Risa nyaris saja pingsan saat melihat orang yang begitu ia sayangi tergeletak di aspal dengan bersimbah darah. Dengan tubuh gemetar, ia menyeret langkahnya mendekat ke arah ibu mertuanya yang sudah tidak tidak sadarkan diri. “Mama … bangun, Ma! Ini Risa,” ucap Risa seraya membawa Ibu Airin ke pangkuannya. “Mama, buka mata Mama!” teriak Adi sambil bersimpuh di hadapan ibunya dengan derai air mata. “Ayo, kita bawa Mama ke rumah sakit!” seru Risa sembari menyeka kasar air matanya. Pak Dodi langsung bergegas keluar dari mobil setelah mendengar teriakan Adi dan Risa, lalu berlari kencang ke arah majikannya. “Nyonya Besar!” Pekik Dodi saat melihat Ibu Airin sudah tak sadarkan diri dalam pangkuan Risa. “Mama bertahan, ya, Ma. Kita akan ke rumah sakit,” kata Adi seraya menggendong sang ibu ke mobilnya. Dengan langkah gontai, Risa mengikuti suaminya menuju mobil. Ia tidak percaya ini akan terjadi pada ibu mertuanya. Risa berharap ini hanya mimpi buruk yang saat ia terbangun semua akan k
Pak Arya mengepal erat tangannya seraya melotot tajam. Terlihat jelas kemarahan dan kebencian di wajahnya, tidak banyak yang tahu jika beliau adalah mantan narapidana kasus pembunuhan puluhan tahun silam. “Papa harus lihat keadaan Mama,” kata Pak Arya sembari berjalan menuju ruang ICU. “Papa.” Adi menghentikan langkah sang ayah. “Aku minta maaf karena tidak bisa menjaga Mama,” ucapnya seraya memeluk Pak Arya. Pak Arya terharu mendengar Adi meminta maaf seperti itu, sikapnya hari ini sangat berbeda dari biasanya. Ia berharap ini akan berlangsung selamanya, Adi bisa berubah menjadi lebih lembut dan bisa mengontrol emosinya. “Tidak perlu minta maaf, ini semua sudah terjadi. Kita berdoa saja untuk kesembuhan Mama kamu,” ujar Pak Arya sembari mengusap punggung Adi. “Papa tolong jagain Mama, ya. Aku mau melihat keadaan Risa, Pa. Aku takut terjadi apa-apa sama istri dan anakku,” kata Adi sambil melepas pelukannya. Pak Arya menganggukan kepala seraya menatap Adi dengan sendu, rasa haru
“Sekarang kita harus atur strategi untuk menjebak Sonya dan Adam, bagaimana menurut kalian?” tanya Reno, mencoba memberi solusi. “Itu bukan solusi yang tepat, Ren. Kak Adam adalah manusia yang sangat licik,” sahut Adi, usulan yang diajukan Reno bukannya tidak bagus, tetapi Adi merasa itu tidak akan berhasil. “Terus, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Erik. “Gue harus meningkatkan keamanan terhadap istri gue. Target mereka yang sebenarnya itu bukan Mama, tapi Risa,” kata Adi, sangat yakin yang menjadi incaran Sonya dan Adam adalah Risa. “Kalau begitu, kita salah karena telah pergi jauh dari rumah sakit. Bisa jadi, mereka akan beraksi di sana,” ujar Reno menduga-duga. Adi terlihat memikirkan sesuatu, kemudian berdiri sambil menyambar jas dan kunci mobilnya. Perkataan Reno membuat ia semakin khawatir, apalagi saat ini tidak ada pengawal yang berjaga di rumah sakit. “Mau ke mana, Bro?” tanya Erik. “Gue harus kembali ke rumah sakit, apa yang dikatakan Reno bisa saja terjad
Reyhan merasa bersalah sama Risa, obsesi dokter Cyntia terhadap dirinya membuat Risa harus terseret dalam masalah yang mengancam nyawanya. Reyhan masuk ke ruangannya, lalu menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya, sungguh pikirannya sangat lelah karena masalah ini. “Maafin Kakak, Cha. Kamu harus terlibat dalam masalah seperti ini karena Kakak, untung saja kamu tidak kenapa-kenapa. Jika sampai kamu yang terbaring di ruang ICU hari ini, Kakak tidak akan bisa memaafkan diri Kakak sendiri. Kakak janji akan selalu jagain kamu dari orang-orang yang berniat jahat sama kamu,” gumam Reyhan seraya menatap foto Risa yang terpajang di atas meja kerjanya. *** Di parkiran rumah sakit, Adi baru saja kembali dari apartemen Erik. Kecemasannya terhadap Risa kian bertambah setelah mendengar ucapan Reno, Adam adalah orang yang tidak bisa diremehkan. Untuk itu dia yang harus lebih berhati-hati lagi.Sebelum ke ruangan dokter Anita, Adi terlebih dahulu menemui ayahnya untuk menanyakan keadaan ibunya.
Malam harinya, semua telah berkumpul di rumah sakit. Ibu Airin juga sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, masih di ruangan dulu digunakan pasca operasi CABG beberapa bulan yang lalu. Bu Yulia juga hadir di sana, ia tampak begitu khawatir setelah mengetahui bahwa Ibu Airin dan Risa kecelakaan. Berita kecelakaan itu disiarkan di televisi, jadi semua orang sudah mengetahuinya, termasuk para musuh Adi yang begitu menginginkan kehancurannya.Dokter Reyhan masuk ke ruangan itu diikuti oleh dua orang yang berpakaian sama dengannya. Itu adalah dokter spesialis penyakit dalam dan dokter saraf, mereka yang akan menjelaskan hasil medis Ibu Airin.“Selamat malam semuanya!” sapa Reyhan dengan senyum ramah.“Malam, Dok.” Pak Arya menyahuti terlebih dahulu.“Nyonya, apa keluhannya?” tanya Reyhan kepada Ibu Airin.“Rasanya sakit semua, Dokter. Bahkan untuk menggerakkan badan pun susah,” sahut Ibu Airin.“Itu karena Anda mengalami patah tulang rusuk,” ujar Reyhan.Salah satu dokter yang bersama Reyha
Mobil Adi melaju dengan kencang menuju rumah utama keluarga Winata, Risa merasa sangat lelah hingga ia pun tertidur dalam perjalanan pulang ke rumah.Adi tersenyum melihat istrinya sudah memejamkan mata, wajahnya terlihat semakin cantik saat sedang tidur seperti ini. Bahkan naluri lelakinya mengatakan seandainya saja ini bukan di mobil, mungkin dia sudah khilaf melihat wajah cantik dan menggemaskan milik istri sahnya itu.“Ah, mikir apa lagi gue? Bisa-bisanya gue malah memikirkan hal itu,” ucap Adi seraya memalingkan wajahnya dari Risa.Adi kembali fokus mengemudi hingga sampai di rumah utama. Saat memasuki halaman rumah, ia melihat mobil Yogi telah terparkir di sana. Yogi pun menyadari kehadiran Adi, lalu keluar dari mobil untuk menyambut kedatangan bosnya.Melihat Risa masih tertidur pulas, Adi merasa tidak tega untuk membangunkannya. Tanpa ragu-ragu, ia pun menggendong istrinya dengan sangat hati-hati agar tidak membuat sang empunya terbangun.“Selamat malam, Pak!” sapa Yogi seraya
Keesokan harinya. Pagi ini cuaca begitu sejuk, angin berhembus masuk melalui celah-celah jendela kamar. Namun, sepasang suami istri masih terlelap dalam tidur mereka dengan saling berpelukan. Kehangatan tak biasa yang Risa rasakan membuat ia enggan untuk membuka mata. Bahkan ia sampai melewatkan waktu subuh karena tidur yang begitu nyenyak.Sebenarnya Adi sudah terbangun saat mendengar suara alarm dari ponsel Risa yang mengingatkan bahwa sudah masuk waktu subuh. Karena melihat istrinya tertidur begitu lelap, Adi jadi tidak tega membangunkannya. Ia malah mematikan alarm dan kembali tidur dengan mempererat pelukan kepada sang istri.Merasa sesak karena dekapan kuat dari seseorang, Risa menggeliat dan mengerjap matanya berkali-kali. Betapa kagetnya wanita itu saat membuka mata dan mendapati dirinya berada dalam dekapan orang yang selama ini selalu berlaku kasar padanya. Sekarang mereka sangat dekat, bahkan ia bisa merasakan deru napas suaminya yang menerpa wajahnya. Ia meraba ponselnya
Setelah Adi pergi ke kantor, Risa bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Ia juga telah menyiapkan makanan yang akan dibawa ke rumah sakit. Mia juga akan ikut dengannya, untuk itu Risa memilih menyetir sendiri hari ini.“Mbak Mia, sudah siap belum? Ayo, kita pergi sekarang!” seru Risa sembari menuruni anak tangga.“Iya, Nyonya Muda. Ini sudah siap semuanya,” sahut Mia dengan memperlihatkan rantang makanan yang ada di tangannya.“Ya sudah, ayo!” Risa berjalan keluar rumah menuju garasi mobil.“Selamat pagi, Nyonya Muda. Saya yang akan mengantarkan Anda ke rumah sakit, Tuan Muda telah berpesan agar tidak mengizinkan Nyonya Muda menyetir sendiri,” kata Pak Dodi seraya membukakan pintu mobil untuk Risa.“Maaf, Pak Dodi. Tapi hari ini saya mau bawa mobil sendiri,” jawab Risa sambil berlalu melewati sang sopir. Mia tersenyum geli melihat Risa menolak tawaran dari Pak Dodi.“Tapi, Nyonya Muda. Nanti Tuan Muda akan marah jika tahu Anda menyetir sendiri,” ujar Pak Dodi.“Pak Dodi bisa ikuti m