"Ayolah Mas Alfa, kita lakukan malam ini, firasat aku mengatakan kalau besok rencana pernikahanku tidak akan berjalan lancar." Mayra terus membujukku tapi tak sedikit pun aku terbujuk, aku masih teguh pada pendirianku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyentuh wanita lain selain istriku."Ayolah, aku ingin Mas Alfa yang pertama kali menyentuhku!" Mayra memegang tanganku lalu mengarahkan pada pinggangnya dan merapatkan tubuhnya denganku."Tidaaak ... aku tidak mau!!" Aku menolaknya dengan keras, aku tepis tangannya dan mendorong tubuhnya hingga dia sedikit oleng dan hampir terjatuh."No, kamu tidak bisa menolakku, Mas!" tegas Mayra, lalu tak lama dia menyeringai padaku, entah apa yang dia rencanakan, aku jadi takut, aku tahu sekarang dia berubah, menjadi orang yang ambisius dan juga nekat apa saja dia lakukan demi keinginan, buktinya dia berani menculik dan menyekap anakku.Dia melangkah cepat menuju pintu, aku mengejarnya tapi sayangnya aku kalah cepat. Dia mengunci pintu kamar
POV AzraSetelah mengantar Kak Lita menengok Mamat dan Pak Joko di rumah sakit, aku putuskan malam ini menginap di rumah Kak Lita, rasanya aku tidak tega meninggalkan Kak Lita sendiri."Yang sabar yah Kak, aku yakin polisi bisa menemukan Tita dan Mas Firman."Aku berusaha menghibur Kak Lita yang terus-menerus menangis teringat Tita dan suaminya."Iya Zra, tapi tetap saja Kakak gak bisa tenang sebelum mendengar kabar mereka.""Sudah yah Kak, sekarang Kak Lita istirahat saja dulu, aku tahu Kak Lita pasti lelah. Kita berdoa saja semoga mereka baik-baik saja.""Iya Zra, Kakak usahakan bisa tidur malam ini."Kak Lita masuk ke kamarnya, aku tahu Kak Lita banyak pikiran tapi tubuh Kak Lita perlu istirahat setelah seharian ini menghadapi banyak kejadian yang sangat melelahkan hati dan jiwa Kak Lita.Setelah melihat Kak Lita masuk ke kamarnya, aku pun masuk ke kamar tamu, mencoba memejamkan mata dan berdoa agar besok ada kabar baik yang datang pada kami.Baru saja aku beberapa jam tertidur aku
POV AzraSetelah berjam-jam lamanya akhirnya Pak Maman meneleponku."Iya Pak, di mana sekarang?""Saya ada di sebuah desa Mas, Mas cepat ke sini sepertinya Non Mayra akan menjadikan ponakan Mas menjadi sandera agar Mas Alfa mau menikah dengan Non Mayra. Saya akan kasih alamatnya, kebetulan tadi saya tanya-tanya penduduk sekitar.""Iya Pak, makasih yah.""Iya Mas, saya mau balik ke rumah itu saya mau ngawasin lagi rumah itu.""Iya Pak, hati-hati yah!"Aku menutup telepon.Aku pun melapor pada polisi yang waktu itu menangkap Maya, dan aku kasih tahu alamat yang aku dapatkan dari Pak Maman, semoga belum terlambat."Aku pergi dulu, Kak. Aku akan jemput Tita dan Mas Firman."Tapi Kak Lita mencekalku dan mencegahku pergi."Aku ikut Zra, bukannya kamu udah janji sama Kakak kalau Kakak mau makan, Kakak bisa jemput mereka," lirih Kak Lita penuh harap, aku jadi gak tega melihat Kak Lita memohon begitu."Iya baiklah!""Aku takut telat, kalau naik mobil!""Kak, boncengan sama Yudha yah!"Aku memi
"Hei, siapa kalian berani sekali merusak acara pernikahanku?" Mayra langsung berdiri dan dengan lantang berkata pada pria itu."Hahaha ... kami anggota kepolisian, Nona." Pria itu memperlihatkan lencana polisinya 'Polisi? Baguslah aku bisa terselamatkan dari pernikahan terkutuk ini!' Hatiku terasa tenang setelah tahu siapa mereka.Yang aku heran, Mayra masih saja berani membela dirinya di depan polisi."Kenapa kalian ke mari, apa kami salah melaksanakan pernikahan kami sendiri?" Dia benar-benar berani, dengan acuhnya berkata begitu pada polisi."Memang gak salah, tapi perbuatan Anda yang salah Nona, sudah menculik dan menyekap putri dari Pak Firman.""Kalian gak ada bukti, kalau saya menculik anak itu!" ucapnya begitu tenang, tanpa ada rasa panik yang menghinggapinya."Kami memang gak ada bukti, tapi kami memiliki saksi kunci, kalau anda adalah dalang penculikan anak itu.""Sial! Gimana mungkin mereka bisa punya saksi!" Mayra menggerutu pelan, tapi bisa kudengar."Sebelum kalian belu
"Ayo Pak, mulai saja prosesi akad nikahnya!" desak Mayra pada sang penghulu.Dia sudah gila, padahal polisi masih seliweran di dalam dan di luar rumah, tapi dia tetap bersikeras meneruskan pernikahan ini.Kami sudah dalam duduk berdampingan dalam posisi di depan meja sambil berhadapan dengan penghulu dan wali Mayra.Aku lihat Arlita tersedu-sedu saat melihat wali Mayra mengucapkan kalimat ijab, pasti dia tak sanggup melihat aku mengucap janji suci pernikahan dengan wanita lain, wanita mana juga yang sanggup melihat suaminya mengucap ijab kabul dengan wanita lain di depan matanya sendiri."Tenang Bu, sebentar lagi anggota kami pasti bisa menemukan bukti agar bisa menjerat wanita itu!" Kulihat komandan polisi itu berusaha menenangkan Arlita sambil menepuk-nepuk bahu Arlita.Puk! Penghulu menepuk tanganku pertanda aku harus segera mengucapkan kalimat kabul. "Saya terima Mayra Valencia binti ...""Tungguuu ... !! Hentikan pernikahan ini! Aku gak rela Mas Firman harus menikah dengan wanit
"Memangnya kamu pikir bagaimana kehidupanku setelah kamu tinggal menikah hah, kamu pikir aku hidup bahagia, hah! Kamu gak tahu betapa hancurnya hatiku setelah mengetahui laki-laki yang paling aku cintai sudah menikah dengan wanita lain, Aku sudah mengorbankan karierku kembali ke tanah air, padahal masih satu tahun lagi kontrakku, Mas, aku sampai kena denda milyaran, kamu tahu, hah! Tapi apa yang aku dapat ketika aku sampai di sini, kamuuu ... malah menikahi wanita lain! Sakit, Mas. Sakit hati aku! Saat itu aku merasa sangat frustrasi, hatiku hancur berkeping-keping, aku merasa kalau hidupku sudah tidak ada artinya lagi tanpa kamu di sisiku, Mas. Sampai-sampai aku nekat untuk mengakhiri hidupku, aku silet nadiku, Mas. Aku rasanya gak peduli kalau saat itu aku mati, tapi sayangnya saat itu Mamaku pingsan sampai akhirnya Mamaku meninggal karena serangan jantung setelah melihatku terbujur dengan darah yang mengucur dari pergelangan tanganku.Papaku juga meninggal karena mengidap banyak pe
Doooor ....!! Suara letusan dari senjata api bergema di ruangan itu."Ya Tuhaaan ... Arlita!" Aku berteriak saat melihat tubuh Arlita perlahan merosot sambil memegang dadanya."Kak Litaaa ...!!" Azra pun tak kalah histeris nya denganku dia berteriak dengan mata yang sudah berair melihat tubuh Arlita limbung dan hampir terjatuh ke lantai, dengan perasaan was-was kami pun berlari menuju ke arahnya, segera mendekati tubuhnya sebelum terjatuh.Segera aku menangkap tubuh Arlita yang lemas, "Sayaaang ... kamu gak apa-apa?" tanyaku sangat cemas."Kak, Kak Litaaa ...!" Azra pun terduduk lemas melihat Kakaknya yang terlihat lemah di pangkuanku."Aku, akuuu ...."lirih Arlita sambil memeriksa tubuhnya, dan terlihat kebingungan, "Haaa ... Akuuu ... gak kenapa-kenapa, Pa... Zra. Aku masih hidup."ucap Arlita dengan senyuman yang mengembang."Syukurlah, Kak... Aku kira tadi Kakak, akan meninggalkan aku!" Azra mengelap air matanya dan memasang senyuman lega. "Aku selamat Zra, aku kira aku bakalan
Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya, tapi dia sama sekali tak bergerak. Apa dia benar-benar telah meninggal."Mayraaa ... bangunlah, kamu gak mungkin meninggal, kan!" ujarku sambil terus mengguncang tubuhnya.'Ya Tuhaaan ... kenapa hidup Mayra harus berakhir tragis seperti ini, maafkan aku Mayra aku ikut andil dalam semua yang terjadi dalam hidup kamu!' Aku tak tahan menahan sedih dan rasa bersalah yang menyeruak dalam hatiku."Pa, tenanglah, Pa." Arlita berusaha menenangkanku, aku memeluknya dan menangis di pelukan Arlita."Mayra, Maaaa ... akuuu ... tidak tega Ma, kalau dia harus berakhirnya seperti ini, Maa ...!" Aku menumpahkan semua kesedihan dan kegusaran hatiku di pelukan Istriku."Iya Pak, tenang dulu, biar para medis memeriksanya." Para medis segera memeriksa kondisi Mayra."Denyut jantungnya sangat lemah, hampir tidak terdengar, mungkin karena luka tembakannya cukup dalam dan terlalu banyak mengeluarkan darah, Nona ini harus segera dibawa ke rumah sakit. Cepat kita bawa Nona