Share

Cemburu Buta

Author: Quin Attariz
last update Huling Na-update: 2022-07-11 16:08:11

Aku masih belum terima Maya akan menggantikan Jihan, sekretaris Mas Firman yang sudah bekerja selama 4 tahun harus digantikan oleh Maya.

"Paaa ... apa Papa yakin, mau memberikan pekerjaan itu pada Maya?" aku masih berusaha untuk merubah keputusan Mas Firman.

"Memangnya kenapa, Ma?" tanyanya heran, aku masih membahas urusan Maya yang akan menggantikan posisi Jihan.

"Mamah gak yakin aja, soalnya dia kan belum berpengalaman jadi sekretaris, Pa."

"Papa yakin kok dia bisa Ma, apalagi nilai akademiknya sangat menunjang, meskipun dia belum pernah kerja sebagai sekretaris, Papa yakin dia bisa cepat belajar, Ma!" Mas Firman sepertinya memang sudah yakin sama Maya, aku sudah tidak dapat mempengaruhinya lagi.

"Ya sudah kalau Papa sudah yakin, Mama juga cuma bisa ikut aja sama keputusan Papa." Aku hanya bisa pasrah saja.

"Maa ... Kalau mulai besok mulai kerja, gak apa-apa kan?"

"Apaaa ... besok? Kan Jihan cutinya akhir bulan ini kan? Masih lama Pa, kan masih bisa minggu depan, atau minggu depannya lagi!" Aku gak tahu kalau Papa akan menyuruh Maya kerja secepat itu.

"Iya Papa tahu, tapi kan lebih cepat lebih baik kan, jadi Maya bisa belajar dulu dari Jihan sebelum dia cuti!"

"Aaaah ... Papa ngambil keputusan kok mendadak sih! Mama kan belum siap, kalau sekarang Mama juga harus ngurangin waktu Mama ke restoran, soalnya kan gak mungkin juga Bi Inah bisa handel semuanya," gerutuku.

"Udah, Papa yakin Mama bisa atur-atur. Lagian Papa udah bilang kok sama Maya, besok mulai kerja."

'Kalau gini sih bukan sebulan, hampir dua bulan itungannya. Papa gak ngomong dulu sama aku lagi, tahu-tahu udah bilang aja gitu sama Maya, haaah ...!' Aku benar-benar kesal dibuatnya.

******

Keesokan harinya...

Maya keluar dari kamarnya sudah bersiap dengan setelan kerjanya, Aku benar-benar takjub melihat penampilannya hari ini, dia terlihat sangat cantik.

Biasanya dia hanya berpakaian sederhana dengan wajah yang polos tanpa make up. Tapi hari ini dia memakai blouse berwarna terang, dipadukan dengan blazer yang ngepas dengan tubuhnya, bawahan rok di atas lutut memperlihatkan kakinya yang putih dan mulus. rambutnya yang biasanya dia ikat asal, sekarang dia ikat rapih agak ke atas, memperlihatkan lehernya yang jenjang.

Belum lagi polesan make up yang tidak terlalu tebal makin membuat penampilannya tambah memukau.

'Ya ampun dia kelihatan begitu cantik, apa Mas Firman gak akan tergoda dengan gadis muda ini,' batinku merasa takut.

"Kenapa Bu, saya kelihatan jelek yah?" tanyanya padaku yang sedang terdiam menatapnya.

"Ooh ... enggak kok May, kamu malahan kelihatan sangat cantik!" pujiku.

"Ibu bisa saja, saya jadi malu." Dia tersenyum senang mendengar pujianku.

Mas Firman pun tak kalah terpukaunya melihat penampilan Maya pagi ini, begitu dia menghampiri kami, sorot matanya terlihat begitu takjub menatap Maya dengan penampilan di luar kebiasaannya sehari-hari.

"Mayaaa ... ! Waaw ... kamuu ... cantik sekali, luar biasa, kamu tampak sangat berbeda!" Mas Firman memujinya setinggi langit, dia sampai melongo, menatap penampilan Maya, matanya tak berkedip, dia bahkan lupa aku sedang ada di sampingnya menatap suamiku dengan tatapan kesal dan cemburu menyelimuti hatiku, wanita mana yang tak marah mendengar suaminya memuji-muji wanita lain di hadapannya.

"Makasih Pak, pujiannya." Bisa kulihat wajah Maya yang merona, bahkan dia tersenyum manja pada suamiku.

"Eheeem ...!" Aku sengaja berdehem melihat suamiku yang masih tak berkedip melihat Maya.

"Eeeeh ... Mama!" Mas Firman telihat malu melihat wajahku yang terlihat kesal.

"Tenang Ma, kamu masih yang tercantik di hati aku, tak akan pernah tergantikan siapapun, meskipun bidadari sekalipun, Mama tetap nomor satu di hatiku!" bisiknya di telingaku sambil mengecup pipiku tanpa malu di depan Maya.

Mas Firman bisa saja membuat hatiku luluh.

"Bisa saja kamu ngegombalin aku pagi-pagi, Mas!"

"Biarin gombalin istri sendiri mah pahala, Mah!" goda Mas Firman.

Aku melirik Maya, aku ingin lihat reaksinya, apa dia terlihat kesal melihatnya.

Dia sepertinya sengaja memalingkan muka ke arah lain, mungkin dia merasa tidak enak melihat kemesraan kami tadi.

"Ya sudah Ma, kami berangkat dulu yah!"

"Buuu ... saya permisi, maaf yah, mulai hari ini Ibu jadi repot," ucap Maya merasa tidak enak padaku, entah itu tulus apa tidak.

"Gak apa-apa May, Mas Firman kayaknya lebih membutuhkan tenaga kamu, lagian kan hanya sementara," jawabku mencoba bersikap biasa saja, padahal hatiku merasa risau membayangkan seharian Maya akan bersama suamiku mulai hari ini.

*****

Semenjak Maya bekerja dengan Mas Firman, aku selalu merasa was-was, apalagi bila berangkat bekerja mereka selalu berangkat bersama-sama dalam satu mobil.

'Wajarkah aku bila merasa cemburu?' Apalagi Mas Firman selalu memujinya di depanku.

"Hebat sekali Maya, dia sangat cekatan dan smart, baru bekerja satu minggu tapi dia sudah menguasai semua pekerjaan sekretaris, dia seperti sudah fasih dengan pekerjaan sekretaris, heran aku, bahkan Jihan yang mengajarinya terheran-heran, Mah," puji Firman bila sedang membicarakannya.

"Oooh ... gitu yah," ucapku datar.

Bukan hanya telingaku yang panas, tapi hatiku juga merasa panas. 'Apa tidak ada tema lain selain Maya, rasanya aku makin kesal, yang dia bicarakan hanya kehebatan Maya di kantornya.

Kini sudah dua minggu Maya bekerja di kantor Mas Firman, berarti seminggu lagi dia akan benar-benar berdua karena Jihan akan segera cuti.

"Pa, aku akan ke Bandung minggu ini," ucapku memotong ceritanya soal Maya.

"Iya, Ma. Kamu pergi hari apa?"

"Aku mau pergi hari Jum'at tadinya, tapi ternyata aku lupa ada acara arisan Pa, dan kebetulan diadakan di sini Pa."

"Jadi, aku perginya hari sabtu yah, Pah!"

"Iya."

"Dan satu lagi, aku mau pinjem Maya sehari aja untuk bantu-bantu aku yah!"

"Hmmm ... iya deh, kali ini aku ngalah. Lagian masih ada Jihan, dia masih ada seminggu lagi kerja sama aku." Mas Firman kali ini mengalah.

"Naaah ... gitu dong!" Aku pun tersenyum lega, Jum'at nanti Maya bisa membantuku menyiapkan sajian untuk arisan.

Lalu Mas Firman tiba-tiba menggeser duduknya mendekatiku dan menatapku malu-malu.

"Hmmm ... Maaa ... udah lama nih, hehe ..." ucap Mas Firman menaikkan kedua alisnya.

"Kode, Pa?" tanyaku sambil tersenyum, aku sudah mengerti maksud Mas Firman.

"Hehehe ... Mama ngerti aja, heeee!" Aku senang Mas Firman mengajakku bercumbu malam ini.

Baru saja kami sedang asyik-asyiknya menikmati surga dunia, terdengar suara benda terjatuh di luar kamar.

Gudubrak!

"Apa itu, Pa?" ucapku sedikit takut.

"Gak tahu, Ma?" Mas Firman segera memakai celana piyamanya.

Dia membuka pintu kamarnya, aku pun mengikutinya dari belakang.

"Ada apa, Pa?"

"Ini, bunga hiasan jatuh, Mah!" Mas Firman mengambil Vas bunga dan bunga hiasan yang terbuat dari plastik itu dari lantai tepat di depan pintu kamar.

"Kok bisa jatuh yah, padahal ini kan ada di pinggir, aneh ...!" Mas Firman berucap pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya.

Hanya perasaanku saja atau bukan yah, aku kok merasa ada seseorang sedang mengawasi kami, aku jadi bergidik ngeri, apalagi mendengar kata-kata Mas Firman tadi, 'Apa memang tadi ada orang yang sedang memata-matai kami, hiiii ... aku jadi takut!'

"Hayu Mas, kita masuk saja, aku takut ah," tanganku dari tadi memegang erat tangan Mas Firman.

"Iya, iya ... ayo kita masuk, mendingan kita teruskan yang tadi!" goda Mas Firman sambil mengedipkan matanya.

"Apaan sih Pa!" Aku mencubit pinggang suamiku.

"Hahaha ...!" Mas Firman sepertinya tahu aku sedang ketakutan, dia sengaja membuatku agar aku lebih tenang dan melupakan kejadian itu.

Mas Firman memang pintar mencairkan suasana, ketegangan itu pelan-pelan mulai menghilang digantikan dengan kenikmatan di atas ranjang.

-Bersambung-

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Permintaan yang Aneh

    Firlita POVSebulan kemudian ... Aku tak pernah bertemu dengan Pak Willy sesuai kesepakatan. Dia memenuhi janjinya tak menggangguku hingga aku siap menerimanya lagi.Hari ini aku dipanggil oleh HRD, entah apa salahku. Padahal kinerjaku bagus kata managerku."Maaf Nona Firlita, mulai hari ini Nona dipindahkan ke bagian lain," kata Manager HRD."Saya salah apa Pak?" tanyaku, padahal aku sudah mulai nyaman di divisi ini."Nona tidak salah apa-apa, hanya saja Nona lebih dibutuhkan di bagian lain. Silahkan bawa surat ini, dan Nona pergi ke lantai 10"Lantai 10? Bukankah itu lantai khusus ruangan direktur dan direksi yah."Iya selamat yah Nona, Nona terpilih menjadi sekretaris Direktur kami yang baru."Sekretaris Direktur? Beneran ini ... Bahkan aku tidak menguasai pekerjaan sekretaris.Ya sudahlah, dari pada aku tidak bekerja. Aku terima saja."Iya terima kasih Pak, saya tidak menyangka akan dipilih menjadi sekretaris Direktur." Entah aku harus senang, ataukah bimbang ... aku tidak perna

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Dilanjutkan Atau ...

    "Apaaa ... Om Firman ini adalah ..." Belum sempat Fayra selesai dengan ucapannya, Tante Mayra langsung memotongnya, "Iya, dia ayah kandung kamu, Fayra. orang yang selalu kamu tanyakan kini sudah ada di depan kamu!"What! Pak Firman ayahnya Fayra. Waw, waw ... ini jadi makin seru!Kami semua tampak terkejut, Papa Mama pun sama, hanya Firlita saja yang tampak biasa, apa dia sudah tahu yah."Aku baru tahu kemarin!" bisiknya, seolah tahu kalau aku mau menanyakannya."Oh.""Ayaaah ....!!" Fayra langsung memeluk Pak Firman dengan mata berkaca-kaca."Pantas saja aku merasa nyaman bila dekat Om, rupanya memang ada chemistry ayah dan anak di antara kita.""Aku sangat merindukanmu, Ayah! Sejak kecil aku hanya mengetahui namamu saja, wajahmu sjaa aku tidak pernah tahu, ayah! Aku hanya ingin disayang seperti anak-anak lain yang memiliki ayah," Fayra menangis sesenggukan di pelukan Pak Firman."Maafkan aku Nak, ayahmu ini bahkan tidak pernah tahu keberadaan kamu, Mamamu menyembunyikannya dari ayah

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Terungkap Semuanya

    William POVAku memilih untuk menghampiri dulu Firlita di kantor, sedangkan Papa pergi menuju kantor Pak Firman. Kita ingin semuanya clear hari ini juga, agar hidupku lebih tenang tidak terus-menerus diganggu oleh model sialan itu.Aku menuju ruangan divisi keuangan. Aku tahu ke napa dia sampai minta pindah ke sini. Pasti untuk menghindari bertemu denganku.'Itu dia, wanitaku ... sudah satu bulan lebih kamu menghindariku, aku sangat merindukannya.' Sosok perempuan cantik dengan senyum mempesona sosok gadis impianku itu tengah berjalan menuju ruangannya aku pun mengendap-endap di belakangnya.Begitu tiba di dekatnya. Aku langsung tarik tangannya."Hei apa-apaan ini Pak!" protesnya kesal, berusaha menepis tanganku, tapi tenaganya kalah kuat."Ikut saja denganku!" Aku terus menarik tangannya hingga ke depan mobil."Saya tidak mau Pa. Saya mau kerja, baru juga dua hari saya kerja. Jangan buat nama saya jelek di divisi yang baru ini dong!" bentaknya, dia menepis tanganku lagi kali ini deng

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Fakta yang Sesungguhnya

    "Ayo cepat, Willy. Kita hampir terlambat!" ujarku pada William yang tengah menyetir menuju restoran yang telah ditentukan menjadi tempat pertemuan dengan orang yang telah menghubungi mereka kemarin."Sabaaar ... Pa. Ini macet banget." Willy pun kesal karena jalanan hari ini kebetulan sedang macet-macetan kami sampai terjebak di tengah-tengah.Kenapa sih, macet ini gak tahu waktu, kita lagi buru-buru ini malah macet. Aku hanya bisa berkeluh kesah karena mobil hanya maju sedikit demi sedikit.Mudah-mudahan dia mau menunggu kita. Ini sudah hampir pukul 10.00."Ini gara-gara kamu susah banget dibangunin!" makiku, karena kesal William tadi bangun jam 9.00."Maafin aku Pa, semalam aku gak bisa tidur. Aku baru tidur subuh tadi, Pa.""Kamu, Wil!" Percuma juga marahin anak itu, dia memang terkadang susah tidur mungkin memikirkan kehidupan percintaannya yang berantakan."Udah Pa, udah. Tuh mobil di depan udah maju," timpal istriku menenangkanku yang tengah kesal."Maju Wil, cepetan tuh ada jala

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Kabar yang Mengejutkan

    "Fiir ...! Firlitaaa .. !" Suara itu mengagetkanku, sudah lama aku merindukan dia memanggilku begitu."Iya Pak." Aku masih berusaha menghormatinya sebagai atasanku."Masuklah ke ruanganku. Aku ingin bicara denganmu.""Ma-maaf Pak, sebaiknya kita bicara saja di sini.""Ayolah Fir, sampai kapan kamu akan menghindariku!" Pak Willy mencekal tanganku.Dia seperti tahu saja kalau selama ini aku memang berusaha untuk menghindarinya.Aku celingukan takut ada yang lihat. "Udah masuk saja, gak usah takut gak ada siapa-siapa ini!" Pak Willy menarik tanganku menuju ruanganku."Masuk!" Pak memaksaku masuk dan mengunci pintu."Gak usah dikunci Pak! Disangka orang kita lagi ngapain lagi!" protesku sambil hendak memutar kunci yang masih menempel di lubang kunci."Fiiiir ... jangan bikin aku terus menderita, Fir ... aku putus dari kamu saja bikin hidup aku terpuruk, apalagi melihat kedekatan kamu sama laki-laki itu saja membuatku tambah tersiksa." Sebegitunyakah yang dia rasakan, bukannya seharusnya d

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   kenyataan yang Harus dihadapi Arlita dan Firlita

    Firman POVMalam ini aku baru pulang dari kantor, entah kenapa setelah aku bertemu Mayra tadi siang perasaanku tidak enak.Baru masuk ke rumah aura rumah terasa sangat berbeda. Kulihat istriku hanya duduk di sofa tanpa menyambutku."Waalaikumsalam." Dia menjawab salamku dengan ekspresi datar."Sayaaang... ada apa sih, aku pulang kok cemberut?" godaku sambil mencolek pipinya yang mulus."Gak usah colek-colek segala!" ketus Arlita."Idih galak amat sih, Neng," jawabku sambil bercanda."Udah gak usah bercanda, duduk!" Arlita tampak serius, sikapnya begitu dingin. Ada apa dengan istriku ini kenapa mukanya gak ada manis-manisnya hari ini. Apa aku sudah berbuat salah yah."Pa, Mama sekarang minta Papa jujur! Kenapa Papa gak mau mempertimbangkan permintaan William untuk bersanding sama putri kita, padahal Mama yakin dia sungguh-sungguh mencintai anak kita?" Ini kenapa tiba-tiba Arlita menanyakan hal ini lagi yah? Aneh sekali."Jawab Pa, kenapa diem?""Bukannya Mama sudah tahu alasannya, k

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Ini Tidak Mungkin, Tidaaak...!!

    Fayra POV"Kamu senang kan bisa bertunangan dengan pria yang kamu cintai?" tanya Mama."Tentu saja, Ma. Akhirnya aku bisa miliki dia," jawabku dengan senyuman yang lebar."Pertahankan dia Fay, jangan kayak Mama. Mama dulu terlalu mementingkan ego Mama untuk menjadi model yang terkenal. Hingga Mama kehilangan Papa kamu. Dia memilih menikah dengan wanita lain." Mama terlihat begitu sedih, mungkin itu penyesalan yang tak berujung dalam hidupnya, kehilangan cinta sejatinya.Aku tidak boleh seperti Mama, aku harus bertahan demi cintaku pada Pak Willy."Maaf Ma, aku dari dulu ingin sekali menanyakan hal ini? Apaaa... Papaku masih ada? Kenapa Mama selalu menyembunyikannya dariku?"Mungkin ini saatnya aku mendesak Mama untuk memberitahu secara mendetail soal Papaku."Maaf Fay, belum saatnya kamu tahu. Suatu hari nanti pasti Mama akan kasih tahun kamu, Fay.""Mama selalu begitu, kenapa sih Ma?" Mama tetap tak mau bilang soal Papa. Sampai hari ini hanya namanya saja yang aku tahu."Kamu kan uda

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Sungguh Menyedihkan

    Sial banget hidupku, kenapa harus kenal sama gadis itu, padahal dari awal pun aku tidak tertarik sedikit pun sama dia. Aku harus menemui Papanya Firlita siapa tahu dia bisa membujuk Papaku untuk membatalkan pertunangan ini."Pak Firmaaaan .... Saya mohon tolong saya, saya benar-benar tidak ada hubungan apa-apa sama gadis itu. Saya hanya mencintai putri Pak Firman." Aku mengucapkannya dengan sungguh-sungguh, entah Pak Firman akan melihat kesungguhanku ini."Saya tidak yakin setelah saya mendengar ucapan gadis itu!" Pak Firman tampaknya sudah terlanjur percaya dengan ucapan gadis itu."Pak, saya sangat yakin kalau saya ini dijebak, tolong izinkan saya tetap bersama Firlita? Dan tolong bilang sama Papa saya untuk Menolak pertunangan saya dengan Fayra, Pak.""Maafkan aku Willy, aku belum seratus persen percaya sama kamu." Aku tahu ini bakalan sulit, tapi demi Firlita Aku harus terus membujuknya."Tante Arlita, saya sungguh-sungguh sama Firlita... tolong bantu saya. Saya tahu, kalau saya

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Kejadian yang Sebenarnya

    Flashback on"Pak Willy tolong saya, saya disekap oleh seseorang di sebuah apartement!!" Suara Fayra terdengar panik di ujung telepon."Ka-kamu di mana Fay?" tanyaku ikut panik."Saya ada di apartement Berlian lantai 7 kamar 52, cepat Pak! Saya takut ini!"Tok! Tok! Tok !! "Wei, cepaaaat.... kalau gak saya akan mendobrak pintu kamar mandi itu!"Terdengar suara laki-laki yang berteriak sambil menggedor pintu dengan keras."Udah yah Pak, kayaknya mereka udah curiga! Pak Willy harus cepat, saya takut Paaak...!" katanya sambil berbisik dan terdengar begitu gugup.Tut! Dia mematikan sambungan telepon.Aduh, gimana ini? Aku harus menolongnya, tapii... bagaimana dengan pertunanganku.Aku melihat ke arah jam tanganku, masih ada Waktu sekitar dua jam.Aku pun bergegas makin cepat pergi, makin cepat beres urusannya dan aku bisa pergi ke pertunanganku."Lho Willy, kamu mau ke mana? Kok malah pergi acara pertunangan kamu sebentar lagi?" tanya Papa saat melihatku hendak pergi."Ada urusan sangat

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status