Share

Bab 10

Pintu terbuka, seorang berjas rapi memasuki ruangan. Orang itu adalah Andre Blanchet. Kurang dari lima belas menit lagi rapat akan segera di laksanakan, tetapi pria merepotkan yang sangat tak ingin Anna temui kini masuk ke ruangannya. 

Seperti biasa, Andre terlihat tampan dengan gaya fashion formal yang terlihat elegan. berbeda dengan Anna yang memakai kemeja putih polos, Wajahnya yang selalu tanpa emosi menggunakan make up tipis sedangkan rambutnya diikat cepol, sangat fresh dan sederhana. 

"Maaf atas kedatanganku yang tiba-tiba, apakah aku mengganggumu?" Andre berjalan mendekati Anna lalu duduk di kursi depan mejanya, berhadapan dengan Anna. 

"Tentu tidak Tuan Andre," jawab Anna sambil tersenyum, seperti saat bertemu klien-klien penting. Mendengar itu, ujung bibir Andre terangkat. 

"Apakah Tuan memiliki kepentingan dengan saya," tanya Anna sebagai formalitas. Anna tahu, tentu saja ada! baru dua hari yang lalu Andre melamarnya untuk menikah namun baru satu terlewati, Anna sudah menikahi pria yang tak jelas asal usulnya. 

"Hanya kepentingan pribadi." Andre melirik kertas-kertas di hadapannya lalu kembali menatap Anna. "Selamat atas pernikahannya! Aku tak menyangka kamu akan menikah setelah satu hari menolak lamaranku. Aku benar-benar sakit hati."

Walau Andre berkata demikian, wajahnya tetap tersenyum cerah seakan bahagia. Melihat ekspresi Andre, Anna tak pernah tahu apa yang sedang dipikirkan pria itu. Kata-kata yang diucapkan Andre barusan, Anna juga bingung harus berkata apa. 

"Terima kasih," ucap Anna perlahan. "Dan maaf Tuan Andre, karena telah membohongimu. Aku seharusnya memberitahumu sejak dulu bahwa aku sudah memiliki pacar tapi aku mengkhawatirkannya." 

Hanya itu jawaban yang terbaik yang bisa Anna ucapkan saat ini. Sekarang, jantungnya berdetak kencang menunggu jawaban Andre. Rasa khawatir dengan cepat merayap masuk ke dalam tubuhnya semenjak berhadapan dengan pria itu. Namun, Anna bisa menjaga sikap dan raut wajahnya agar tetap kelihatan tenang. 

"Kalau begitu seharusnya aku yang meminta maaf. Sikapku selama ini pasti mengganggumu." jawaban Anna membuat Andre terpaksa meminta maaf. jika saja Anna memberitahukan persoalan pacar misteriusnya pasti banyak pria kaya yang akan mengganggu pacarnya itu. Andre tahu Anna berbohong dan pasti pria itu hanyalah pion dari wanita ini. Meski tahu begitu, Andre kelihatannya tidak marah. 

"Tapi tetap saja aku sangat terkejut, aku masih sedikit tidak percaya bahwa kamu sudah menikah di tambah lagi belum lama ini ayahmu membuat masalah. Keputusanmu untuk menikahi pacarmu di saat seperti ini memang sangat tepat, ya. Dengan begitu, masalah itu langsung selesai begitu saja," lanjut Andre sambil tersenyum lembut. Andai saja kaum hawa diluar sana melihat senyum itu, mereka pasti akan langsung terpesona. 

Berbeda bagi Anna, senyum itu saat ini lebih terlihat seperti senyum iblis. Dengan membahas masalah yang di timbulkan ayahnya dua hari lalu di tambah lagi dengan pernikahan Anna di hari berikutnya, Andre jelas mencari kesalahan-kesalahannya. Anna mengetahui pasti pria itu, Andre Blanchet akan marah setelah harga dirinya diinjak-injak. 

Itulah resiko dari menikahi Xavie. Sebelum Anna mengetahuinya, tahu-tahu Anna sudah menikahinya. Beberapa jam belakangan ini, Anna sering sekali memikirkan alasannya menikahi pria berensek itu. Keuntungan yang Anna dapatkan dari menikahi Xavie tidak akan sebanding dengan kerugiannya, salah satunya adalah menyinggung Blanchet Company. 

Sekarang Anna cuma bisa memikirkan cara agar tidak terlalu menyinggung seorang Andre Blanchet. Tapi, jawaban apa yang harus Anna keluarkan setelah Andre menyerangnya telak dengan kata-katanya barusan. Apa pun yang Anna ucapkan saat ini pasti akan tetap menyinggung pria tersebut, apakah Anna harus meminta maaf lagi? Tidak, meminta maaf bukanlah gayanya. 

Denting jam dinding diruangan itu terasa sunyi dan sepi. Setiap detiknya membuat Anna merasa sesak serta merinding. Juga pendingin ruangan, semakin lama semakin dingin. Menusuk sekujur tubuh Anna yang kelihatan santai padahal aslinya tegang. Bola matanya yang abu-abu memindai Andre, senyum masih terpampang di wajah pria itu. 

Ceklek!

Pintu terbuka. 

"Kejutan!" seru lembut sosok wanita cantik yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan, sukses menghancurkan suasana mencekam diantara Anna dengan Andre. 

Baik Anna maupun Andre langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Seorang wanita cantik yang tampaknya berumur dua tahun lebih tua daripada Anna berdiri di depan pintu. Walau kelihatan muda begitu, umurnya yang sebenarnya adalah tiga puluh lima tahun. 

Wanita itu memiliki kulit putih bersih, tubuh yang membentuk huruf S terbalik sempurna, dan wajah yang cantik dilengkapi rambut di cat pirang bergelombang panjang dengan belahan pinggir, persis seperti artis korea. Anna dan Andre mengenal jelas wanita cantik itu, wanita itu adalah Amara, CEO Salia Company. 

Kedatangan Amara yang tiba-tiba menyebabkan Andre berdiri dari kursinya. Kelihatannya, Andre tidak menyukai dan menduga situasi ini. 

"Sebenarnya aku masih memiliki urusan, ada segerombolan tikus yang sangat menggangguku akhir-akhir ini. Terima kasih telah menyisihkan waktumu untukku, aku mungkin akan berkunjung ke apartemenmu untuk melihat pria seperti apa suamimu itu," pamit Andre sopan. 

"Sama-sama Tuan Andre," balas Anna sama sopannya. 

Andre lekas berjalan membelakangi Anna lalu keluar dari ruangan tersebut. Sebelum melewati pintu, Andre berbincang singkat dengan Amara. Pandangan Amara yang tertuju pada pintu segera teralihkan kepada Anna begitu sosok Andre lenyap setelah ia menutup pintu. 

Tak! 

Tuk! 

Tak! 

Tuk! 

Suara hight heels yang dikenakan Amara mendengung, bagai irama konstan di dalam ruang tersebut yang lalu berhenti setelah Amara duduk di kursi yang sama dengan kursi yang di duduki Andre sebelum pergi, tepat berhadapan dengan Anna. 

Anna menghela napas panjang, lega setelah mengetahui Andre telah pergi menjauh darinya. Akhirnya Anna tidak menjawab kata-kata Andre sebelumnya karena Anna tahu tidak menjawab seperti itu merupakan pilihan yang terbaik. Mungkin kedatangan Amara bisa dikatakan sebuah keberuntungan karena dapat membuat pilihan itu menjadi kenyataan.

"Aku bingung, kenapa di saat-saat sibuk seperti ini banyak sekali orang merepotkan seperti kamu yang datang mengunjungiku?" Anna tersenyum tipis kepada Amara, satu-satunya orang yang mungkin bisa Anna bilang adalah temannya. 

"Aku hanya ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu yang sangat mendadak itu." Amara mendesah. "kamu bahkan tidak mengundangku ke pernikahanmu. Lalu, dengan siapa kamu menikah? Aku tak tahu kamu pernah dekat dengan lelaki manapun."

"Ngomong-ngomong bagaimana hubunganmu dengan anakmu, apakah sudah membaik?" Anna mengganti topik pembicaraan.

***

"Bocah, seharusnya kamu lebih berhati-hati untuk saat ini." Anaemia mencoba menasehati Xavie. 

"Berhenti mengomel! Aku tahu, aku hanya ingin menenangkan pikiran sebentar sambil mengunjungi seluruh tempat di kota ini," sanggah Xavie, menolak nasehat Anaemia. 

"Firasatku sekarang buruk sekali," gumam Anaemia.

Mobil BMW M3 berwarna hitam itu melesat sangat cepat ke pinggir kota. Dengan matahari yang sudah menepi ke arah cakrawala sebelah barat. Cahaya keemasan yang di pancarkannya mengakibatkan mobil BMW itu berkilat-kilat. 

Xavie menatap ke depan, senyum tipis terlukis di wajahnya. Anaemia tidak lagi berbicara karena tahu apa pun yang diucapkannya tidak akan di dengar Xavie. 

Setengah jam telah berlalu semenjak Xavie mulai berakselerasi menggunakan mobil istrinya. Awalnya, Xavie hanya ingin membeli bahan makanan saja, akan tetapi ia tergoda untuk mengunjungi tempat-tempat yang ada di kota ini. Kini Xavie sedang menuju lokasi sepi yang sebelumnya pernah dia kunjungi namun saat Xavie ingin menaikkan kecepatan. 

Brak! 

Sebuah mobil Audi A5 berwarna putih melesat dari belokan gang kecil, menabrak body bagian depan mobil yang di kendarai Xavie.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
hahahha.. makan tuh Xav
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status