Aku mendekati Mas Firman tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, mau membela Mas Firman tapi aku belum punya bukti kuat kalau Mas Firman bukan orang yang sudah mengambil kehormatan Maya."Pah, kamu gak apa-apa?" tanyaku."Aku gak apa-apa, Mah." Mas Firman memegang pipinya, sepertinya Mas Firman menahan rasa sakit, kulihat pipinya memerah akibat tamparan tadi."Beraninya Anda menuduh saya, apa buktinya saya sudah mengambil kehormatan anak Anda?" tantang Mas Firman berusaha membela dirinya.Bapak itu mengeluarkan bukti foto yang dari saku celananya."Ini buktinya!" tegasnya memperlihatkan foto pada kami.Sial!! Apa dia sudah mencetak banyak foto itu, sampai orang tuanya pun memiliki foto itu."Tuan mau menyangkal, ini Foto Tuan kan?" tanya pria itu sambil tersenyum miring."Tapi apa Bapak dan Ibu yakin anak Ibu belum pernah tidur dengan laki-laki lain, SELAIN SAYA!" tekan Mas Firman masih berusaha membela dirinya."Kurang ajar! Anda sudah menghina anak saya, memangnya anak saya perempuan j
Ini dia, rumah yang dimasuki Maya kemarin, walaupun baru sekali aku mendatangi rumah ini, tapi aku hapal betul letak rumah ini, apalagi rumah ini saja yang memiliki model klasik mewah dan juga halaman yang sangat luas dibandingkan dengan rumah-rumah lainnya di komplek perumahan ini. Sepii ... banget sih! Aku lihat gak ada satu pun orang di sana yang bisa aku tanya-tanya.Aku akan tunggu sebentar, siapa tahu ada orang yang keluar dari rumah itu.Ada sekitar setengah jam aku menunggu, keluarlah sebuah mobil hitam, itu kan mobil yang kemarin datang pas aku pulang, berarti teman Maya baru saja keluar rumah.Kesempatan nih, aku harus cari seseorang, nah itu dia ada yang menutup pintu pagar, aku harus cepat sebelum dia masuk lagi ke dalam rumah."Paaaak ... permisi Pak, saya boleh tanya sesuatu?" sapaku sebelum dia menutup sepenuhnya pintu pagar."Iya kenapa yah, Mas?" tanya seorang pria mungkin berumur sekitar hampir lima puluhan."Bapak tahu gak teman saya yang namanya Maya, kemarin dia
Aku pun kembali ke apartemenku, tadinya aku ingin langsung memberitahukan Kak Lita soal ini, tapi rasa lelah dan kantuk menderaku. Dari kemarin aku tidak bisa tidur karena masih berusaha mencari keberadaan Jamal di Surabaya.Dan pulangnya aku masih harus menyelidiki ke rumah yang didatangi Maya tempo hari.Ya sudah, aku putuskan untuk beristirahat saja hari ini, mungkin baru besok aku akan ke rumah Kak Lita untuk memberitahu soal ini.*****POV ArlitaBeberapa orang yang tak aku kenal, tiba-tiba datang ke rumahku, "Hei, ada apa ini?" tanyaku di depan pagar, karena Mamat tidak membukakannya, khawatir orang-orang itu akan membuat kerusuhan di dalam rumah."Kami ingin bicara sama suami Anda!" Salah satu diantara mereka berbicara dengan nada keras."Urusan apa, saya tidak mengenal kalian semua!" Aku beranikan diri untuk membentaknya."Ini urusan suami Anda dan saudara kami, Maya yang sudah suami Anda lecehkan, dengan segala rasa hormat, segeralah nikahkan suami Anda dengan Maya, kami tak
"Maafkan Mamah Pah, Mamah sudah menyetujuinya," ucapku lirih dengan mata yang sudah tergenang air mata."Maksud Mamah apa? menyetujui bagaimana, Papah gak ngerti maksud Mamah!" Mas Firman tampak masih bingung dengan semua ucapanku."Tadi ada beberapa orang datang dan meminta Papah untuk segera menikahi Maya, Pah dan dia akan mengancam akan membuat nama kita dan keluarga kita tercemar, Pah tadinya Mamah gak takut, tapiii ... Lalu mereka kembali mengancam dengan memperlihatkan video Maya yang sedang berada dengan Papah Rahman, Pah. Dia sepertinya hendak memberitahu soal kamu yang sudah ... dengan Maya dan aku tidak tega membuat Papah Rahman akan sedih dan sakit hati Mas, makanya aku terpaksa menerima syarat mereka Mas," ucapku tak sanggup menahan air mata yang terus meluncur."Maaah ... apa kamu yakin Mah dengan keputusan kamu untuk merelakan aku menikah dengan Maya.""Aku gak tahu Pah, aku gak tahu harus gimana, aku kalap Pah. Aku takut Papah Rahman kenapa-kenapa, tapiii ... dalam hati
"Ghaaniiii ...!! Kenapa kamu tega banget sama aku, ngapain kamu bawa-bawa Bos ke sini?" geram Jamal menatap Ghani dengan penuh emosi, kesal merasa dibohongi oleh sahabatnya."Ma-maafkan aku Jamal, akuuu ... gak bermaksud untuk membohongi kamu..." Rasa bersalah tersirat dari wajah Ghani."Jamal, kenapa kamu harus marah sama Ghani dia gak salah kok, lagian kenapa kamu harus takut, memangnya kamu sudah berbuat salah apa, sampai begitu marah sama Ghani!!" ujar Yudha membuat Jamal menjadi gelagapan."E-enggak Bos, saya gak pernah berbuat salah." Seketika Jamal merasa kikuk, dia tersudut dengan pertanyaan Yudha."Kalau kamu gak berbuat kesalahan terus kenapa kamu tiba-tiba ngundurin diri dan langsung menghilang begitu saja, padahal katanya kamu lagi butuh uang, ayo jawab yang jujur, Jamal!!" tegas Yudha membuat Jamal semakin tegang bisa kulihat dari wajahnya yang memucat dan sikapnya yang terlihat sangat panik."Saya mau ngobatin ibu saya yang harus segera dioperasi, Pak. Jadi saya terpaksa
"Hehe ... jangan marah, iya, iya saya langsung to the point saja!""Gitu dong!" Kami mendengus berbarengan."Jadiii ... setelah itu dia naik ke tempat tidur dan saya terkejut ternyataaa ... ada seorang laki-laki yang juga udah dalam keadaan polos tengah tertidur pulas di sana, ...."Jangan-jangan laki-laki itu Mas Firman lagi, ya ampun apa yang mau dilakukan Maya."Terus, Mal?" tanya Yudha masih serius mendengarkan cerita Jamal."Saya bertanya sama gadis itu, 'Mbaknya mau apa yah?' Terus dia jawab, 'Kamu mau uang gede gak?' Yaaah ... Saya bilang iya, wong saya lagi butuh banget, teruuuus ... Dia bilang, 'Bagus, kalau kamu mau, kamu cukup memotret saya dengan pria ini!' Begitu katanya.""Dan, kamu menuruti apa perintah dia?""Iya, Pak! Saya memotretnya dengan berbagai pose yang menantang, saya sampai gak nahan lihatnya Pak, benar-benar sensual, Pak. Aduuuh .... sampai punya saya berdiri, hahaha!" Jamal tak tahan menahan tawanya, kayaknya dia teringat kejadian malam itu."Kenapa dia lak
POV FirmanSang surya yang datang menyapaku pagi ini, biasanya aku akan menyambutnya dengan suka cita dan hati yang riang, tapi tidak dengan hari ini. Hari ini aku akan menghadapi hari yang sangat berat dalam hidupku.Semua kebahagiaan yang sudah aku raih selama ini, apakah akan pupus begitu saja. Bila semua orang akan menyambut dengan bahagia hari pernikahannya, tapi tidak denganku, aku akan menikahi wanita yang sama sekali tidak aku cintai.Ooh Tuhaaan ... apa aku akan kehilangan semuanya, kasih sayang dan semua perhatian, hari-hari indah bersama istri dan anakku ... haaa ... Kenapa ini harus terjadi padaku, pada saat aku menikmati peranku sebagai suami dari perempuan yang sangat aku cintai, dan ayah dari anak perempuan yang lucu dan menggemaskan.Rasanya aku sangat malas untuk beranjak di tempat tidurku, kulirik ke arah sampingku, di sana tidak ada sosok wanita yang kucintai, betapa hampa hatiku, saat kau putuskan untuk pisah ranjang denganku, ranjang yang biasanya hangat dengan ca
Mamat dan Pak Joko menghampiri kami dengan wajah yang pias diliputi rasa bersalah, "Maaf Tuan, Nyonya, kami sudah berusaha menghadang mereka tapi kami tak berhasil, kami kalah jumlah Tuan. Mereka udah ada di depan pintu, Tuan!" ucap Mamat sambil menundukkan wajahnya."Gak apa-apa kami mengerti, kami akan segera menemui mereka!" Aku menepuk bahu Mamat sambil melangkah menjauhi mereka."Maafkan saya, Tuan," lirih Mamat dan Pak Joko yang masih bisa ku dengar saat aku perlahan meninggalkan mereka."Pak Firmaaan ... Jangan coba-coba kabur!" Bruug! Bruuug! Suara mereka mulai berusaha mendobrak pintu depan.Aku langsung membuka pintu membuat mereka terkejut, "Hei, kalian mau merusak pintu rumahku!" gertakku dengan mata melotot pada mereka."Hahaha ... Tuan Firman, kami kira Tuan akan melarikan diri," ucapnya dengan nada meledek."Kan tadi aku sudah bilang, tunggu!! Aku akan bersiap kenapa kalian tidak bisa bersabar sih!!" Aku berteriak keras pada mereka, kesal dengan tindakan mereka yang ber