Aisyah--guru SD tersebut--begitu terkejut ketika suami dan keluarganya menuduh dia selingkuh. Padahal, justru dia yang menemukan suaminya berselingkuh. Sayangnya, dia tidak punya bukti. Aisyah segera menjadi bahan gunjingan tetangganya dan orang di sekitarnya. Bagaimana nasib Aisyah selanjutnya? Akankah Aisyah dapat menemukan cinta sejatinya?
Voir plus"Dari mana saja kamu, Aisyah?" Suara berat langsung menyambutku begitu aku sampai di ruang tengah rumah mertuaku. "Apa sekolah dasar pulang jam 3 sore?" sambung mas Arka beranjak dari duduknya.
Sebelum aku menjawab, aku menoleh dulu pada kedua mertuaku yang duduk di sofa--tak jauh dari Mas Arka. "Aku disuruh Mama ambil kue di toko roti langganan Mama, Mas."Segera kutaruh sekotak kue yang sejak tadi aku bawa untuk memperlihatkan buktinya.
"Tapi, kata orang toko roti, kamu sudah mengambilnya dari jam satu tadi," sahut mama mertuaku yang langsung membuatku menatapnya bingung. Belum lagi dia kembali berkata dengan nada menuduh, " Terus, kenapa kamu baru sampai rumah jam 3 sore?""Jam satu aku masih mengikuti seminar, Ma," jawabku jujur."Seminar? Seminar ini maksud kamu?" Mas Arka lalu melepar beberapa foto yang langsung berhamburan di lantai."Seminar dengan laki-laki lain di hotel maksud kamu?" sambungnya sambil menatapku jijik.
Aku terkejut. Apa maksudnya? Aku segera merunduk dan mengambil salah satu foto yang berserakan di lantai.Astaga, apa ini? Tanganku sampai bergetar saat melihat foto seorang laki-laki dan perempuan yang wajahnya mirip sekali denganku sedang berpelukan mesra di depan sebuah pintu kamar hotel.
"Apa ini, Mas?" tanyaku bingung."Tidak usah berlagak tidak mengerti! Aku tidak menyangka kamu wanita seperti itu." cibirnya sinis."Sudah, kamu tenang dulu Ka!" Kini, ayah mertuaku menengahi, "Aisyah katakan siapa pria itu? Dan, apa benar kamu ada hubungan dengan pria itu? Kenapa ....""Pa, kenapa masih bertanya? Itu sudah terlihat jelas di fotonya," sela Mama mertuaku memotong ucapan suaminya.Aku tak tahu bagaimana raut wajahku. Yang jelas, aku terkejut. Inikah wajah asli Ibu Mertuaku? Wanita yang terlihat menyayangiku sejak awal kedatangan lima bulan yang lalu, tiba-tiba berubah hanya dengan hitungan jam saja. Bukankah tadi pagi ia masih sangat perhatian dengan membuatkan aku susu hangat untuk sarapan pagi? Mengapa tiba-tiba seperti ini?
"Kenapa kamu diam saja? Mendadak bisu kamu!" sentak Mas Arka tiba-tiba.Aku tercengang dengan perlakuan mereka. Akhirnya, kutarik nafas dalam sebelum menjawab dengan lantang, "Itu bukan aku. Aku juga tidak kenal dengan laki-laki itu."
Sejak kecil, ayah dan ibu selalu mendidikku untuk jadi wanita yang berani dan tegas jika aku benar. Jadi, meskipun tanganku bergetar karena syok, aku tetap mempertahankan didikan kedua orang tuaku.
"Lalu, vdeo ini apa?" Kini, Mas Arka menunjukkan layar ponsel yang memutar sebuah video.Di sana, terlihat aku dan seorang laki-laki duduk satu meja di sebuah kafe.
Aku mengerutkan keningku. Bukankah itu detektif laki-laki yang mama sewa untuk menyelidiki Mas Arka dan kekasihnya? Kata mertuaku itu, ini akan menjadi rahasia kami berdua saja. Mengapa kini ada foto yang ambigu, seperti ini?Tunggu, apa aku sudah ditipu? Spontan, aku menoleh pada mama mertuaku yang sedang menatapku dengan ekspresi sedih. Dia bertindak seolah aku penjahat di sini.
"Ternyata, wajah polos dan pakaian gurumu itu hanya topeng untuk menutupi kebusukanmu," cerca Mas Arka penuh amarah, "Jadi, ini rupa aslimu?"Kutatap Mas Arka dalam, mencoba memberikan penjelasan yang dapat dia mengerti. "Aku tidak mengenal laki-laki itu, Mas. Aku bertemu dengannya karena Mama memintaku untuk menemuinya."Setelahnya, kuremas foto yang ada di tanganku dan menatap Mama mertuaku tajam.
"Kenapa aku harus menyuruhmu menemuinya?" bantah perempuan itu sebelum berkata dengan memelas pada mas Arka, "Mama hanya memintanya untuk mengambil pesanan kue di toko langganan kita, Ka."Aku melongo melihat sikap mama mertuaku ini. Benar-benar tidak menyangka wanita yang aku anggap seperti ibuku sendiri, bisa menusukku dari belakang.Di sisi lain, Mas Arka tampak geram. Dia kemudian membentakku kasar, "Jangan menyalahkan orang lain kamu! Kalau kamu tidak mencintaiku, harusnya dari awal kamu menolak perjodohan kita. Jangan diam-diam selingkuh di belakangku.""Aku berkata jujur," kekehku menolak tuduhan Mas Arka. Selingkuh di belakangku, katanya? Sungguh, hebat sekali Arka ini. Padahal, aku melihatnya bersama seorang wanita di lobi hotel, dua hari yang lalu. Dan, mertuakulah yang menyuruhku bertemu "detektif". Jangan-jangan mereka bersekongkol?"Lalu, siapa wanita yang ada di foto dan video itu? Apa kamu punya saudara kembar?"
Mas Arka mencengkeram pundakku kuat sampai membuatku meringis kesakitan. Dengan kedua tanganku, aku berusaha mendorong lengan kekar Mas Arka sambil berteriak, "Tidak, aku tidak memiliki saudara kembar! Tapi, aku berani bersumpah jika yang ada di foto itu bukan aku."
Namun, tanpa kusangka, Mas Arka malah mendorongku, hingga aku terjatuh terduduk lantai.
"Arka!!!" bentak pria baruh baya yang sejak tadi hanya terduduk lesu di sofa, "jangan kasar sama istri kamu!"
Bahkan, Papa Mertuaku menegur sampai berdiri. Namun, mas Arka seolah tidak peduli. Dia masih saja menatapku marah, bahkan berkata semakin keras, "Mulai saat ini, dia bukan istri Arka lagi Pa. Karena hari ini, aku--Arkana menjatuhkan talak padamu Aisyah. Sejak hari ini, aku menceraikanmu Aisyah binta Jafar Ma'ruf abidin dengan disaksikan oleh kedua orang tuaku."
DUARRR!
Kalimat Mas Arka bak petir disiang bolong yang menyambar tepat di atas kepalaku. Seketika, meruntuhkan cinta tulus yang aku bangun untuknya. Tiba-tiba kepalaku terasa berdenyut nyeri seperti habis dihantam gada besar."Kamu menceraikan aku, Mas?" tanyaku bersamaan dengan lelehan bening merangsek keluar dari kedua mataku."Iya aku menceraikan kamu Aisyah Ainur Ramadhani," ulangnya tegas, "sekarang, bangun dan kemasi pakaianmu! Aku akan mengembalikan kamu pada orang tuamu," ucapnya lalu berbalik berjalan menuju ruang kerjanya meninggalkan aku yang masih terpaku .BRRAAAAK! Tak lama, suara pintu ditutup dengan keras.Kututup mataku untuk meresapi rasa sakit yang mulai menjalar di hati dan dadaku. Nyeri bercampur perih rasanya hatiku saat ini. Aku tidak menyangka jika ketulusan dan kesetiaanku dibalas dengan rasa sakit ini."Bangunlah, bereskan pakaianmu! Kami akan mengantarkanmu pulang." Hanya papa mertuaku masih bersikap baik meski raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.Aku mengngguk pasrah.Kuhela nafas panjang lalu berjalan menuju kamarku. Inikah nasib pernikahanku? Belum genap lima bulan umur pernikahanku, sekarang aku sudah menyandang status baru--seorang janda.
Gegas, aku mengemasi pakaianku dan barang-barang milikku. Tak lupa, kulepaskan cincin pernikahan yang melingkar indah di jari manisku. Lalu, kuletakkan di meja rias--tepat di samping foto pernikahan kami.Kembali kuhela nafas panjang untuk mengurangi rasa sesak yang membuat buliran air mataku kembali menetes. Untuk yang terakhir kalinya, aku menatap setiap sudut ruangan ini untuk kusimpan sebagai kenangan di sudut hatiku.Saat aku sampai di teras, nampak Mas Arka sudah duduk di kursi kemudi mobilnya."Cepat masuklah! Saya dan suami saya tidak bisa mengantarmu," ujar mama mertuaku yang berdiri tidak jauh dariku."Karena perilakumu, suamiku sampai stress dan hampir saja mengalami serangan jantung," tambahnya dengan nada seperti orang asing.
"Kenapa Mama melakukan ini semua?" tanyaku menatap lekat wanita yang berdiri di depanku ini. "Tidak perlu berakting lagi Ma! Mama tahu apa yang aku maksud?" sambungku ketika Mama mengerutkan keningnya berpura-pura bingung."Itu karena kamu melihat Arka dan kekasihnya. Seandainya kamu tidak melihatnya, mungkin kamu bisa selamanya menjadi menantu keluarga kami," ujarnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.Kukepalkan tanganku erat untuk menahan rasa marah dan kecewa yang menjalar di hati dan pikiranku. Seandainya aku tidak bisa berpikir jernih, mungkin tanganku kananku sudah mendarat di pipi mulus mertuaku ini.Ternyata, kebaikannya selama ini hanya topeng untuk menutupi kebusukan puteranya!Kurasa keluar dari rumah besar ini bukan hal yang terlalu buruk.
Aku yakin Tuhan memiliki rencana yang lebih indah untukku. Jadi, aku tidak perlu menyesali keadaan ini. Aku berusaha untuk mencari isi baik dari semua musibah ini.
"Semoga Anda tidak menyesal," lirihku sambil menatap perempuan itu tajam--mungkin untuk yang terakhir kalinya.
🌺🌺🌺Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d
Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu
"Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan
Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah
Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u
Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires