Share

Bab 2 : Tradisi aneh yang tidak masuk akal

Salman yang sedang merapikan kotak mini p3k nya mengeryitkan keningnya melihat pemilik penginapan dan istrinya menatapnya dengan tatapan yang aneh.

"Kenapa Pak? Saya dengar tadi ada bunyi orang teriak-teriak! " ucap Rama mendekati Salman sambil mengelap jigongnya siapa tau masih ada, kan malu di lihat banyak orang kalau ia baru bangun tidur.

"Entahlah, saya juga tidak mengerti! Mereka sangat heboh ketika saya bilang kalau saya menyelamatkan anak kambing yang luka kakinya terperosok di dalam selokan sana. " jawab Salman dengan wajah bingung.

Salman melihat jika Ibu-ibu yang menanyainya tadi di dekati pasutri pemilik penginapan dan mereka berbicara dengan serius. Entah apa yang mereka bicarakan sehingga salah satu Ibu-ibu yang berteriak tadi pergi dengan tergesa-gesa.

Pemilik penginapan dan Ibu-ibu itu mendekati nya, dan Salman tiba-tiba merasa tidak nyaman dengan tatapan mata mereka padanya.

"Maaf Mas, apa benar Mas yang menemukan dan menggendong anak kambing ini sampai kemari? " tanya Bapak pemilik penginapan dengan ramah.

"Iya Pak, benar! Memangnya ada apa ya? Kok kelihatan nya saya seperti melakukan hal yang salah dengan menyelamatkan anak kambing yang terluka di selokan. " jawab Salman dengan aura yang mengintimidasi.

Bapak pemilik penginapan terkejut mendengar jawaban Salman dengan aura yang tidak enak. Ia menelan ludahnya ketika tanpa sengaja bertatapan dengan Salman yang masih dengan tatapan tajamnya.

"Bu-bukan nya begitu, hanya saja yang Mas lakukan adalah hal yang serius di kampung kami ini. " ucapnya dengan tangan yang gemetar.

Salman menghela nafasnya dengan kasar sambil melepaskan anak kambing yang ia obati tadi.

"Memangnya hal serius apa Pak? Saya semakin tidak mengerti! " tanya Salman datar.

"Ng-nganu.. Itu loh! Aduh... Kenapa jadi susah begini mau jelasinnya. " ucap Bapak pemilik penginapan dengan ragu-ragu.

"Rama, tolong hubungi Satrio untuk membawa ban serap untuk mengganti ban yang satunya lagi. Kalau bisa secepatnya ia datang kesini! " perintah Salman kepada Rama yang sedang ngemil pisang goreng yang Salman beli tadi sebelum joging.

"Pak, kalau Bapak susah jelasinnya, biar ibuk saja yang jelasin. Kasihan tuh si Hanum yang berdiri di luar pagar sana! " ucap istri pemilik penginapan.

"Astaghfirullah Hanum! Saya hampir lupa kalau ke sini dengan anak saya! " ucap Umi Sarah dengan melongok ke arah luar.

"Hanum, Sini nak! Jangan berdiri di sana! " panggil Umi Sarah dengan lembut.

Hanum yang setengah melamun sedikit tersentak dengan panggilan uminya. Ia pun masuk ke pekarangan penginapan dengan langkah yang takut-takut dan menundukkan kepalanya. Ia duduk sengaja di belakang Umi nya untuk menyembunyikan diri nya dari tatapan mata orang-orang.

"Maaf sekali lagi Mas, sebenarnya kampung kami ini memiliki tradisi turun temurun bagi seorang wanita yang masih lajang di atas usia 20 tahun. Apabila seorang gadis perawan yang berusia 20 tahun belum juga menikah, para tetua kampung memberikan seekor anak kambing untuk di pelihara sampai ia bertemu jodohnya, jika anak kambing tersebut sengaja atau tidak sengaja lepas, dan di temukan atau di gendong seorang laki-laki, maka laki-laki yang menemukan anak kambing tersebut adalah jodoh gadis yang punya kambing tersebut. Laki-laki itu harus menikah dengan pemilik kambing, jika laki-laki itu tidak mau, maka sang gadis akan di gunduli rambutnya sampai habis di lapangan di hadapan khalayak ramai. "ucap istri pemilik penginapan dengan panjang lebar.

" Apa??? "teriak Salman dan Rama berbarengan.

" Gila! Ini benar-benar gila! Tradisi macam apa itu? "ucap Salman dengan tidak percaya.

Belum selesai Salman terkata lebih lanjut, tiba-tiba datang Ibu-ibu yang satunya lagi dengan beberapa orang laki-laki dan perempuan yang sudah agak berumur, terlihat dari rambutnya yang sudah sebagian memutih.

" Jadi Sampean yang akan menikah dengan Hanum? "tuding seorang pria paruh baya yang memakai blankon di kepalanya tanpa bertanya terlebih dahulu.

" Apa maksud Anda berbicara seperti itu kepada saya?"ucap Salman dengan tajam karena ia sedikit tersinggung dengan tudingan pria paruh baya itu padanya.

"Sabar Pak, sabar.. Istighfar.. " ucap Rama dengan berbisik pada Salman.

"Harap semua nya tenang dulu, kita bicarakan semua ini dengan kepala dingin. Jangan dengan emosi! Mari Mas! " ucap seseorang lagi yang memakai peci hitam dengan tenang.

"Kenapa kalian mengajak saya? Saya bukan orang kampung sini! Saya menginap juga terpaksa, kalau saja mobil saya tidak bocor ban, saya tidak akan menginap di kampung ini. Jadi jangan libatkan saya dengan utusan kalian! " jawab Salman dengan tegas sambil berdiri hendak berjalan ke arah kamar ia menginap.

"Tapi semua ini juga menyangkut sampean sendiri Mas! " ucap pria tadi dengan tenang.

"Apa maksud kamu! " jawab Salman tajam sambil membalikkan diri.

"Sampean harus menikahi Hanum! Karena sampean yang menemukan dan menggendong langsung anak kambing nya Hanum. Itu sudah keputusan tetua kampung ini! " titah seorang pria yang rambutnya sudah sebagian memutih.

"Apa?? Menikahi seorang gadis yang tidak saya kenal? Saya tidak akan menikahinya! Itu keputusan saya! " jawab Salman dengan tegas dan keras.

"Anda tidak bisa menolak Mas, karena siapapun yang menemukan anak kambing yang di miliki seorang gadis, maka mereka harus menikah. Karena kalau tidak, Hanum akan di gunduli di depan orang banyak sehabis dzuhur. " teriak pria yang pakai peci dengan keras.

"Saya tidak peduli, Saya tidak akan menikahinya. Saya sudah mempunyai seorang istri dan saya tidak akan menikah dua kali, apalagi dengan di paksa seperti ini.! " jawab Salman dengan geram.

"Parto! Kata kamu dia masih lajang? " ucap pria yang berambut putih pada pemilik penginapan.

"Beneran aki?Soalnya di KTP nya masih single! " jawab pemilik penginapan dengan yakin.

"Maaf Bapak-bapak semuanya! Seperti nya ada kesalahpahaman di sini! Memang benar di KTP yang di berikan sewaktu menyewa penginapan ini bahwa status lajang. Tapi itu bukan punya Bapak ini, tapi punya saya sendiri, karena di KTP itu tercantum nama saya Rama. " ucap Rama menjelaskan.

"Astaghfirullah nak! Pria yang menemukan anak kambing mu adalah pria beristri. " ucap Umi Sarah dengan mata berkaca-kaca.

Para lelaki itu berbicara dengan pelan seperti mendiskusikan sesuatu. Salman tidak peduli, ia dan Rama kembali ke kamar mereka sambil mengemasi barang-barang mereka, karena Satrio akan sampai sejam lagi di kampung ini.

Sedangkan Hanum menangis tanpa suara mendengar nasib nya yang akan di gunduli di hadapan orang banyak. Ia menangis meratapi kemalangan nya karena semua orang akan melihat auratnya yang selama ini ia tutupi. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti, ia tidak peduli dengan jodohnya, tapi ia peduli dengan harga dirinya. Hanum mengepal tangannya dengan erat menahan gejolak emosi di dadanya dengan tradisi kampung yang gila dan tidak menghormati seorang wanita.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status