Share

Bab 9

Dalam pandangannya yang berkabut, samar-samar Xavie dapat melihat keadaan lingkungannya yang kacau. Rumah, toko, gedung, bahkan bangunan pencakar langit, semuanya roboh dan tenggelam ke dalam tanah. Akibatnya, kematian terjadi di seluruh penjuru kota. 

Di sekitarnya, Xavie melihat banyak mayat manusia yang mati dengan sangat mengenaskan. Rata-rata tertimbun bangunan yang hancur, tetapi dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada beberapa yang anggota tubuhnya tercerai berai, ada yang kepalanya pecah, ada yang isi perutnya tumpah, dan banyak lagi yang mati dengan mengerikan seperti itu. Hanya sedikit orang yang mati dalam kondisi utuh. Beberapa masih hidup namun dalam kondisi kritis, artinya sebentar lagi mereka juga akan mati. 

Seorang anak perempuan berumur delapan tahun, satu-satunya manusia yang Xavie lihat masih hidup dan sadar sekarang sedang menangis. Sekujur tubuhnya di peduhi memar dan luka-luka berdarah, terlebih kedua kakinya yang hancur. Sambil menyerer kakinya yang tidak berguna, tangan anak itu berusaha sekuat tenaga merangkak ke depan lalu berhenti tepat di depan reruntuhan bangunan. 

Di hadapan anak itu terdapat mayat wanita dewasa. Hampir seluruh tubuhnya telah tertimpa bangunan yang hancur, hanya menyisakan tangan yang di genggam erat anak itu. Sembari menangis terisak-isak, anak itu berteriak meminta bantuan namun tak ada yang menjawab.

Ketika anak itu melihat Xavie yang berdiri diam memandanginya, anak itu langsung berteriak memanggilnya. Xavie menunduk dan menghiraukan panggilan anak itu. Tangannya mencari sebuah batu kemudian dengan menggunakan sedikit sihir, ia melempar batu itu ke anak itu. 

Batu itu melesat dengan cepat lalu tepat mengenai kepala anak itu. Batu itu bagai sebuah peluru yang berhasil mengenai sasarannya. Mata anak itu terbuka, darah keluar dari kepalanya yang berlubang. Beberapa detik kemudian, tubuh anak perempuan yang duduk itu kehilangan keseimbangan lalu ambruk. 

Setelah melakukan pembunuhan itu, raut wajah Xavie tak sedikit pun berubah. Perlahan kepalanya menoleh ke langit yang dipenuhi bulu-bulu berwarna perak yang tajam dan mengkilap. Di balik bulu-bulu itu, terdapat seorang laki-laki yang tampak seusia dengannya. 

Laki-laki itu terbang di atas langit dengan sayap mengerikan seperti kelelawar. Rambutnya yang berwarna hitam ia gerai sampai bahunya, matanya sepenuhnya berwarna hitam. Kini ia sedang tersenyum dengan giginya yang runcing. 

Setelah melihat sosok itu, dalam sekejap Xavie langsung membuka mata. Ia memandang langit-langit bercat putih sambil terengah-engah, butiran keringat dingin muncul di dahinya. 

***

Jarum jam dinding berdenting, cukup keras sampai terasa menyeramkan. Di apartemen yang lenggang ini, Xavie keluar dari kamarnya lalu pergi menuju ruang tengah. Tidak ada tanda-tanda kehadiran seorang pun di apartemen ini. 

Xavie menghela napas, ia tahu hanya dirinya makhluk yang ada di kediaman ini sekarang. Anna Gracias, pemilik apartemen ini yang sekarang adalah istri sahnya, telah pergi bekerja. Sebenarnya, Xavie masih sedikit tidak percaya bahwa dirinya sudah menikah. Dalam pikirannya, tidak pernah sekali pun ia bermimpi akan menikah. Ditambah menikah dengan seorang Anna Gracias, gadis itu sebenarnya memiliki sifat yang sangat menyebalkan.

Memikirkan kembali peraturan-peraturan yang ditulis Anna kepada dirinya, membuat Xavie merasa menyedihkan. Meski Xavie tahu ini adalah pernikahan kontrak yang di dasarkan atas keuntungan bersama, Xavie tidak bisa untuk tidak menghela napas sekali lagi. 

"Bocah, senanglah! Bahkan dalam mimpi terliarku, aku tidak pernah menyangka akan melihatmu menikah." Suara Anaemia tiba-tiba terdengar di dalam kepala Xavie. 

Mendengar itu membuat Xavie memutar bola matanya. "Anae, kemana saja kamu kemarin? Jarang-jarang kamu tidak berbicara didalam kepalaku. Apa kamu berhibernasi sehari?" 

"Tidak ada masalah sama sekali dengan diriku, aku hanya tidak ingin mengganggu waktumu yang berharga bersama istrimu," Jawab Anaemia sedikit bergurau.

"Ini hanya pernikahan kontrak, jangan bersikap berlebihan!" tutur Xavie, dingin. 

"Aku tahu," ucap Anaemia, berbeda dari biasanya. Saat ini suaranya terdengar berwibawa. 

"Tapi, apakah kamu tidak berpikir bahwa pertemuanmu dengan perempuan itu bukanlah sebuah kebetulan? Sejak datang ke pulau ini, aku selalu memiliki firasat yang sangat buruk dan bertemu dengan perempuan itu semakin memperburuk firasatku. Malam itu, tepat setelah kamu sekarat, perempuan itu muncul dan tiba-tiba terbangkitkan. Jelas sekali perempuan itu ada hubungan yang tak terlihat denganmu. Kamu dan perempuan itu memiliki kemiripan dan itu yang membuatmu dengan dia terhubung dalam hubungan ini." Anaemia menghentikan kata-katanya sejenak. 

"Di bangunan tua itu, apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu rasakan? Sehingga membuat air mata mengalir keluar dari matamu yang kosong itu?" lanjut Anaemia. 

"Anaemia, berhentilah bersikap bijak! Aku tak ingin mendengarnya darimu!" jawab Xavie langsung, tanpa pikir panjang. 

Anaemia diam. 

"Semua hanyalah kebetulan sedangkan di bangunan tua itu aku hanya ber-akting. Ada sesuatu yang ingin kupastikan dari wanita itu," sanggah Xavie, hawa di sekitarnya menjadi dingin. 

"Benarkah? Kalau begitu aku akan berdoa untukmu, semoga di kehidupan selanjutnya kamu terlahir sebagai manusia supaya bakat akting-mu tidak terbuang sia-sia," bantah Anaemia setelah diam beberapa saat. 

"Diamlah dasar roh busuk!" seru Xavie, merasa tersinggung dengan perkataan Anaemia. Entah kenapa, setiap kali ia berbicara dengan Anaemia, Xavie selalu berakhir dalam keadaan kesal. Di sisi lain, Anaemia terdiam setelah Xavie selesai berbicara. 

Xavie kembali menghela napas lalu bersiap mandi dan sarapan. Suasana kembali menjadi tenang setelah Anaemia tidak berbicara. Usai mandi dan sarapan, Xavie mengambil peralatan kebersihan. Ia berniat membersihkan apartemen istrinya. Meski menyedihkan, harga dirinya membuat Xavie tidak ingin hidup sebagai beban istrinya. 

Jika saja Xavie di masa lalu mengetahui bahwa dirinya di masa depan akan menjadi pengurus rumah, dirinya yang di masa lalu pasti akan menertawakan dirinya yang sekarang. Ketika Xavie memikirkan hal itu, suara tertawa pelan seolah mengejek dirinya terdengar di dalam kepalanya. 

***

"Yuli, siapkan berkas dan dokumen-dokumen untuk rapat lima belas menit lagi!" Anna memberikan perintah kepada Yuli, sektretaris pribadinya. 

"Siap, Laksanakan!" gurau Yuli, seorang wanita berumur dua puluh tiga tahun yang memiliki wajah manis dan berpenampilan rapi. Ia sudah bekerja sebagai sekretaris Anna selama lebih dari setahun, jadi meski tidak bisa di bilang teman tapi hubungannya dengan atasannya, Anna dapat dikatakan cukup dekat. 

Ujung bibir Anna sedikit naik usai mendengar itu sedangkan Yuli tersenyum cukup lebar setelah melihat Anna tersenyum. Sejak tadi pagi hingga sekarang, Yuli tahu Anna sedang dilanda perasaan yang sangat buruk. 

Seorang kenalan Anna, Ethan Frank telah meninggal karena dibunuh. Hal itu menyebabkan kerja sama perusahaannya dengan Orion Gold menjadi terganggu. Sebagai perusahaan perhiasan, kerja sama dengan Orion Gold sangat diperlukan untuk kemajuan perusahaan. 

Yuli segera pergi dari ruangan Anna sembari memikirkan alasan dibalik buruknya mood atasannya saat ini. Yuli berpikir mungkin saja itu di sebabkan oleh pernikahan Anna yang tiba-tiba atau mungkin itu karena Anna harus tetap bekerja walaupun kemarin baru menikah. Yang pasti, Yuli sangat penasaran dengan identitas suami Anna. 

Telepon di atas meja Anna berdering, Anna lekas mengangkat panggilannya. Tidak sampai semenit panggilan itu selesai, senyum tipis yang ada di wajahnya menghilang. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
wahh.. lingkaran setan ini mah hubungan Anna-Xavie
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status