Share

Siapa Kamu Sebenarnya?

Penulis: Quin Attariz
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 07:09:23

Pagi itu Maya telah bersiap dengan setelan kerjanya, aku merasa heran, kenapa dia masih bersiap ke kantor, apa Mas Firman lupa memberitahunya.

"Pak, saya sudah siap!" katanya begitu bertemu dengan Mas Firman di meja makan.

"Papa, gak bilang?"

"Heee .... aku lupa."

Aku kesal ternyata Mas Firman lupa mengatakannya.

"Maaf yah, May. Untuk hari ini kamu gak usah ke kantor dulu, kamu bantuin Ibu dulu yah, hari ini ada arisan."

"Terus gimana kerjaan kantor, Pak?" Maya seolah mempedulikan kerjaan di kantor padahal aku tahu sebenarnya dia malas membantuku.

"Kamu tenang saja, kan masih ada Jihan dia masih seminggu lagi kerja di kantor sebelum cuti."

"Oh begitu yah, Pak. Ya udah kalau begitu saya mau ke kamar dulu ganti baju." Maya terlihat kecewa, dia harus membatalkan niatnya untuk bekerja, aku bisa melihat dari ekspresinya.

*****

"Maya, gak apa-apa yah, hari ini kamu bantu saya dulu. Soalnya saya nanti akan kerepotan," ucapku sambil menyiapkan beberapa kotak kue yang baru saja aku beli.

"Iya Bu, gak apa-apa," jawabnya terlihat tulus, tapi entah dalam hatinya.

"Kamu teruskan yah, kayaknya teman-temanku udah mulai berdatangan, aku mau sambut mereka dulu," kataku saat terdengar suara mereka memasuki ruang utama.

"Iya, Bu."

"Silahkan ibu-ibu, selamat datang di istanaku."

"Iya Bu Arlita, makasih," jawab Natasya, salah satu tamu yang hadir.

"Ayo silahkan duduk, Bu Martha, Bu Risya, Bu Shinta, saya ambilkan minum yah!"

"Mayaaa ... bawa minuman sama kue-kuenya ke sini!" panggilku.

"Iya, Bu."

Maya pun datang membawa nampan berisi minuman.

Dia menyajikannya di atas meja, semua tamu yang datang melihat ke arahnya.

"Silahkan ...!"

"Bu, siapa itu?" Bisik Shinta padaku.

"Oooh ... Itu babysitterku yang baru."

"Cantik yah, Bu Arlita harus hati-hati nih.."

"Hati-hati kenapa?" Aku mengernyitkan dahiku.

"Gak takut suaminya kepincut gadis muda itu, mana cantik gitu!" timpal Martha.

"Aaaah ... Ibu-ibu, kayak gak tahu suami saya saja, dia itu suami paling setia Bu ..!" jawabku santai, padahal ketakutan itu selalu menyelimutiku.

"Iya yah, Pak Firman itu memang suami yang baik dan setia, mana selalu romantis lagi yah ...!" puji Risya.

"Iya juga yah, hahaha ...!" Semua orang pun ikut tersenyum, mereka sudah tahu bagaimana sifat suamiku.

Hampir semua tamuku sudah hadir, semua makanan dan minuman sudah Maya sajikan di atas meja.

"Kita kocok saja sekarang, Bu Arlita!" sahut Ibu-ibu itu.

"Tapi masih ada Bu Rossa sama Bu Assegaf, yang belum datang!" ujar Marlina.

"Gimana Bu Ibu, kita tunggu saja? atau kita kocok saja sekarang?" tanyaku.

"Kita kocok saja dulu yang pertama, nanti yang kedua kita tunggu mereka!"

"Baiklah."

Aku mulai mengocok gelas dengan nama-nama teman-temanku di dalamnya.

"Mudah-mudahan saya yang menang!"

Aku keluarkan sebuah gulungan kertas dari dalam gelas. Semua terlihat tegang.

"Siapa Bu, ayo cepat bilang!" ujar Ibu-ibu.

"Buuu ... Natasya!"

"Alhamdulillah, saya yang menang!" ucap Natasya.

"Heeeei ... Kok ngocok gak tunggu kita sih!" tiba-tiba datang Rossa dan Assegaf terlihat kesal.

"Bu Rossa sama Bu Assegaf sih datangnya telat banget," sahut ibu-ibu yang hadir.

"Iya nih, barusan ada kecelakaan. jadi macet banget!"

"Tenang Bu, yang kedua belum dikocok! Silahkan duduk Bu!" ucapku.

"Syukurlah .. hmm Bu Arlita, minumnya dong, aus nih kita," kata keduanya.

"Bentar yah, aku panggil dulu babysitterku!"

"Babysitter?" Rossa dan Assegaf terheran-heran.

"Itu babysitternya Bu Arlita, yang bantuin bawain minuman sama makanan."

"Oooh ...!"

"Orangnya masih muda, cantik lagi Bu. Kalau saya jadi Bu Arlita, saya harus ekstra waspada nih!" bisik Martha pada Rossa, yang masih bisa ku dengar.

"Saya jadi penasaran, hahaha ...!"

"Naaaah ... tuh orangnya!" tunjuk Risya saat Maya datang sambil membawa dua gelas es jeruk.

Dia menunduk tak berani menatap tamu-tamuku.

Aku lihat Rossa seperti terkejut melihatnya. "Diaaa ...!" ucapnya sedikit pelan.

Begitupun Maya sewaktu melihat Rossa, seperti sudah melihat hantu, dia terlihat seperti orang ketakutan, wajahnya terlihat pucat dan dia langsung bergegas pergi begitu meletakan gelas yang berisi minuman itu.

'Ada apa sama dia? Apa dia mengenal Bu Rossa? Apa masih ada hal yang tidak aku ketahui tentang gadis itu?' gumamku.

*****

Semenjak arisan itu, ingin sekali aku menanyakannya pada Maya, tapi aku tidak ada keberanian untuk menanyakannya, mungkin saja ini soal pribadi yang tak mau dia ungkapkan.

'Nanti aku disangka terlalu ikut campur urusan pribadinya lagi!'

Rossa pun tidak mengatakan apa-apa padaku, apa aku harus bertanya padanya, sebenarnya ada apa sama Maya dan Rossa, apa mereka saling mengenal. Kalau pun saling kenal, kenapa mereka tidak saling menyapa.

Ini masih jadi misteri bagiku, mana hari ini aku akan ke Bandung lagi, aku jadi makin was-was meninggalkan rumah.

"Paaa ... aku pergi yah!" pamitku, baru kali ini aku meninggalkan rumah lagi untuk mengecek restoranku di luar kota, setelah mendengar cerita anakku tempo hari, aku terus menunda-nundanya.

"Hati-hati yah, Sayang!" ucap suamiku, sambil memelukku.

"Paaa ... Jangan nakal yah, selama aku tinggalin!" ancamku.

"Enggaklah Sayang! Kamu ketakutan banget sih! Aku kan cinta mati sama kamu, gak mungkinlah aku melirik wanita lain!" tegas suamiku.

Mas Firman mengecup bibirku dengan mesra, aku pun menyambutnya, bahkan aku membalasnya dengan ciuman yang makin dalam, ada rasa ketakutan dalam diriku kalau Mas Firman akan berpaling dariku, sehingga aku lakukan itu.

Mas Firman melepas pautan bibirnya perlahan. "Maaa ... tumben ciumannya hot banget, bikin aku nagih aja!"

"Hahaha ... iya biar kamu inget terus sama aku, Pa!"

"Mamaaaa ... Ih kok jadi genit!"

Lalu kudengar suara Bi Inah sedang memarahi Maya, "Kamu ngapain di sini, mau ngintip Tuan sama Nyonya?!"

"E-enggak Bi, aku baru aja ngelewat ke sini kok!" Maya beralasan walaupun terdengar gugup.

"Jangan bohong, Bibi dari tadi lihat kamu diam di situ merhatiin Tuan sama Nyonya!" ucap Bi Inah.

'Ya ampun apa dari tadi Maya memperhatikan kami?' gumamku merasa curiga untuk apa dia memperhatikan kami.

"Hayu Maaah ... aku anterin ke depan!" ajak Mas Firman mengagetkanku yang sedang berpikir soal Maya, diapun menggandeng mesra pinggangku.

Aku rasanya masih ingin lihat reaksi Maya yang masih bersitegang dengan Bi Inah.

"Mang Ujang, hati-hati bawa mobilnya yah! Jangan ngebut-ngebut!" kata Mas Firman pada supir keluarga kami.

"Iya, Tuan! Silahkan Nyonya!" Mang Ujang membukakan pintu mobil.

"Maaah ... Kalau udah di sana aku bakalan telepon kamu sering-sering kalau perlu aku video call, hehe ...!"

"Janji yah!"

"Iyaaaa ...!" katanya meyakinkanku.

Walaupun sangat berat meninggalkan suamiku, mobilku perlahan melaju meninggalkan suamiku yang masih melihat ke arahku sambil melambaikan tangannya.

"Mas Firman, jaga diri dan hati kamu untukku Sayang ..." Tak terasa air mataku jatuh ke pipiku.

'Aduuh ... kenapa aku jadi sentimentil gini sih!' aku usap pipiku yang basah.

-Bersambung-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bu Iim
kamu kan orang kaya,knp gak kfikiran buat masang cctv,dasar bego
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Permintaan yang Aneh

    Firlita POVSebulan kemudian ... Aku tak pernah bertemu dengan Pak Willy sesuai kesepakatan. Dia memenuhi janjinya tak menggangguku hingga aku siap menerimanya lagi.Hari ini aku dipanggil oleh HRD, entah apa salahku. Padahal kinerjaku bagus kata managerku."Maaf Nona Firlita, mulai hari ini Nona dipindahkan ke bagian lain," kata Manager HRD."Saya salah apa Pak?" tanyaku, padahal aku sudah mulai nyaman di divisi ini."Nona tidak salah apa-apa, hanya saja Nona lebih dibutuhkan di bagian lain. Silahkan bawa surat ini, dan Nona pergi ke lantai 10"Lantai 10? Bukankah itu lantai khusus ruangan direktur dan direksi yah."Iya selamat yah Nona, Nona terpilih menjadi sekretaris Direktur kami yang baru."Sekretaris Direktur? Beneran ini ... Bahkan aku tidak menguasai pekerjaan sekretaris.Ya sudahlah, dari pada aku tidak bekerja. Aku terima saja."Iya terima kasih Pak, saya tidak menyangka akan dipilih menjadi sekretaris Direktur." Entah aku harus senang, ataukah bimbang ... aku tidak perna

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Dilanjutkan Atau ...

    "Apaaa ... Om Firman ini adalah ..." Belum sempat Fayra selesai dengan ucapannya, Tante Mayra langsung memotongnya, "Iya, dia ayah kandung kamu, Fayra. orang yang selalu kamu tanyakan kini sudah ada di depan kamu!"What! Pak Firman ayahnya Fayra. Waw, waw ... ini jadi makin seru!Kami semua tampak terkejut, Papa Mama pun sama, hanya Firlita saja yang tampak biasa, apa dia sudah tahu yah."Aku baru tahu kemarin!" bisiknya, seolah tahu kalau aku mau menanyakannya."Oh.""Ayaaah ....!!" Fayra langsung memeluk Pak Firman dengan mata berkaca-kaca."Pantas saja aku merasa nyaman bila dekat Om, rupanya memang ada chemistry ayah dan anak di antara kita.""Aku sangat merindukanmu, Ayah! Sejak kecil aku hanya mengetahui namamu saja, wajahmu sjaa aku tidak pernah tahu, ayah! Aku hanya ingin disayang seperti anak-anak lain yang memiliki ayah," Fayra menangis sesenggukan di pelukan Pak Firman."Maafkan aku Nak, ayahmu ini bahkan tidak pernah tahu keberadaan kamu, Mamamu menyembunyikannya dari ayah

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Terungkap Semuanya

    William POVAku memilih untuk menghampiri dulu Firlita di kantor, sedangkan Papa pergi menuju kantor Pak Firman. Kita ingin semuanya clear hari ini juga, agar hidupku lebih tenang tidak terus-menerus diganggu oleh model sialan itu.Aku menuju ruangan divisi keuangan. Aku tahu ke napa dia sampai minta pindah ke sini. Pasti untuk menghindari bertemu denganku.'Itu dia, wanitaku ... sudah satu bulan lebih kamu menghindariku, aku sangat merindukannya.' Sosok perempuan cantik dengan senyum mempesona sosok gadis impianku itu tengah berjalan menuju ruangannya aku pun mengendap-endap di belakangnya.Begitu tiba di dekatnya. Aku langsung tarik tangannya."Hei apa-apaan ini Pak!" protesnya kesal, berusaha menepis tanganku, tapi tenaganya kalah kuat."Ikut saja denganku!" Aku terus menarik tangannya hingga ke depan mobil."Saya tidak mau Pa. Saya mau kerja, baru juga dua hari saya kerja. Jangan buat nama saya jelek di divisi yang baru ini dong!" bentaknya, dia menepis tanganku lagi kali ini deng

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Fakta yang Sesungguhnya

    "Ayo cepat, Willy. Kita hampir terlambat!" ujarku pada William yang tengah menyetir menuju restoran yang telah ditentukan menjadi tempat pertemuan dengan orang yang telah menghubungi mereka kemarin."Sabaaar ... Pa. Ini macet banget." Willy pun kesal karena jalanan hari ini kebetulan sedang macet-macetan kami sampai terjebak di tengah-tengah.Kenapa sih, macet ini gak tahu waktu, kita lagi buru-buru ini malah macet. Aku hanya bisa berkeluh kesah karena mobil hanya maju sedikit demi sedikit.Mudah-mudahan dia mau menunggu kita. Ini sudah hampir pukul 10.00."Ini gara-gara kamu susah banget dibangunin!" makiku, karena kesal William tadi bangun jam 9.00."Maafin aku Pa, semalam aku gak bisa tidur. Aku baru tidur subuh tadi, Pa.""Kamu, Wil!" Percuma juga marahin anak itu, dia memang terkadang susah tidur mungkin memikirkan kehidupan percintaannya yang berantakan."Udah Pa, udah. Tuh mobil di depan udah maju," timpal istriku menenangkanku yang tengah kesal."Maju Wil, cepetan tuh ada jala

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Kabar yang Mengejutkan

    "Fiir ...! Firlitaaa .. !" Suara itu mengagetkanku, sudah lama aku merindukan dia memanggilku begitu."Iya Pak." Aku masih berusaha menghormatinya sebagai atasanku."Masuklah ke ruanganku. Aku ingin bicara denganmu.""Ma-maaf Pak, sebaiknya kita bicara saja di sini.""Ayolah Fir, sampai kapan kamu akan menghindariku!" Pak Willy mencekal tanganku.Dia seperti tahu saja kalau selama ini aku memang berusaha untuk menghindarinya.Aku celingukan takut ada yang lihat. "Udah masuk saja, gak usah takut gak ada siapa-siapa ini!" Pak Willy menarik tanganku menuju ruanganku."Masuk!" Pak memaksaku masuk dan mengunci pintu."Gak usah dikunci Pak! Disangka orang kita lagi ngapain lagi!" protesku sambil hendak memutar kunci yang masih menempel di lubang kunci."Fiiiir ... jangan bikin aku terus menderita, Fir ... aku putus dari kamu saja bikin hidup aku terpuruk, apalagi melihat kedekatan kamu sama laki-laki itu saja membuatku tambah tersiksa." Sebegitunyakah yang dia rasakan, bukannya seharusnya d

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   kenyataan yang Harus dihadapi Arlita dan Firlita

    Firman POVMalam ini aku baru pulang dari kantor, entah kenapa setelah aku bertemu Mayra tadi siang perasaanku tidak enak.Baru masuk ke rumah aura rumah terasa sangat berbeda. Kulihat istriku hanya duduk di sofa tanpa menyambutku."Waalaikumsalam." Dia menjawab salamku dengan ekspresi datar."Sayaaang... ada apa sih, aku pulang kok cemberut?" godaku sambil mencolek pipinya yang mulus."Gak usah colek-colek segala!" ketus Arlita."Idih galak amat sih, Neng," jawabku sambil bercanda."Udah gak usah bercanda, duduk!" Arlita tampak serius, sikapnya begitu dingin. Ada apa dengan istriku ini kenapa mukanya gak ada manis-manisnya hari ini. Apa aku sudah berbuat salah yah."Pa, Mama sekarang minta Papa jujur! Kenapa Papa gak mau mempertimbangkan permintaan William untuk bersanding sama putri kita, padahal Mama yakin dia sungguh-sungguh mencintai anak kita?" Ini kenapa tiba-tiba Arlita menanyakan hal ini lagi yah? Aneh sekali."Jawab Pa, kenapa diem?""Bukannya Mama sudah tahu alasannya, k

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Ini Tidak Mungkin, Tidaaak...!!

    Fayra POV"Kamu senang kan bisa bertunangan dengan pria yang kamu cintai?" tanya Mama."Tentu saja, Ma. Akhirnya aku bisa miliki dia," jawabku dengan senyuman yang lebar."Pertahankan dia Fay, jangan kayak Mama. Mama dulu terlalu mementingkan ego Mama untuk menjadi model yang terkenal. Hingga Mama kehilangan Papa kamu. Dia memilih menikah dengan wanita lain." Mama terlihat begitu sedih, mungkin itu penyesalan yang tak berujung dalam hidupnya, kehilangan cinta sejatinya.Aku tidak boleh seperti Mama, aku harus bertahan demi cintaku pada Pak Willy."Maaf Ma, aku dari dulu ingin sekali menanyakan hal ini? Apaaa... Papaku masih ada? Kenapa Mama selalu menyembunyikannya dariku?"Mungkin ini saatnya aku mendesak Mama untuk memberitahu secara mendetail soal Papaku."Maaf Fay, belum saatnya kamu tahu. Suatu hari nanti pasti Mama akan kasih tahun kamu, Fay.""Mama selalu begitu, kenapa sih Ma?" Mama tetap tak mau bilang soal Papa. Sampai hari ini hanya namanya saja yang aku tahu."Kamu kan uda

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Sungguh Menyedihkan

    Sial banget hidupku, kenapa harus kenal sama gadis itu, padahal dari awal pun aku tidak tertarik sedikit pun sama dia. Aku harus menemui Papanya Firlita siapa tahu dia bisa membujuk Papaku untuk membatalkan pertunangan ini."Pak Firmaaaan .... Saya mohon tolong saya, saya benar-benar tidak ada hubungan apa-apa sama gadis itu. Saya hanya mencintai putri Pak Firman." Aku mengucapkannya dengan sungguh-sungguh, entah Pak Firman akan melihat kesungguhanku ini."Saya tidak yakin setelah saya mendengar ucapan gadis itu!" Pak Firman tampaknya sudah terlanjur percaya dengan ucapan gadis itu."Pak, saya sangat yakin kalau saya ini dijebak, tolong izinkan saya tetap bersama Firlita? Dan tolong bilang sama Papa saya untuk Menolak pertunangan saya dengan Fayra, Pak.""Maafkan aku Willy, aku belum seratus persen percaya sama kamu." Aku tahu ini bakalan sulit, tapi demi Firlita Aku harus terus membujuknya."Tante Arlita, saya sungguh-sungguh sama Firlita... tolong bantu saya. Saya tahu, kalau saya

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Kejadian yang Sebenarnya

    Flashback on"Pak Willy tolong saya, saya disekap oleh seseorang di sebuah apartement!!" Suara Fayra terdengar panik di ujung telepon."Ka-kamu di mana Fay?" tanyaku ikut panik."Saya ada di apartement Berlian lantai 7 kamar 52, cepat Pak! Saya takut ini!"Tok! Tok! Tok !! "Wei, cepaaaat.... kalau gak saya akan mendobrak pintu kamar mandi itu!"Terdengar suara laki-laki yang berteriak sambil menggedor pintu dengan keras."Udah yah Pak, kayaknya mereka udah curiga! Pak Willy harus cepat, saya takut Paaak...!" katanya sambil berbisik dan terdengar begitu gugup.Tut! Dia mematikan sambungan telepon.Aduh, gimana ini? Aku harus menolongnya, tapii... bagaimana dengan pertunanganku.Aku melihat ke arah jam tanganku, masih ada Waktu sekitar dua jam.Aku pun bergegas makin cepat pergi, makin cepat beres urusannya dan aku bisa pergi ke pertunanganku."Lho Willy, kamu mau ke mana? Kok malah pergi acara pertunangan kamu sebentar lagi?" tanya Papa saat melihatku hendak pergi."Ada urusan sangat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status