Share

Siapa Kamu Sebenarnya?

Pagi itu Maya telah bersiap dengan setelan kerjanya, aku merasa heran, kenapa dia masih bersiap ke kantor, apa Mas Firman lupa memberitahunya.

"Pak, saya sudah siap!" katanya begitu bertemu dengan Mas Firman di meja makan.

"Papa, gak bilang?"

"Heee .... aku lupa."

Aku kesal ternyata Mas Firman lupa mengatakannya.

"Maaf yah, May. Untuk hari ini kamu gak usah ke kantor dulu, kamu bantuin Ibu dulu yah, hari ini ada arisan."

"Terus gimana kerjaan kantor, Pak?" Maya seolah mempedulikan kerjaan di kantor padahal aku tahu sebenarnya dia malas membantuku.

"Kamu tenang saja, kan masih ada Jihan dia masih seminggu lagi kerja di kantor sebelum cuti."

"Oh begitu yah, Pak. Ya udah kalau begitu saya mau ke kamar dulu ganti baju." Maya terlihat kecewa, dia harus membatalkan niatnya untuk bekerja, aku bisa melihat dari ekspresinya.

*****

"Maya, gak apa-apa yah, hari ini kamu bantu saya dulu. Soalnya saya nanti akan kerepotan," ucapku sambil menyiapkan beberapa kotak kue yang baru saja aku beli.

"Iya Bu, gak apa-apa," jawabnya terlihat tulus, tapi entah dalam hatinya.

"Kamu teruskan yah, kayaknya teman-temanku udah mulai berdatangan, aku mau sambut mereka dulu," kataku saat terdengar suara mereka memasuki ruang utama.

"Iya, Bu."

"Silahkan ibu-ibu, selamat datang di istanaku."

"Iya Bu Arlita, makasih," jawab Natasya, salah satu tamu yang hadir.

"Ayo silahkan duduk, Bu Martha, Bu Risya, Bu Shinta, saya ambilkan minum yah!"

"Mayaaa ... bawa minuman sama kue-kuenya ke sini!" panggilku.

"Iya, Bu."

Maya pun datang membawa nampan berisi minuman.

Dia menyajikannya di atas meja, semua tamu yang datang melihat ke arahnya.

"Silahkan ...!"

"Bu, siapa itu?" Bisik Shinta padaku.

"Oooh ... Itu babysitterku yang baru."

"Cantik yah, Bu Arlita harus hati-hati nih.."

"Hati-hati kenapa?" Aku mengernyitkan dahiku.

"Gak takut suaminya kepincut gadis muda itu, mana cantik gitu!" timpal Martha.

"Aaaah ... Ibu-ibu, kayak gak tahu suami saya saja, dia itu suami paling setia Bu ..!" jawabku santai, padahal ketakutan itu selalu menyelimutiku.

"Iya yah, Pak Firman itu memang suami yang baik dan setia, mana selalu romantis lagi yah ...!" puji Risya.

"Iya juga yah, hahaha ...!" Semua orang pun ikut tersenyum, mereka sudah tahu bagaimana sifat suamiku.

Hampir semua tamuku sudah hadir, semua makanan dan minuman sudah Maya sajikan di atas meja.

"Kita kocok saja sekarang, Bu Arlita!" sahut Ibu-ibu itu.

"Tapi masih ada Bu Rossa sama Bu Assegaf, yang belum datang!" ujar Marlina.

"Gimana Bu Ibu, kita tunggu saja? atau kita kocok saja sekarang?" tanyaku.

"Kita kocok saja dulu yang pertama, nanti yang kedua kita tunggu mereka!"

"Baiklah."

Aku mulai mengocok gelas dengan nama-nama teman-temanku di dalamnya.

"Mudah-mudahan saya yang menang!"

Aku keluarkan sebuah gulungan kertas dari dalam gelas. Semua terlihat tegang.

"Siapa Bu, ayo cepat bilang!" ujar Ibu-ibu.

"Buuu ... Natasya!"

"Alhamdulillah, saya yang menang!" ucap Natasya.

"Heeeei ... Kok ngocok gak tunggu kita sih!" tiba-tiba datang Rossa dan Assegaf terlihat kesal.

"Bu Rossa sama Bu Assegaf sih datangnya telat banget," sahut ibu-ibu yang hadir.

"Iya nih, barusan ada kecelakaan. jadi macet banget!"

"Tenang Bu, yang kedua belum dikocok! Silahkan duduk Bu!" ucapku.

"Syukurlah .. hmm Bu Arlita, minumnya dong, aus nih kita," kata keduanya.

"Bentar yah, aku panggil dulu babysitterku!"

"Babysitter?" Rossa dan Assegaf terheran-heran.

"Itu babysitternya Bu Arlita, yang bantuin bawain minuman sama makanan."

"Oooh ...!"

"Orangnya masih muda, cantik lagi Bu. Kalau saya jadi Bu Arlita, saya harus ekstra waspada nih!" bisik Martha pada Rossa, yang masih bisa ku dengar.

"Saya jadi penasaran, hahaha ...!"

"Naaaah ... tuh orangnya!" tunjuk Risya saat Maya datang sambil membawa dua gelas es jeruk.

Dia menunduk tak berani menatap tamu-tamuku.

Aku lihat Rossa seperti terkejut melihatnya. "Diaaa ...!" ucapnya sedikit pelan.

Begitupun Maya sewaktu melihat Rossa, seperti sudah melihat hantu, dia terlihat seperti orang ketakutan, wajahnya terlihat pucat dan dia langsung bergegas pergi begitu meletakan gelas yang berisi minuman itu.

'Ada apa sama dia? Apa dia mengenal Bu Rossa? Apa masih ada hal yang tidak aku ketahui tentang gadis itu?' gumamku.

*****

Semenjak arisan itu, ingin sekali aku menanyakannya pada Maya, tapi aku tidak ada keberanian untuk menanyakannya, mungkin saja ini soal pribadi yang tak mau dia ungkapkan.

'Nanti aku disangka terlalu ikut campur urusan pribadinya lagi!'

Rossa pun tidak mengatakan apa-apa padaku, apa aku harus bertanya padanya, sebenarnya ada apa sama Maya dan Rossa, apa mereka saling mengenal. Kalau pun saling kenal, kenapa mereka tidak saling menyapa.

Ini masih jadi misteri bagiku, mana hari ini aku akan ke Bandung lagi, aku jadi makin was-was meninggalkan rumah.

"Paaa ... aku pergi yah!" pamitku, baru kali ini aku meninggalkan rumah lagi untuk mengecek restoranku di luar kota, setelah mendengar cerita anakku tempo hari, aku terus menunda-nundanya.

"Hati-hati yah, Sayang!" ucap suamiku, sambil memelukku.

"Paaa ... Jangan nakal yah, selama aku tinggalin!" ancamku.

"Enggaklah Sayang! Kamu ketakutan banget sih! Aku kan cinta mati sama kamu, gak mungkinlah aku melirik wanita lain!" tegas suamiku.

Mas Firman mengecup bibirku dengan mesra, aku pun menyambutnya, bahkan aku membalasnya dengan ciuman yang makin dalam, ada rasa ketakutan dalam diriku kalau Mas Firman akan berpaling dariku, sehingga aku lakukan itu.

Mas Firman melepas pautan bibirnya perlahan. "Maaa ... tumben ciumannya hot banget, bikin aku nagih aja!"

"Hahaha ... iya biar kamu inget terus sama aku, Pa!"

"Mamaaaa ... Ih kok jadi genit!"

Lalu kudengar suara Bi Inah sedang memarahi Maya, "Kamu ngapain di sini, mau ngintip Tuan sama Nyonya?!"

"E-enggak Bi, aku baru aja ngelewat ke sini kok!" Maya beralasan walaupun terdengar gugup.

"Jangan bohong, Bibi dari tadi lihat kamu diam di situ merhatiin Tuan sama Nyonya!" ucap Bi Inah.

'Ya ampun apa dari tadi Maya memperhatikan kami?' gumamku merasa curiga untuk apa dia memperhatikan kami.

"Hayu Maaah ... aku anterin ke depan!" ajak Mas Firman mengagetkanku yang sedang berpikir soal Maya, diapun menggandeng mesra pinggangku.

Aku rasanya masih ingin lihat reaksi Maya yang masih bersitegang dengan Bi Inah.

"Mang Ujang, hati-hati bawa mobilnya yah! Jangan ngebut-ngebut!" kata Mas Firman pada supir keluarga kami.

"Iya, Tuan! Silahkan Nyonya!" Mang Ujang membukakan pintu mobil.

"Maaah ... Kalau udah di sana aku bakalan telepon kamu sering-sering kalau perlu aku video call, hehe ...!"

"Janji yah!"

"Iyaaaa ...!" katanya meyakinkanku.

Walaupun sangat berat meninggalkan suamiku, mobilku perlahan melaju meninggalkan suamiku yang masih melihat ke arahku sambil melambaikan tangannya.

"Mas Firman, jaga diri dan hati kamu untukku Sayang ..." Tak terasa air mataku jatuh ke pipiku.

'Aduuh ... kenapa aku jadi sentimentil gini sih!' aku usap pipiku yang basah.

-Bersambung-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bu Iim
kamu kan orang kaya,knp gak kfikiran buat masang cctv,dasar bego
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status