Kantor polisi pusat geger, semua orang pada sibuk membicarakan Dira. Video Dira semakin tersebar luas. Tanggapan positif pun diberikan para netizen dengan harapan keberadaan Dira bisa memaksimalkan pekerjaan kepolisian.
Tomi yang baru tiba pun menjadi kebingungan. Sebagai satu-satunya orang yang dekat dengan Dira, ia pun menjadi turut bahan perhatian rekan lainnya. Merasa tak nyaman dengan tatapan mereka, Tomi kembali memasuki toilet untuk bercemin. Ia terus memperhatikan wajah, pakaian dan seluruh penampilan depan belakangnya.
“Enggak ada yang aneh toh,” gumamnya dengan wajah bingung. “Tapi mata mereka kok seram amat yah mandangnya?”
Suara Denis terdengar, sepertinya Denis dan kedua temannya bermaksud mengunjungi toilet juga. Harus menghindar demi menciptakan pagi yang damai, Tomi segera masuk ke dalam ruang kecil yang sedang tumpat. Ruang sempit itu sangat bau karena masih ada kotoran yang menye
Dira yang baru tiba terlihat bingung dengan kericuhan yang ada. Tatapan aneh yang ia dapatkan dari semua rekan kerjanya membuatnya tak nyaman. Meski Dira memiliki siang acuh, namun tetap saja ia risih karena ada banyak mata yang menatap serius ke arahnya kemanapun ia melangkah.“Loh, kamu baru tiba, Dir? Bukannya berangkat deluan yah?” tanya Ria satu-satunya orang yang menyambutnya hangat.“Iya, aku carik hape aku dulu tadi,” jelasnya dengan wajah lelah.“Oh iya,” sahut Ria sambil menepuk dahinya. “Nih, tadi berdering. Jadi aku bawain aja sekalian,” sambungnya dengan senyuman terkembang, lalu menyerahkan gawai milik Dira.“Heeeeeh, yang kau bawanya. Aku pikir hilang. Mana semua nomor di sini. Nomor keluarga enggak ada yang hapal,” ucap Dira dengan tatapan penuh syukur. Ia dengan segera menggenggam erat gawai miliknya.&l
Dira terlihat merenung di antrian. Dengan tas ransel di pundaknya, ia terlihat begitu tergesa-gesa. Bulir keringat pun membasahi wajahnya, tatapan cemas dengan pikiran yang melanglang entah kemana membuat Dira terlihat seperti orang bodoh.“Awas aja kalau orang itu bohong yah. Kuhajar betul orang itu nanti. Gara-gara video Ayak yang lagi kritis, terpaksa aku izin pulang. Yang dipikirnya Jakarta Medan itu dekat? Bisa kutebas naik kereta, hah! Ini lagi, entah berapa pula ongkos pesawat ini. Ah, nyusahin aja pun keluarga ini,” gerutu Dira dengan gigi yang terus beradu. Geram, kesal dan takut pun bercampur aduk.“Tapi ... kalau emang Ayak sakit kekmana? Ini pun entah dapat tiket, entah enggak aku. Kalau pun enggak dapat, kudoakan aja ada penumpang yang enggak jadi berangkat. Jadi bisa kugantikan. Sekali-kali doa jelek enggak apalah. Ini pun bukan mau kali aku pulang sebenarnya. Cuman aku takut juga kalau Ayakku sampai mati, terus aku enggak bisa lihat yan
Seorang pria berusia senja terbaring di atas ranjang. Wajahnya terlihat lebih putih dengan kulit yang memucat. Ada lengkungan hitam di bagian bawah matanya, lengkap dengan guratan kerut yang nyaris memenuhi kulitnya. Pria gagah itu kini terlihat lemah dan nyaris habis masa. Dadanya terus bergerak naik turun dengan sangat lambat, seakan sesak karena terdengar suara mendengkur dari mulutnya. Pria tua itu benar-benar butuh pertolongan, bahkan hanya untuk sekedar bernapas ia harus dibantu tabung oksigen.“Yak!” seru Dira dengan tangis yang terasa menyangkut di kerongkongan. Dengan jemarinya Dira menyentuh lembut tangan keriput ayahnya.Seakan terhanyut, Dira pun membaringkan kepala di samping tangan ayahnya. Teringat masa kecil yang bahagia saat ibunya masih ada. Selalu tertawa dan kerap bermain bersama. Meskipun memainkan permainan pria, namun justru Dira sangat menyukainya. Dimulai dari memanah, berlari, melompat hingga memanjat po
“Eh, bisa cantik juga ternyata kau, Kak!” ledek Alia yang kini turut tersenyum memandangi wajah Dira melalui kaca.“Jangan cemberut ajalah. Udah cantek pun mukakmu. Ini hari bersejarah loh. Kalau aku jadi kau, Kak. Wih, yang bahagia kali aku. Bisa nikah sama cowok ganteng, baek hati, terkenal, ah ... entahlah! Kenapa pulalah dijodohkan samamu, yang sangat tak layak,” ucap Arini kesal.Terlalu kesal dan malas menjawab, Dira hanya menggerak-gerakkan bibirnya ke sana kemari. Jauh dalam hatinya, ia ingin kabur saja. Namun, semua itu ia urungkan. Ia sudah terlanjur berjanji untuk menuruti semua keinginan ayahnya yang mungkin akan menjadi keinginan terakhirnya. Karena keadaan sekarat ayahnya, bukanlah mengada-ngada. Tuhan bisa saja mengambil nyawa ayahnya malam ini juga.“Kak, cepat dikitlah. Udah dipanggil itu,” ucap Alia yang baru saja masuk ke ruangan Dira.“Sabar kau!” bentak Dira dengan kedua tangan menggengg
Akad pun terlaksana dengan hikmat. Semua merasa lega, terutama ayah Dira. Ia begitu bahagia hingga terus menangis.“Baru kali ini saya menikahkan pengantin sebahagia ini. Kalaulah orang-orang begini semua, mungkin tak banyak anak muda yang kawin lari ataupun hamil deluan. Habis cemana, syarat ke KUA bukannya mahal. Tapi syarat dari keluarga yang mahal. Mau pesta beginilah, undang segitulah. Terakhir, anaknya buat deluan. Kalau udah kejadian kan, terpaksa dinikahkan. Hah, terakhir jangankan pesta. Akad aja pun jadi. Ya kan?” curhat Tuan Kadi yang ternyata merisaukan apa yang terjadi. Sedikit banyak ia pun tahu apa yang terjadi. Sudah berpuluh tahun lamanya ia bekerja sebagai Tuan Kadi, tak jarang mempelai maupun keluarganya mengoceh di hadapannya, hingga ia tahu apa yang terjadi dibalik pesta mewah mereka.“Sudah yah, saya pamit. Sekali lagi selamat yah. Saya harap, tidak hanya saat ini tapi selamanya kalian bahagia. Meskipu
Alia dan Arini masih menanti di depan kamar ayah mereka. Begitu pula Leo, ia membiarkan Daffin dan Dira hanya berdua di dalam ruangan kosong.Seakan terhipnotis, Daffin terus menatap wajah Dira tanpa lelah. Wajah natural tanpa make up terlihat begitu cantik meski dengan dandanan yang tipis. Namun, saat ini wajah itu terlihat menyedihkan dengan kulit memucat dan kedua mata membengkak karena terus menangis. rambut panjangnya disanggul sederhana, namun berhasil menunjukkan sisi keibuannya. Begitu manis, membuat rasa cinta Daffin meningkat beberapa kali lipat dalam sekejap.Mencoba merasakan apa yang mungkin Dira rasa, hati Daffin tersentuh sampai-sampai berniat menyentuh Dira. Tangan Dira yang sedari tadi berada tak jauh dari tangannya terlihat begitu menggoda hingga ingin digenggam. Namun, Daffin menahan. Entah mengapa, ia merasa seperti bukan dirinya sendiri. Rasa dan perasaan itu hadir begitu saja, bahkan sulit dikendalikan. Membuatnya nyari
Leo yang penasaran mencoba mengikuti dan kini ia sudah berada di depan ruang Dokter berniat menguping pembicaraan keduanya. Namun sayang, ia harus pergi setelah seorang perawat memergokinya.“Abang ini ngapain di sini? Kalau mau masuk tunggu di sini dulu, nanti dipanggil yah,” ucap seorang perawat wanita yang kemudian memasuki ruangan Dokter.“Yeee ... gagal deh. Mana Daffin sengaja nyuruh gua nunggu di luar lagi. Emang lagi bahas apaan sih. Buat penasaran aja,” gerutu Leo. Ia pun terpaksa mencari ruang yang cukup sepi untuk mengangkat panggilan masuk.Leo kembali duduk di kursi yang ada di depan ruang Dokter. Menunggu lama dengan perasaan penasaran karena Daffin tak kunjung keluar. Gelisah, Leo memutuskan untuk mengetuk ruang Dokter.“Masih ada orang, Bang. Sabar yah,” jawab perawat yang sama.Leo kembali duduk. Ia membuka catatan yang ada di gawainya guna memeriksa jadwal Daffin yang sempat tertunda karea harus
Wajah tegang yang mereka perlihatkan pun mendadak sirna, berganti wajah bahagia penuh syukur mendengar ada seseoran yang berniat menyumbangkan satu ginjalnya. Namun, seketika wajah Dira berubah.“Kenapa kau, Kak?” tanya Alia yang lebih dulu menyadari wajah bingung Dira.“Enggak kok.”“Pasti mikirin biaya operasi Ayak kan?” sahut Arini dengan wajah pasrah.“Enggak juga. Kalau itu kecil lah. Kakak punya sertifikat. Bisa ambil pinjaman,” jelas Dira dengan bibir membulat di bagian bawah, menunjukkan keangkuhan.“Jadi ... mikirin suami kau yang enggak keliatan?” ledek Arini.“Apanya mulutmu. Kusobek jugak lama-lama,” jawab Dira kesal. Dira memutuskan pergi dan meminta kedua adiknya untuk menjaga sang ayah.“Abang ini kenapa pulak? Ngalah-ngalahin kami pulak, mukak Abang stresnya,” ucap Alia yang kemudian tersenyum geli dan segera menutupi mulutnya.L