Share

Bab 4

Suara desahan yang begitu menggoda keluar dari mulut seorang Anna. Di tengah jalan, di bawah sinar redup lampu jalan, Anna duduk dengan posisi kedua kakinya menekuk. Di bawah efek obat-obatan itu, tubuh Anna terasa layaknya terbakar, membuat pikirannya menjadi gila hingga menyebabkan dirinya berpikir yang tidak-tidak. 

Kulit putih pada sekujur tubuhnya sudah sepenuhnya memerah, napasnya juga kian tidak beraturan. Kini ia sudah melupakan semua tentang dirinya maupun semua masalah yang mengganggu dirinya. Bahkan, dia sudah melupakan para pria berengsek yang telah membuat dirinya menjadi seperti ini. 

Sekarang, yang terpenting baginya hanyalah memenuhi nafsu yang sudah tidak dapat ia tahan. Ia sudah tidak peduli saat ini sedang berada di tengah jalan. Tangan kanannya kini sudah terangkat guna meremas buah dadanya sedangkan tangan kirinya sudah menyelip masuk ke dalam celana dan mengelus sesuatu diantara kedua pahanya. Tidak terasa air matanya perlahan jatuh membasahi pipinya.

Serangga malam berderik membuat suasana menjadi tenang. Ketika angin kembali berembus, sesosok pria muncul di hadapan Anna. 

Pria itu tinggi dan berkulit pucat. Rambut hitam nya tergerai sepanjang pinggang dan matanya yang berwarna ungu pucat menyipit menatap dirinya. Anna begitu tercengang dengan kehadiran yang tiba-tiba dari sesosok itu dan kini dirinya terfokus memandang wajah pria itu. Wajah yang sangat indah. Lebih indah dari semua karya seni yang pernah Anna lihat dan lebih menawan dari semua pria yang pernah Anna temui. 

Anna tidak menyadari bahwa di tangan pria itu teracung sebuah tombak berwarna emas yang bercahaya ataupun di balik rambut panjang pria itu tersimpan sepasang telinga yang runcing serta panjang. Anna hanya diam mendongak menatap wajah pria itu dan kemudian pecahan-pecahan ingatan mulai memasuki pikirannya. 

"Anna, apa kamu tahu mengapa kamu lahir di hari spesial ini?" tanya seorang perempuan dengan lembut, wajahnya tampak ditutupi awan tebal.

"Karena aku suka coklat!" jawab Anna kecil yang baru berusia lima tahun. 

"Bukan," perempuan itu tertawa pelan. "Karena kamu lahir untuk dicintai." 

"Dicintai?" tanya Anna kecil polos. 

"Jika dimasa depan nanti kamu merasakan pahitnya dunia, sampai-sampai kamu merasa setiap bagian dari dirimu hancur. Ingatlah, pasti ada seseorang yang akan datang melindungimu. Inilah sumpah kakakmu."

Anna tidak tahu kenapa wajah kakaknya selalu di tutupi awan. Tapi walau begitu, dari balik awan itu, Anna dapat melihat mata kakaknya yang berwarna hijau dan hangat. Ingatan lama ini kenapa sekarang kembali memasuki pikirannya? Anna bertanya-tanya dalam hati namun dia masih tidak dapat menemukan jawabannya. 

Di sisi lain, sosok itu berdiri memandangi Anna dengan bingung. Ada kelegaan di wajahnya yang tegang. Hal itu bisa dilihat dari wajahnya yang perlahan berubah menjadi santai. Sedikit demi sedikit tombak ditangannya mulai memancarkan butiran cahaya lalu lekas menghilang. 

Bersamaan dengan itu, pria itu menghela napas kemudian terbatuk. Banyak darah keluar dari mulutnya. Dengan tangannya menutupi mulutnya, pria itu melihat telapak tangannya yang di lumuri darah. Kedua kaki pria itu bergetar kemudian terjatuh dengan napas tersenggal. Sepertinya dia sudah sangat terluka dan kelelahan. 

Beberapa detik kemudian suara langkah kaki mulai terdengar dan lama kelamaan suara itu semakin mengeras. Dari balik kegelapan, dua pria berjalan mendekati Anna. Kedua pria itu adalah si bartender dan si pelanggan yang telah membius Anna. 

Mereka berjalan dengan santainya seolah tidak takut buruannya akan kabur. Hal itu dapat di lihat dari wajah cabul mereka yang sepertinya sudah terbiasa melakukan kejahatan seperti ini. Entah sudah berapa banyak gadis yang telah mereka hancurkan hidupnya. Walau begitu, kelihatannya mereka tidak mempedulikannya.

Ketika mereka berdua melihat kondisi Anna yang mengenaskan, senyum langsung merekah di wajah mereka. Tanpa sadar, kepala terkutuk mereka telah membayangkan adegan-adegan erotis yang akan segera mereka berdua lakukan kepada Anna. 

Namun pandangan mereka berdua segera teralihkan begitu melihat sosok pria berpakaian hitam yang ada dihadapan Anna. Rasa penasaran langsung merasuki mereka. Pasalnya, pria itu terlihat aneh bagi mereka. Pakaian hitam yang di kenakan pria itu kelihatan menyatu dengan tubuhnya, rambut hitam pria itu lebat dan panjang hingga mengenai aspal jalan, kedua telinga pria itu runcing serta panjang seperti elf yang ada di film-film hollywood. 

Di telinga kanan pria itu terdapat sekumpulan kelopak bunga yang berwarna warni sedangkan di telinga kiri pria itu terdapat berbagai macam bulu yang juga berwarna warni. Bukan hanya itu saja, bola mata yang dimiliki pria itu juga seindah berlian The Heart of Eternity. 

Ditambah lagi dengan rupa pria itu yang juga bukan main indahnya. Dengan darah di bahunya yang mengalir sampai ke jari tangannya membuat sosok pria itu layak disebut sebagai malaikat jatuh. Saat mereka berdua berjalan melewati Anna untuk melihat sosok pria itu lebih dekat. Pria itu tiba-tiba mendongakkan kepalanya kemudian melirik mereka berdua.

Mata ungu pucat milik pria itu terlihat dingin mencekam. Dengan mata itu melihat mereka, kedua pria berengsek itu tanpa sadar menghentikan langkah kakinya. 

"Lupakan semua ingatan kalian tentang hari ini lalu tidurlah!" 

Kata-kata yang keluar dari mulut pria itu terdengar dingin. Sekilas matanya tampak bersinar. Usai mengatakan itu, kedua pria berengsek itu mendadak terjatuh. 

Brak! 

Seperti sihir atau memang sosok pria itu menggunakan sihir. Kedua pria berengsek itu langsung tertidur pulas, persis seperti yang diucapkan sosok misterius itu. Walau begitu, Anna kelihatan tidak mempedulikan kehadiran kedua pria itu. Sedari tadi ia fokus melihat sosok pria misterius di hadapannya. 

Sosok itu kemudian berusaha berdiri lalu dengan tertatih-tatih dia berjalan mendekati Anna hingga berada tepat di hadapan wajahnya. Anna hanya terdiam memandangi wajah pria itu dari dekat. 

Sekarang Anna dapat merasakan hembusan napas pria itu tercampur dengan napasnya yang kasar. Aroma bunga mawar yang berasal dari pria itu sukses mengakibatkan gairah Anna meningkat hanya dengan menghirupnya sedikit. Tak ingin membuang waktu, pria itu lekas memajukan wajahnya lalu mencium bibir Anna. 

Mata Anna melebar karena situasi yang tiba-tiba itu. Namun, beberapa detik kemudian Anna dengan semangat balas menciumi bibir pria itu. Kini mereka berdua saling memainkan lidah mereka dengan nikmatnya. Tepat saat ini,  lampu yang melingkari mereka berdua mendadak padam. 

***

Di jalan dekat lokasi Anna dan pria misterius itu, seorang pria tengah berjalan pelan mendekati lokasi mereka. Pria itu adalah si pelanggan yang telah Anna tendang bagian kemaluannya. 

Sejak tadi, ia berjalan dengan melebarkan kedua kakinya sembari tangannya mengelus sesuatu di bagian selangkangannya. Dengan raut wajah kesal, pria itu mengomel sendirian di tengah jalan layaknya orang gila. 

"Jalang! Lihat saja nanti! Kau akan menyesal! Lihat saja nanti! Kau akan memohon-mohon padaku! Lihat saja nanti! Aku tak akan berhenti memperkosamu sampai mati!" Pria itu terus menerus bersungut-sungut hingga akhirnya berhenti karena mendengar suara dari gang kecil yang ada di samping dirinya. 

Kriiiieett!

Itu adalah suara yang mengilukan. Suara itu terdengar seperti suara benda logam yang bergesekan. Meski terdengar pelan, suara itu sukses membuat pria itu penasaran untuk menyelidikinya. Dengan perlahan, kaki pria itu melangkah masuk ke dalam gang kecil itu. 

Cahaya bulan membuat bayangan kegelapan di dalam gang kecil itu. Ketika pria itu memasuki bayangan itu, dia seketika melihat delapan mata berwarna merah. Mata itu mengakibatkan pria itu tercengang. Ketika dia terpaku melihat mata itu, suara mengilukan itu kembali terdengar. 

Kriiiieetttt! 

Krak! 

Krak! 

Krak! 

Dari dalam bayangan, darah segar mendadak muncul lalu bergerak menuju jalan raya. Sekarang setelah suara itu menghilang, suasana kembali menjadi hening. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
keren sih! Anna.. jodohmu datang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status