh karena itu, enam tahun lalu dia meninggalkan kota kecil, datang ke kota ini dan bertemu dengan Rio.Namun, Anna tidak menyangka enam tahun kemudian, Kenny masih begitu menyukainya."Tadi,

  • Takdir Cinta yang Malang   Bab 22

    Rio sangat emosional.Pemuda yang ceria dan energik ini membuatnya merasa terancam.Kenny terkekeh, senyumannya dibaluti dengan sedikit aura dingin. Dia mengeluarkan lisensi pengacaranya."Aku adalah pengacara hukum keluarga yang dipekerjakan Anna. Mulai sekarang, aku akan menangani urusan perceraian Anna!"Ekspresi Rio berubah muram.Mendengar Kenny terus memanggil nama Anna, dia sungguh ingin membungkam mulut Kenny.Jadi, dia menatap Anna."Anna, bukannya Pak Noel yang mengurus perceraian kita? Bocah tengik ini nggak tahu apa-apa tentang hubungan kita, dia nggak pantas menangani masalah kita ....""Nggak tahu apa-apa?"Kenny mendengus dingin, entah kenapa matanya memerah.Dia menatap Rio dengan ganas, suaranya dipenuhi dengan nada sinis."Aku dan Anna tumbuh besar bersama. Selama lebih dari dua puluh tahun, aku mengingat segala sesuatu tentangnya, nggak berani melupakan satu hal pun.""Dia membelikan banyak hadiah untuk anak-anak dengan gaji pertamanya, dia hidup hemat agar bisa mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status