Sudah dua hari Hanum terbaring koma di rumah sakit. Ia sudah melewati masa kritis nya beberapa jam yang lalu. Saga akan di bawa pulang ke rumah oleh Umi Sarah besok pagi sesuai keputusan dokter. Saat ini Salman sedang bermain dengan memegang jemari mungil Saga dengan jari telunjuknya. "Doakan Bunda mu ya Nak biar cepat sadar dan bisa memeluk Saga setiap hari. Jika Papi pulang ke Jakarta, Saga yang menemani Bundamu di rumah! InsyaAllah Papi nanti akan sering-sering datang ke sini mengunjungi kalian berdua! Maafkan Papi yang belum bisa mempertemukan Saga dengan Opa! " ucap Salman berbicara pada bayi nya yang masih merah itu. Karena Hanum koma, maka Saga meminum susu formula dengan kualitas yang terbaik di berikan Salman agar bisa tumbuh dan berkembang seperti bayi-bayi lainnya. Saat ini Salman berada di ruang bayi untuk bermain bersama sang anak selagi Ibu mertuanya berada di kamar Hanum karena sedang membersihkan tubuh Hanum. "Bangun lah Nak! Buka matamu..! Apa kau tidak ingin mel
Sehari sebelum kembali ke Jakarta, Salman nekat berbicara dengan ibu mertuanya tentang keinginannya membawa Saga bersama nya. Saat ini Salman sedang duduk ruang tamu rumah Hanum yang ia beli di kota S. Ia duduk berhadapan dengan ibu mertuanya yang sedang memangku sang cucu Saga dengan penuh kasih sayang. "Umi, sebenarnya ada hal penting yang ingin Salman katakan sama Umi! Maaf jika keinginan Salman membuat hati Umi sedih! " ucap Salman sedikit agak ragu untuk mengutarakan niatnya ini. Melihat keraguan di wajah sang menantu, Umi Sarah perlahan meletakkan Saga di bouncer nya agar tidak keganggu. "Katakan saja Nak, jangan ragu! InsyaAllah Umi tidak akan marah dan akan mencoba mengerti! " sahut Umi Sarah dengan lembut. Salman menghela napasnya dalam-dalam sebelum membuka mulut nya untuk bicara. "Salman di harus kan kembali ke Jakarta Umi karena perusahaan Salman membutuhkan Salman di sana! Kalau Umi mengizinkan, Salman ingin membawa Saga ikut salman ke Jakarta karena Salman tidak bi
Hari yang di tentukan telah tiba, Umi Sarah memeluk erat tubuh Saga dalam gendongan nya sebelum Saga pergi ikut ayahnya. Umi Sarah mencium lembut pipi bayi yang berusia 10 hari itu dengan penuh cinta dan terasa berat untuk melepaskan nya. Salman memutuskan pulang dengan menggunakan pesawat untuk kenyamanan sang anak. Lagipula dengan menggunakan pesawat jarak tempuh nya lumayan singkat dari pada pulang naik kendaraan darat. "Baik-baik ya Nak di sana sama ayah! Do'akan Bunda kamu agar cepat sadar dan bisa berkumpul lagi dengan Saga! Eyang akan selalu mendoakan Saga dan merawat Bunda Saga hingga beliau sadar dan sembuh seperti sedia kala! " bisik Umi Sarah lembut di telinga Saga. Umi Sarah menyerahkan Saga ke pangkuan sang ayah dengan berat hati. Salman menerima anaknya dan menciumnya sesaat sebelum Saga di letakkan di stroller nya. Bayi yang baru berusia seminggu itu tetap tertidur lelap tanpa menghiraukan suara hiruk-pikuk bandara. "Umi titip Saga ya Nak! Selalu kirimkan setiap pe
Dua tahun kemudian... "Saga...! Jangan lari-lari Nak! Ayo pakai bajunya dulu! " pekik Yasmine sambil berlari mengejar Saga yang lari-lari sambil tertawa saat akan dipakaikan baju oleh Mami nya. Opa Sultan yang baru keluar dari kamarnya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah cucunya yang semakin aktif semenjak bisa berjalan dan berlari. Hingga terkadang Yasmine sampai kewalahan mengimbangi tingkahnya yang terkadang membuat jantung copot. Saga makin tertawa melihat Yasmine mengejarnya karena mengira Yasmine mengajaknya bermain. "Ayo ain Ami! " teriak Saga yang belum terlalu lancar bicara. "Pakai bajunya dulu Nak, baru kita main! Mami akan bawa Saga main di taman! Di sana nanti banyak teman-teman seusia Saga! Ayo pakai bajunya dulu biar tambah ganteng anak Mami! " bujuk Yasmine dengan iming-iming main di taman depan komplek. Mendengar ajakan main di taman membuat langkah kecil Saga terhenti. "Ain di aman? " tanya pada sang Mami. "Iya main di taman Nak! Saga mau kan? Ayo pakai
Salman diam mematung saat mendengar suara Papa nya yang menanyakan siapa Saga sebenarnya. Matanya celingak celinguk mencari keberadaan seseorang yang membuat jantung nya berdetak tidak normal. "Yasmine sedang pergi ke toko kue bersama Saga! Jelaskan dengan jujur siapa Saga itu! Bagaimana bisa anak itu mempunyai tanda lahir yang sama dengan ku, kau dan Syahdan? Apa benar ia anak yang kamu adopsi dua tahun lalu atau jangan-jangan ia anakmu dengan perempuan lain! Ingat Salman, hanya keturunan Hidayatullah lah yang mempunyai tanda lahir di tempat yang sama! " ucap Tuan Sultan dengan ucapan yang begitu menohok di hati Salman. "Pa....! " desis Salman dengan lirih sembari menatap wajah tua Papanya dengan sendu. Tuan Sultan yang tau arti tatapan sendu Putra nya seketika shock dan langsung terduduk di sofa dengan tubuh lemas. "Ba-bagaimana bisa kau melakukan hal ini pada Yasmine, Salman! Kau sudah menyakiti perempuan malang itu dengan memiliki anak dari perempuan lain! Papa benar-benar tid
Tuan Sultan dan Salman menoleh ke asal suara. Mereka kompak menghela napas lega saat melihat siapa yang ikutan nimbrung pembicaraan mereka. "Adan? Kapan kamu pulang? Kenapa sih susah banget ngasih tau dimana dan apa yang kamu lakukan selama semingguan ini? " cerca Tuan Sultan panjang lebar pada putra bungsunya itu. "Come on Pa...! Pertanyaan Papa seperti rentetan kereta api tau gak! Pertanyaan aku aja gak kalian jawab, Papa malah ngajuin lagi banyak pertanyaan! " sungut Syahdan dengan muka cemberut. Ia dengan santainya menghempaskan bokongnya di sofa dengan nyaman. "Bang, apa maksud perkataan Papa tadi? Siapa yang menikah lagi? Abang apa Papa? " tanya Adan lagi kepo. Salman menarik napas pelan sebelum membuka mulutnya untuk bicara. "Pernikahan kedua Abang! Saga adalah anak kandung Abang dari pernikahan kedua Abang! " ucap Salman jujur. Ia kembali menceritakan awal mula pernikahannya dengan Hanum ibu kandung Saga hingga Saga ia bawa ke Jakarta tanpa terlewati seperti perkataan n
Setelah membayar belanjaannya, Yasmine langsung membawa pulang Saga dari toko kue tersebut. Sepasang mata memperhatikan kepergian Yasmine dan bocah gembul tersebut dengan pandangan sendu dan tanpa sadar air bening sudah mengalir deras di pipi nya. "Sabar Nak, Umi yakin suatu hari nanti kau akan leluasa bertemu dan memeluk anakmu! Cucu Umi tumbuh menjadi anak yang pintar, sehat dan menggemaskan! " tegur seorang wanita paruh baya dengan menyentuh bahu wanita cantik yang menangis. "Umi...! " bisik Hanum dengan lirih. Yah, perempuan yang membantu Saga saat terjatuh tadi ialah Hanum. Ia yang sedang mengecek perkembangan toko kuenya secara tidak sengaja melihat putra yang ia lahir kan bermain di sekitar toko kuenya. Hatinya berontak ingin memeluk dan menciumi wajah menggemaskan putranya itu, tapi sekuat tenaga ia tahan karena tidak ingin membuat putra nya menangis ketakutan. "Hanum bahagia Saga di rawat dan di asuh perempuan sebaik Mbak Yasmine Umi, tapi apakah kasih sayang Mbak Yasmin
Syahdan menaikkan sebelah alisnya melihat sang Abang agak gugup mengatakan sesuatu kepada istrinya. "Kali ini Abang beneran jujur gak ya tentang Saga dan istri keduanya pada Mbak Yasmine? " ucap Syahdan sedikit ragu dalam hatinya. Ia melihat dengan seksama sepasang suami-istri yang sedang berpandangan di depannya seperti sedang melihat sebuah drama rumah tangga yang secara nyata. "Papi mau ngomongin apa? Kok gugup dan gelisah gitu? Apakah ini ada hubungannya dengan Saga dan orang tua kandungnya? " tanya Yasmine dengan kening berkerut melihat suaminya yang hendak berkata tiba-tiba saja terhenti. "Mi..! Tolong dengarkan cerita Papi ini dengan seksama! Jangan bertanya atau berkomentar sampai Papi selesai bercerita! Sejujurnya dari dalam lubuk hati Papi tidak pernah sedikitpun Papi berkeinginan untuk melakukan semua ini! Ini murni di luar kemampuan Papi sebagai manusia biasa! " sahut Salman sambil menormalkan detak jantung nya. "Aduh Pi, mau ngomong apa sih sebenernya! Langsung ke po