공유

Epsode 7

작가: Ai
last update 최신 업데이트: 2021-06-01 05:35:49

Sepasang mata itu mengawasi  pembicaraan kami. Antara aku dan manager HRD. Saking seriusnya, kami tidak menyadari dari tadi ada sepasang mata itu mungkin sudah mendengar semua yang sedang kami bicarakan. Dattan merangkulku dengan senyum lebar. Sitampan yang ramah. Selalu ceria. Bahkan aku tak begitu memperdulikan dia sudah punya kekasih. Kedekatan kami sudah terjalin 6 tahun yang lalu.jauh sebelum dia  mempunyai pasangan.

Mungkin dia lah satu satunya manusia yang tidak sedikitpun menghiraukan status aku. Tak pernah sekalipun dia  merasa malu kalau sedang  berjalan denganku. Tak sedikit yang bilang kami serasi. Bahkan banyak karyawan yang selalu bilang aku terlalu beruntung dekat dengan dia. Sempat ada yang bilang kami pacaran diam-diam. Karena  Dattan begitu perhatian sama aku. Entah apa yang membuat Dattan begitu nyaman berteman denganku. Sampai detik ini aku tak sekali pun ada niat menanyakannya.

Masih sambil merangkul pundakku kami melewati parkiran luar.

"Nanti aku tungguin pulang kerja, sudah rindu pengen makan mie bikinan kamu ...!" ucapnya sambil mencolek hidungku.

Ku acungkan tinju mentah ke arah mukanya. Laki-laki mempesona itu hanya tertawa terkekeh. Karena asyiknya kami bercanda, tidak menyadari lagi-lagi ada sepasang mata mengawasi seluruh gerak-gerik kami.

 "Move ...!"

Panggilan itu membuat kami menghentikan langkah.

"Kamu tidak sibukkan? Ada yang mau aku bicarakan sama kamu!" ucapnya sambil menarik pergelangan tanganku.

Aku mengikuti langkahnya. Kutinggalkan Dattan seorang diri.

"Kamu harus lihat rekaman cctv ini!" ucap Fito, manager keuangan. Aku memperhatikan cctv itu. Alangkah terkejutnya aku melihat rekaman cctv itu.

"Bukannya, rekaman ini kemarin sudah dihapus  sama pelaku, Pak?"

"Aku juga tidak tahu move, kenapa tiba tiba rekaman cctv ini ada kembali? Sepertinya seseorang dengan sengaja mengkopi rekaman ini dan mengembalikan lagi. Entah ini permainan  siapa? Yang pasti penyusup itu orang dalam sendiri. Kamu liat ini!" tunjuknya pada dua orang yang nampak pada rekaman cctv itu. Kedua orang itu tampak begitu familiar. Tapi siapa? Otakku bekerja keras mencoba mengingat ingat postur tubuh kedua orang itu.

"Kamu merasa ada yang  aneh tidak dengan kejadian ini?" tanya laki-laki membuat aku tertegun. Iya! memang ada yang aneh dengan kejadian ini.

"Pak! Tolong, bantu Saya mengungkap kasus ini! Saya sekarang paham ternyata orang ini sudah lama menjadikan Saya targetnya. Entah motifnya apa!" ucapku tegas sambil menatapnya. Meyakinkan dia bahwa semua ini pasti ada sebabnya.

"Saya harap, masalah ini cukup kita berdua saja yang tahu!" tambahku lagi. Fito mengangguk paham. Dia menepuk bahuku. Memberikan kode kalau semua pasti bisa diungkap.

Masih dengan begitu banyaknya pertanyaan yang menumpuk di otakku, aku kembali ke ruang direktur.

Tanpa sadar, sudah dari tadi ada sepasang  mata yang mengawasiku.

"Apa kamu lupa! Siapa yang jadi bos di sini?"

Ucapan yang bernada peryanyaan itu membuatku terkejut. Ku arahkan pandanganku ke empunya suara. Terlihat sosok itu bergeming. Tanpa menoleh dan tanpa basa-basi. Aku menelan ludah pahit.

"Maaf, Pak! Saya tadi ada sedikit keperluan. Maka dari itu, Saya terlambat datang."

Pria tampan itu sekilah menoleh ke arahku. Hanya menebar senyum sinis lalu kembali pada kesibukkannya semula. Kembali aku menelan salivaku, melihat reaksi yang tak acuh itu.

Beberapa saat kemudian, aku melihatnya berdiri. Mengancingkan jasnya. Berjalan mendekat ke meja kerjaku. Dengan gugup aku berdiri. Menunggunya, menghampiriku. Hatiku berdesir, melihat sosok itu. Tampan dengan sejuta pesonanya. Tapi bersifat sangat labil. Kadang hari ini baik, besok berubah dingin, angkuh, kejam dan sadis.

"Keperluan apa, sampai membuat tidak mengirim pesan padaku kalau kamu terlambat datang?!" Pertanyaannya yang penuh penekanan itu seketika membuat lamunanku buyar.

"Ii-tu, Pak!" Entah apa yang membuatku tiba-tiba tergagap. Lidahku jadi kelu. Debar jantungku tidak terkendali.

"Apa keperluan itu, selalu bertemu dengan laki-laki yang tidak ada hubungan apapun dengan kamu?"

"Maksud Bapak apa?" Entah kekuatan dari mana, aku tiba-tiba menatapnya dengan sangat tajam. Harga diriku sebagai wanita terusik. Aku tersinggung dengan ucapannya barusan. Tanganku yang sedari tadi gemetar sedikit terkepal.

"Apa ucapan saya salah? Saya liat kamu tadi begitu mesra dengan manager HRD. Beberapa menit kemudian kamu bisa bergandengan  tangan dengan manager keuangan. Apa kamu ini bisa dibilang perempuan setia, perempuan yang bisa berkomitmen, atau malah kamu ini perempuan  yang hoby  gonta ganti pasangan. Apakah kamu ini perempuan murahan?"

Plakk-kk ...!!

Tanganku secepat kilat  melayang ke wajah laki laki  itu. Dadaku turun-naik menahan amarah yang begitu besar. Mataku tajam mengarah padanya. Wajahku sudah tak bersahabat lagi. Ada kebencian mutlak tiba-tiba padanya.

"Kamu keterlaluan ...!" teriakku dengan mata nanar. Merah padam warna wajahku saat ini. Ada air mata yang meleleh di sudut mata kiriku.

Ku tatap tajam-tajam pria di depanku. Dengus kasar kemarahan menguar di wajahku. Dengan gerakan kasar, kuraih tas di meja kerjaku. Secepat mungkin aku ingin pergi dari hadapannya.

"Move! panggilan itu tidak kugubris. Kulesatkan tubuhku menghilang dari ruangan itu. Sekilas masih sempat kulihat dia mengejarku. Terlihat kulit pipinya merah merona bekas tanganku di sana.

 Aku sudah tak mempedulikan apapun. Suara riuh karyawan yang lain tak membuatku bergeming. Terus saja aku berlari keluar gedung. Pergi sejauh mungkin kalau bisa.

Sehina itukah aku di matanya, apakah karena selama ini aku terlalu lemah, tak pernah bisa menolak keinginannya. Mungkinkah itu yang membuat dia memandang rendah harga  diriku? Atau karena dia sudah tahu siapa aku yang sesungguhnya? Tentang statusku dan kondisi aku? Bertubi tubi pertanyaan itu menghantam kepalaku. Aku sudah tak bisa lagi berpikir, tujuan satu satunya saat ini pengen pulang  ke kost buat menenangkan diri.

******

Di ruangannya, Ray masih tertegun sambil mengusap pipinya. Bekas tamparan Move di pipinya begitu panas. Ada penyesalan tersirat di pmatanya. Sangat disayangkan, hari ini dia tidak bisa mengontrol emosinya. Hatinya begitu panas melihat Move begitu mudahnya berinterksi dengan semua karyawan pria di perusahaannya. Semua pria menyukainya dan bisa mendekatinya dengan mudah. Ada ketidak relaan setiap wanita itu bisa bercengkrama dengan teman-teman prianya. Cemburukah, dia?

"Tokk ..."

"Masuk!"

"Ray, kubawakan  obat pereda nyeri buat muka kamu. Pasti itu rasanya sakit sekali. Sampe membiru begitu!" ucap perempuan cantik itu lalu mendekati laki-laki itu. Dan menyentuh tangan pria tampan itu.

"Aku bisa melakukannya sendiri! sergah Ray menepis tangan Feronika.

"Ray," raut muka Feronika menghiba.

"Sudahlah, kamu bisa keluar sekarang! Saya tidak mau membahas apa apa saat ini." tegasnya sambil menjauhkan diri dari Feronika.

"Tolong, tutup kembali pintunya !" Feronika menghembuskan nafas dalam dalam seraya melangkahkan kakinya dengan berat. Merasa sakit dengan penolakan Ray.

Ray menghela nafas berat. Bayangan Move  kembali ada di benaknya. Ruang direktur masih begitu dingin terasa.Tapi Ray belum beranjak dari kursi kebesarannya. Jam menunjukkan pukul 5 sore. Karyawan yang lain sudah pulang semua. Sesekali dia melirik ponselnya. Tidak ada nofitifikasi apa pun.

Pikirannya tak karuan. Berulang kali dia membolak-balikkan ponselnya. Ingin sekali rasanya menelpon Move. Tapi diurungkan niatnya.

Saat ini Move sedang marah besar kalau ia paksakan berkomunikasi yang ada hanya memperkeruh keadaan. Biarlah untuk beberapa saat dia mengalah. Berdiam diri dan bersabar.

         

BERSAMBUNG

             

Ai

Baca y

| 좋아요
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 144(S2)

    Hari itu akhirnya datang juga. Hari di mana aku jadi ratu sehari dan Ray jadi raja sehari. Bahagia? Tentu. Bahkan hanya air mata haru yang menjadi temanku.Laki-laki 7 tahunku . Ya Tuhan, akhirnya. Aku benar-benar pengen pingsan karena nggak kuatnya menahan kebahagiaanku.Bahagia! Benar-benar bahagia. Saat ijab kabul itu berlangsung dan jawaban sah itu terdengar, tubuh melemah seketika. Tangan dan kaki ku thremor tiba-tiba.Puji syukur ya Tuhan, semua atas keridhoanmu. Kedua tanganku lama banget tertengadah hingga kulihat imamku masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan."Sudah sah, Sayang," bisiknya sambil mengecup daun telingaku membuat buluku meremang seketika.Kucium punggung tangannya tanda aku sangat menghormatinya lantas dia menyesap bibirku sebentar sebelum selanjutnya kami kembali ke pesta."Ma, Pa," kucium satu per satu punggung tangan mereka lalu kupeluk orang tua itu yang sekarang sudah menjadi orang tuaku.Giliran Farh

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 143(S2)

    Ray masih terengah saat tubuhnya mengejang di atas tubuhku. Berkali-kali dia mengecup bibirku. Dan mengendus leherku saat dia sudah berbaring di sebelahku. Mataku sudah terpejam saat tangannya kembali menyentuh puncak dadaku yang tak terlapisi kain sedikit pun. Pria itu memainjannya dan membuat ku mengerang pelan. "Besok kita pre wedding, aku nggak mau ada halangan lagi." Aku hanya mengangguk sambil menikmati sentuhannya yang mrmbuatku kembali menegang. "Aku mau secepatnya kita menikah, Sayang," ucapnya bergetar sambil mengulum dadaku yang sudah mengeras. "Hemmn," jawabku dengan gelisah. Karena sudah kurasakan milikku lembab lagi. "Oh, Ray," akhirnya lolos juga dari tadi yang kutahan. Desahan berat karena tangan dan mulut Ray yabg usil. Pria itu hanya tersenyum puas melihat ku tersiksa seperti itu. Tak menunggu lama ketika wajahnya kembali terbenam di kedua pahaku aku kembali mendapat pelepasan. Rasanya aku sudah tidak sanggup

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 142(S2)

    Hari selanjutnya aku sudah pulang dari rumah sakit. Kali ini aku pulang je rumah Ray bukan ke apartemen Farhan. Apartemen Farhan di kosongin sementara waktu. Kalau lagi bisan aja pengen liburan di sana. "Duduk di sini dulu atau mau langsung ke kamar?" tanyanya masih menggendong tubuhku yang masih lemah. "Langsung ke kamar saja," jawabku masih melingkarkan tanganku di lehernya. Setelah sekian lama banyak peristiwa yabg terjadi, entah kenapa baru kali ini aku merasa sedekat ini dengan Ray. Rasanya aku sangat merindukan saat-saat pertama kali dulu kita saling menyayangi tanpa ada pertengkaran dan air mata. Rasanya dulu aku sangat polos mencintai dia tanpa ada yang mengganggu gugat. Agak terhenyak rasanya ketika pria tampanku itu membaringkan tubuhku di tempat tidurnya. Aku terbangun dari lamunanku. "Pesen bubur dulu, ya. Habis itu minum obat." "Ray, nggak usah. Aku bikin sendiri saja." Ray mendelikkan matanya. "Maksudnya aoa mau b

  • Takdir Yang Tertunda   Episode. 141(S2)

    Dorr ... doorr! Suara tembakan itu persis hampir mengenai jantung buatan Farhan ketika tiba-tiba pria tampan itu menutup kembali pintu ruang kerjanya. Buru-buru dia menghubungi polisi dan menghubungi Ray agar cepat bersembunyi. [Ray! Bersembunyi! Mereka menggunaksn senjata api!] Teriakan Farhan cukup membuat Ray mengerti. Pria itu tidak mengibstrupsi saudara kembarnya karena dia harus mencari bantuan. Suasana malam itu kian huru-hara karena tiba-tiba dua orang asing masuk ke ruang kerja Farhan dengan sarkasnya menembakkan beberapa amunisi hingga membuat suasana gaduh. Tak selang lama polisi dapat melumpuhkan penjahat amatiran itu. Ray dan Farhan pergi ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. "Ulah siapa, menempatkan penjahat amatiran begitu, Far?" Ray tampak kesal karena malamnya ini terganggu dengan ulah para penjahat amatiran yang pada belum bisa menggunakan senjata api. "Aku tahu siapa orangnya. Ni! Tolong pelajari! Aku mau pula

  • Takdir Yang Tertunda   Episode. 140(S2)

    Berkali-kali Renata menelan salivanya. Tak henti-hentinya dia menatap ke wajah sang penguasa itu. Terlihat lebih dingin dan arogan dari biasanya. Manusia dengan jantung buatan itu masih sebuk dengan segaja macam file dan berkas penting serta surat perjanjian kontrak kerja sama. Sedang di sebelahnya setumpuk kertas file yang iya yakini entah kapan selesainya. Tapi bukan itu yang membuat Renata menatap gelisah setumpuk file dan berkas itu. Tapi salah satu berkas dan file itu ada salinan surat kontrak yang suda ia rubah mengenai isi perjanjiannya dengan perusahaan papanya yang terbelit hutang yang banyak. "Renata! Kamu bisa pulabg duluan. Mungkin saya mau tidur dikantor saja untuk menyelesaikan pemeriksakaan berkas filenya." Suara bariton Farhan menggema di ruang kerjanya. "Astaga! Gila apa orabg ini. Mau lembur sampai tidur di kantor segala!" batin Renata ngedumel marah. Kalau sampai bosnya tidur di kantor otomatis berkas file itu pasti akan selesai diperiksa m

  • Takdir Yang Tertunda   Episode139(S2)

    Farhan menatap wajah yang umurnya jauh di atasnya itu. Seorang yang seharusnya sudah bisa bersikap dewasa dan bijaksana. Namun sikap itu jauh dari wajah yang seoerti anak muda itu. Farhan menghela naoas dalam. Baru dia bertatapan secara langsung laki-laki yang sering menyiksa istrinya lahir dan batin. "Kalau hanya ingin bertemu dengan untuk menanyakan masalah Renata, Aku rasa Move sudah memberi tahumu." Pria dewasa itu menghela napas menatap pria yang mukanya sama persis dengan pria yang akan menikahi mantan istrinya. "Kamu tahu sekarang kondisi Move seperti apa?" tanya Farhan sambil memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku. Sejenak laki-laki yang tak lain Dimetri itu menyugar rambut hitamnya. Bukankah dia akan menikah. Sudah seharusnya kan dia berbahagia saat ini___ "Bukkkkk ...!" Pria bertubuh kekar itu sepoyongan, ada darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Sedang Farhan mengibas-ngibaskan tangannya. Ada rasa panas menjala

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status