Share

Penjelasan Nadya

Nadya mengingat terakhir kali dia berinteraksi dengan adiknya. Saat itu dia sedang menginap di rumah orangtuanya, karena ada acara keluarga di sana. Dia memang sudah dua tahun ini pindah ke apartemen. Dan itu disebabkan karena orangtuanya yang telah ikut campur dalam urusan pribadinya.

Malam itu Nadya melihat adiknya yang dikenal sebagai orang yang periang tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Nadya yang melihat perubahan itu, tentu saja penasaran dengan sikap adiknya yang berubah seratus delapan puluh derajat.

Saat itu, Amelia mengatakan kalau dia merasa tertekan. Tapi, dia tidak mengatakan penyebabnya. Dan akhirnya, adiknya itu lebih memilih pergi dari rumah untuk hidup bersama dengan kekasihnya.

Kini Nadya hanya bisa termenung memikirkan adiknya yang entah ada di mana keberadaannya saat ini.

"Bagaimana Bu Nadya? Apa anda sudah ingat terakhir anda berinteraksi dengan adik anda?" tanya Doni lagi.

Nadya menganggukkan kepalanya. Lalu dia meraih telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja. Dia lalu membuka galeri foto yang terdapat foto dirinya dan Amelia, yang diabadikan saat terakhir kali mereka bertemu.

"Foto ini diabadikan saat ada acara keluarga di rumah orangtua kami. Dan itu dua hari yang lalu, Pak." Nadya menjelaskan pada Doni dengan ekspresi wajah yang terlihat penuh dengan kekhawatiran.

"Bisa Ibu kirim foto itu ke saya?" Pinta Doni dengan raut wajah yang serius.

"Tentu, Pak." Nadya kemudian mengirimkan foto itu melalui aplikasi pesan ke telepon genggam Doni.

"Saya akan edit foto ini. Jadi yang di foto ini hanya menampilkan wajah Amelia saja. Saya juga akan menyebar foto adik anda ini ke beberapa anak buah saya yang tersebar di beberapa tempat. Sehingga kalau ada yang melihatnya segera memberikan informasi kepada kami di sini. Lalu kami dapat menentukan langkah kami selanjutnya." Doni kemudian segera mengedit foto itu.

"Jangan disebarkan foto adik saya, Pak. Saya tidak mau kalau masalah ini banyak orang yang tahu. Kami tidak mau menghilangnya Amelia menjadi bahan perbincangan banyak orang." Nadya berkata dan menatap Doni dengan tatapan memohon. Dia berharap agar Doni tidak menyebarkan foto Amelia.

"Tapi, bagaimana kami bisa maksimal mencari adik anda, kalau fotonya tidak boleh kami sebar? kita semua belum tahu keberadaan adik anda saat ini." Doni menghela napas panjang. Dia tidak mengerti jalan pikiran wanita yang tengah duduk manis di hadapannya ini. Dia lalu menatap Devan yang saat ini terdiam seribu bahasa.

"Saya juga akan ikut serta dalam pencarian adik saya, Pak. Dan saya harap Bapak tidak keberatan akan hal ini," ucap Nadya yang sukses membuat Doni dan Devan membulatkan matanya.

"Apa! anda jangan main-main, Bu Nadya!" seru Doni. Dia seketika membelalakkan matanya. Dia tidak percaya dengan ucapan yang baru saja Nadya lontarkan.

“Nadya, percayakan masalah ini pada kami! kamu tidak usah ikut! kami akan memberikan laporan pada kamu nantinya,” ucap Devan.

"Saya ingin bertemu langsung dengan adik saya terlebih dahulu. Saya akan berusaha untuk membujuknya kembali ke rumah untuk minta restu orangtua, kalau dia ingin menikah dengan kekasihnya." Nadya menatap wajah Doni dan Devan bergantian dengan tatapan memohon. Dia berharap agar diperbolehkan ikut serta dalam pencarian Amelia.

"Tapi ini membutuhkan waktu yang lama karena kita belum tahu keberadaan adik anda. Terlebih lagi anda melarang kami untuk menyebar fotonya. Apa anda tidak masalah melakukan perjalanan yang belum pasti tujuannya kemana? terus terang ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami." Doni menatap manik mata Nadya. Dia berusaha untuk meyakinkan wanita itu, bahwa ini bukan perjalanan yang mudah dilalui oleh wanita seperti dirinya.

"Kita usaha dulu, Pak. Kalau memang sudah mencari dan belum bisa menemukan keberadaan adik saya, maka kita bisa menyebar foto Amelia," sahut Nadya yang membuat Doni menghela napas panjang. Dia sedikit kesal menghadapi sikap Nadya yang keras kepala.

'Kenapa tidak langsung disebar saja fotonya agar lebih mudah pencariannya' batin Doni.

Doni lalu menatap Devan lekat. Seolah melalui matanya, mereka tengah berdiskusi untuk memutuskan langkah selanjutnya.

"Baiklah kalau itu yang Ibu mau. Nanti Pak Devan yang akan mendampingi Ibu selama dalam perjalanan. Saya sengaja memilih wakil saya ini, karena dia sangat handal sehingga Ibu aman pergi bersama dia,” ucap Doni yang membuat Nadya dan Devan saling bertatapan.

Doni yang melihat tatapan mata Devan dan Nadya, seketika membulatkan matanya. Dia merasa bahwa sebelumnya pernah ada sebuah kisah antara wakilnya ini dengan kliennya. Dan dari tatapan Nadya serta Devan yang memancarkan suatu kerinduan, tentunya kisah itu bukan kisah yang biasa. Dan ini menarik perhatian Doni untuk mengetahui lebih jauh.

Doni juga memperhatikan mereka berdua secara bergantian. Dan dari cara mereka menatap satu sama lain, dia mengambil kesimpulan bahwa mereka sepertinya sedang melepas rindu melalui tatapan mata mereka. Doni langsung paham dengan sikap wakil sekaligus sahabatnya ini yang dingin terhadap wanita. Devan selalu menghindar apabila ada seorang wanita yang mencoba mendekatinya termasuk Shila, sekretarisnya.

‘Apa Nadya, wanita yang pernah Devan ceritakan padaku? Nadya kah wanita yang sudah berhasil mencuri seluruh hatinya? sehingga saat putus cinta, sahabatku ini masih belum bisa melupakan wanita itu. Dan kalau benar, aku tidak salah kalau meminta Devan untuk mendampingi Nadya mencari adiknya. Mungkin saja setelah itu mereka bisa bersatu kembali’ ucap Doni dalam hati.

Doni tersenyum dan mulai menyusun serangkaian rencana yang sudah dia rekam di kepalanya. Dan untuk menjalankan rencananya itu, dia perlu mengetahui status Nadya saat ini apakah sudah menikah atau belum. Dan itu akan segera dia tanyakan langsung saat ini juga.

“Bu Nadya, bisa saya tanya sesuatu yang sedikit pribadi?” tanya Doni pada Nadya yang duduk di hadapannya itu. “Karena ini menyangkut ke ikut sertaan Ibu dalam usaha pencarian Amelia.”

“Iya, Pak. Silakan! Pak Doni mau bertanya apa sama saya?” tanya Nadya.

 “Apa Bu Nadya sudah menikah?” tanya Doni yang membuat Nadya maupun Devan terkejut mendengar pertanyaan pria itu.

“Belum, Pak,” sahut Nadya lirih yang sontak membuat Devan secara tak sadar menyunggingkan senyum walaupun hanya sebentar. Dan itu tak luput dari pengamatan Doni yang sudah mulai paham tentang mereka berdua.

Nadya menautkan kedua tangannya sambil menundukkan kepala. Dia merasa gugup saat mengungkapkan identitasnya saat ini di hadapan Devan. Walaupun dalam hati dia senang dengan pengungkapan itu yang seolah memberitahu kepada pria itu bahwa dia saat ini masih sendiri.

Devan menatap Nadya yang kini tertunduk menatap tautan jemari tangannya. Dia tahu wanita itu gugup saat ini, setelah menjawab pertanyaan Doni tentang identitasnya. Hal itu justru membuat Devan senang karena Nadya juga ternyata sama seperti dirinya yang juga masih sendiri. Dia masih sendiri karena dia belum bisa ‘move on’ dari seorang wanita yang telah sukses mengambil seluruh hatinya. Dan wanita itu adalah Nadya. 

“Baik, kalau belum menikah, berarti nanti saya tidak perlu minta ijin pada seseorang untuk menjalankan skenario saya,” tukas Doni. Dia menatap serius wajah Nadya yang kini telah mendongakkan kepalanya, dan menatap Doni dengan memicingkan matanya.

Devan mengerutkan dahinya, dia masih bingung arah pembicaraan sahabatnya itu. Tapi, dia memilih untuk berdiam diri dulu sambil menyimak pembicaraan Doni dan Nadya.

“Skenario apa maksud Bapak?” tanya Nadya bingung. Dia mencoba menerka skenario apa yang di maksud oleh Doni, hingga pria itu menanyakan statusnya.

Jantung Nadya berdegub kencang kala dia menatap Devan, yang ternyata saat ini juga sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Nadya kemudian segera mengalihkan tatapannya ke arah lain. Dia merasakan pipinya mulai memanas kala tatapan matanya bertemu dengan tatapan Devan. Dia mengulum senyumnya saat dia melihat melalui ekor matanya, kalau Devan tengah tersenyum sambil menatap dirinya.

Doni yang hendak memberitahukan mengenai skenarionya, urung mengungkapkannya, setelah dia melihat kedua orang yang berlainan jenis itu tengah tersenyum setelah mereka saling tatap. Doni melihat mereka secara bergantian. Dia menggelengkan kepalanya saat dua orang dewasa itu berlaku seperti anak sekolah, yang baru pertama kali mengenal cinta.

 “Ehem, Apa bisa saya katakan sekarang tentang skenario yang saya buat?” tanya Doni.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status