"Aisyah Ainur Ramadhani, bolehkah aku menjadi imam di hidupmu?" Andaru menatap dalam kedua bola mata Aisyah. "Hah,,,," Aisyah tercengang. Kedua matanya membulat sempurna. Hatinya berdesir dan tiba-tiba jantungnya berdetak tak seperti biasanya. Ada rasa gugup bercampur kaget yang membuat jantungnya berdetak sangat cepat seakan-akan ia habis lari puluhan kilo. "Aku ingin kamu menjadi kekasihku dunia dan akhirat. Aku tahu, aku berlumuran dosa dan jauh dari kata pria baik yang pantas menjadi pendampingmu. Namun aku janji aku akan berusaha menjadi lebih baik lagi dan lagi, agar bisa menjadi laki-laki yang pantas untukmu," ujar Andaru serius. "Kamu bicara apa sih?" Aisyah berpura-pura tidak mengerti maksud dari laki-laki di depannya itu. "Aku benar-benar mencintaimu. Aku sangat serius dengan niatku untuk hidup bersama denganmu. Tolong beri kesempatan untukku, aku akan melakukan apapun demi kamu. Sekarang aku memang hanya montir tapi aku janji aku akan mencari pekerjaan lain yang sesuai
Hatiku. Meski dengan keraguan aku sudah membuka pintunya. Masuklah jika kamu benar-benar ingin tinggal. Benahi apa yang harus diperbaiki, Buanglah apa yang sudah rusak dan gantilah dengan yang baru. Tidak perlu lebih bagus Asalkan itu benar-benar untukku. Namun jika kamu hanya ingin singgah sementara waktu, maka berbaliklah!Batalkan niatmu untuk singgah,Dan jangan membuatnya lebih berantakan lagi. Karena dulu, Seseorang pernah tinggal disini Lalu menghiasinya dengan banyak cinta dan mimpi-mimpi. Hingga membuatku sempat berpikir dia akan menetap, Namun ternyata dia pun melangkah pergi, Disertai badai yang seketika meluluhlantakkan segalanya menjadi berkeping-keping. Meninggalkan luka yang tak bertepi. 🌺🌺🌺Hubungan Aisyah dan Andaru semakin hari semakin dekat. Aisyah sudah memutuskan untuk memberi kesempatan pada dirinya sendiri untuk membuka hati untuk cinta yang baru. Meski Aisyah masih belum bisa menerima lamaran Andaru yang ingin menjalin hubungan serius yaitu s
Hari ini Aisyah izin pulang lebih awal karena akan menjemput orang tuanya di stasiun yang hari ini akan tiba dari jakarta. Ia meminta bantuan Shania untuk menghadle siswa-siswinya di jam terakhir. "Kamu yakin berangkat sendirian? Minta Antar Angga saja, dia tidak ada jam sekarang?" ujar Shania saat Aisyah pamit akan berangkat ke stasiun. "Aku sendiri saja. Sudah pesan taksi online kok," sahut Aisyah. "Nitip anak-anak ya! Mereka sudah tak kasih tugas, jadi mereka tidak akan ramai di kelas." Tambahnya sebelum pergi. Segera Aisyah bergegas setelah mendapat pesan dari sopir taksi online yang sudah menunggunya di depan gerbang sekolah. Untuk sampai ke stasiun membutuhkan waktu yang cukup lama. Sekitar satu jam lebih karena sekolah tempat Aisyah sekarang mengajar memang sedikit jauh dari keramaian dan pusat kota. Tak perlu menunggu lama, baru beberapa menit Aisyah sampai kereta dari dari Jakarta sudah tiba. Nampak Ja'far dan Salma tersenyum lebar saat melihat putri kesayangannya sudah me
"Maksudnya?" tanya Arka dengan tatapan shock dan jantung yang berdegup kencang. Ada rasa takut yang tiba-tiba menjalar di hatinya setelah mendengar ucapan mantan mertuanya. "Mengapa saya dan Aisyah tidak bisa rujuk? Bukankah banyak pasangan yang berpisah dan bisa kembali bersama lagi? Apa bedanya kami dengan pasangan lain?" Kembali Arka memberondong Jafar dengan banyak pertanyaan karena mertuanya itu hanya diam dan menatapnya datar. Jafar menatap Arka lekat. "Bukankah dulu aku sudah mengingatkan kamu. Hati-hati saat berucap! Jangan sampai kamu menyesal," ujarnya mengingatkan. "Saya sangat menyesal sudah menuduh wanita sholehah seperti Aisyah berselingkuh. Saat itu saya hilang kendali karena terbakar emosi dan api cemburu setelah melihat foto mesra seorang laki-laki dengan wanita yang wajahnya mirip sekali dengan Aisyah. Saya benar-benar tidak tahu jika itu hanya fitnah." Arka benar-benar menyesali semua tindakan dulu. Jafar menghela nafas panjang, rasanya seperti ada sebuah bongka
"Tanyakan pada Aisyah, kenapa dia menolak kembali bersama saya? Itu karena dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki yang ada di foto itu. Laki-laki yang ikut andil membuat saya menceraikan Aisyah." Suara Arka kemarin sore masih terngiang-ngiang di telinga Jafar, membuat lelaki paruh baya itu tidak bisa tidur semalaman. Dalam hati ingin sekali menanyakan kebenarannya pada Aisyah namun ia urungkan. Ia sangat yakin jika putrinya itu tidak pernah mengenal apalagi memiliki hubungan dengan laki-laki yang me jadi sumber mala petaka di hidupnya Aisyah. "Sejak kemarin Ibu lihat seperti ada yang Ayah pikirkan," ucap Salma mendatangi suaminya yang sedang duduk di kursi teras depan rumah putri mereka. "Ada apa sih Yah? Cerita sama Ibu, jangan diam saja!" Terlihat Jafar menghela nafas panjang lalu menoleh pada istrinya. "Aku mengkhawatirkan Aisyah. Apa lebih baik kita ajak pulang saja?" "Emang Aisyah bakalan mau? Ayah tahu sendiri sekeras kepala apa dia?" timpal Salma lalu mendengus kasar
Tanpa menunggu lebih lama Jafar segera meminta penjelasan Aisyah begitu mereka sampai di teras rumah."Jelaskan apa yang tadi Ayah lihat!" ujar Jafar sambil menahan emosi yang sudah memanas di dadanya. Aisyah yang masih bingung dan sock dengan sikap kasar ayahnya, hanya bisa terdiam sembari memikirkan harus memulai dari mana awal cerita dirinya mengenal Andaru. Mata Jafar melotot, "Kenapa diam?" sentaknya dengan suara meninggi yang seketika membuat Aisyah berjinggat kaget. "Yah tenanglah dulu," sahut Salma memegangi lengan Jafar untuk menenangkan suaminya itu yang sekarang sedang di selimuti amarah. "Kita bicara di dalam saja, malu kalau kedengaran warga sini," sambungnya lalu menarik suaminya masuk ke dalam rumah dan di ikuti Aisyah. "Sekarang jelaskan!" perintah Jafar setelah mereka duduk di ruang makan. Sebelum berbicara Aisyah menarik nafas panjang untuk sedikit menormalkan degup jantungnya yang sejak berdetak sangat cepat yang diakibatkan oleh rasa takutnya. Dari awal Aisyah
Pukul enam pagi Jafar sudah berdiri di depan teras untuk menunggu Aisyah bersiap. Ya pria paruh baya itu berniat mengantar putrinya seperti apa yang dikatakannya semalam. Mulai hari ini Jafar akan mengantar jemput Aisyah mengajar. Pria paruh baya itu juga memutuskan akan segera membawa Aisyah pulang ke Jakarta saat musim libur sekolah tiba. "Pak sarapan dulu," ucap Salma berdiri di depan pintu ruang tamu. "Nanti saja setelah mengantar Aisyah," jawab Jafar menoleh sebentar lalu kembali mengarahkan pandangannya jauh ke depan. "Apa harus sampai seperti itu Yah? Kasihan Aisyah, nanti malu sama rekan-rekan gurunya yang lain." ujar Salma lantas berjalan mendekati suaminya itu. "Akan lebih memalukan lagi kalau putri kita bergaul dengan laki-laki brandalan yang kurang ajar itu," ucap Jafar lalu menoleh pada istrinya itu. "Suruh Aisyah bergegas! Katakan aku sudah menunggunya," lanjutnya memerintah. Salma menghela nafas, suaminya adalah orang yang sangat tegas dan sulit sekali untuk diluluh
Sudah dua hari Aisyah berada di jakarta. Hari pertama yang dilakukan Aisyah hanya berdiam diri di rumah untuk melepas rindu dengan ibu dan adiknya. Hari kedua Aisyah ikut Ayahnya ke toko untuk sekedar menemani ayahnya itu berjualan. Dan hari ini rencananya Aisyah ingin menemui sahabatnya, Reina. Sekalian mengunjungi Zahra muridnya di sekolah lamanya dulu. "Kamu jadi mau ketemu Reina?" tanya Salma saat Aisyah baru keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. Sebuah hem putih dipadupadankan dengan celana jeans biru tak ketinggalan tas selempang berwarna hitam. "Iya Bu, sekalian nanti mau ke rumah Zahra," jawab Aisyah sembari berjalan mendekati ibunya yang sedang membereskan piring bekas sarapan Ayahnya. "Ayah sudah berangkat?" sambungnya mengarahkan tatapannya ke arah jam dinding. "Sudah, toko sedang ramai, jadi berangkat lebih awal. Kasihan Joko kewalahan kalau ayahmu datangnya kesiangan," jelas Salma sembari menuangkan nasi goreng buatannya ke dalam piring. "Makasih," uca