Mengerjap-ngerjap Marco membuka mata yang ia rasakan sekarang sama seperti sebelumnya ia berpikir truck sampah yang ia tiduri tetap diam. Sekelilingnya terlihat gelap tangannya meraba-raba sekitar kemudian punggungnya mulai bangkit bersiap untuk berdiri.
“Jangan-jangan Leo pulang deluan, ahh sial kira-kira sudah jam berapa sekarang.” Marco
menebak-nebak keberadaan Leo dan waktu.
Segera ia melompat keluar dan sungguh pemandangan yang sangat luar biasa gedung-gedung pencakar lair berdiri kokoh, kendaraan bermotor saling susul menyusul, orang-orang yang berpakaian modis layaknya burjois ada dimana-mana, dan toko-toko yang menyediakan berbagai macam kebutuhan berbaris di pinggir jalan. Langkah kaki Marco mundur kebelakang kembali lagi ke dalan truck sampah yang kosong itu kemudian membaringkan tubuhnya lalu menutup mata.
“Ini pasti cuma mimpi, ayolah Leo di mana kau cepat bangunkan aku.”
Suara kendaraan dan langkah kaki memenuhi telinga Marco keyakinannya mulai berubah ketika ia menampar pipinya. Tanpa rasa ragu ia pun melompat keluar dari truck sehingga menarik perhatian semua orang yang ada disana. Kebiasaan Marco yang selalu percaya diri tanpa ragu melambai-lambaikan tangannya meminta seseorang datang menghampirinya. Sorot mata yang tadinya keheranan mulai berubah menjadi lebih sinis orang-orang yang melihatnya berpikir bahwa ia sudah tidak waras mulai dari wajahnya yang sangar, model rambutnya yang aneh, dan juga pakaiannya yang khas berandalan itu.
Diantara orang-orang yang berdiri disana terlihat seorang gadis berambut panjang kulitnya putih bersih dan matanya sangat indah ia mengenakan seragam sekolah Royal Highscool. Pandangan wanita itu selalu mengarah kebawah sifatnya yang pemalu membuatnya sulit untuk bersosialisasi, karena penasaran ia mengangkat sedikit kepalanya sambil mencuri-curi pandang kea rah Marco. Beberapa saat setelah ia melakukannya Marco memergokinya kemudian wanita itu kembali menunduk, karena terlanjur penasaran wanita itu meliriknya lagi sambil melotot Marco yang sejak dari tadi menunggu tatapan itu kemudian tersenyum kearahnya sambil melambai-lambaikan tangan. Wanita menjadi takut dan memutuskan untuk pergi dari tempat itu sambil menunduk agar wajahnya yang terlihat malu tidak di lihat oleh Marco.
Tiba-tiba dari belakang tubuh wanita itu terdengar suara sepatu yang mengikutinya dan
Set.
langkah wanita itu terhenti setelah Marco menarik tangannya dari belakang seketika ia tersentak ketika jemarinya yang lembut itu disentuh oleh seorang pria yang tidak dikenal. Tangan kekar Marco melayang kemudian mendarat dengan mulus di atas bahu wanita itu. Tangan Marco bergerak cepat memutar tubuh wanita itu dan pada akhirnya mereka saling berhadapan.
“Waw inikah yang dinamakan wanita cantik.” Marco terperanga
Wanita itu sontak terkejut dan menyerngitkan dahi perasaannya sangat takut dan berniat untuk berteriak meminta tolong, namun sayang mulutnya tercekat saat ia hendak melakukannya. Marco terus memandang wajah wanita itu yang sejak dari tadi tertunduk malu. Marco kemudian menarik napas pelan sedangkan wanita cantik itu mengangkat kepala dan akhirnya pandangan mereka bertemu. Wanita itu tidak terlalu kecewa karena wajah Marco cukup tampan untuk di pandang. Setelah beberapa detik mereka saling terpana tiba-tiba saja Marco melepaskan tangannya yang sejak dari tadi menempel di atas pundak wanita itu akhirnya menarik tangan lembut wanita itu dan berkata
“Maukah kau…”
Wanita itu tidak mampu berkata-kata lagi jantungnya berdegub cepat dengan napas yang terengah-engah ia menebak bahwa lelaki itu pasti akan mengutarakan perasaannya. Dalam hati Marco aku tidak akan mensia-siakan kesempatan ini dan ia pun melanjutkan perkataannya. Raut wajah wanita itu sangat serius menunggu apa yang ingin Marco katakan. Wanita itu menjawab.
“Tidakkkkk aku belum siap.”
“Hehhh?” Marco terlihat bigung.
“Hehh?” Wanita itu ikut kebingungan.
“Yang ingin aku katakana adalah maukah kau memberi tahuku dimana aku sekaranggg!” Marco melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.
“Hahhhh?” Wanita itu terkejut.
Akibat tekanan batin ia rasakan wanita itupun menjadi shock hingga membuatnya hilang keseimbangan. Marco dengan gesit menangkap tubuh wanita itu sebelum ia terjatuh lalu menggendongnya ke tempat duduk di pinggir jalan kemudian mendudukkannya dengan baik dan menuntunnya menarik napas pelan agar ia merasa sedikit lebih rileks.
“Tarik napas, tahan, lalu hembuskan. Ya lakukan itu terus sampai keadaanmu membaik.”
Setelah wanita itu stabil dengan polosnya Marco memperkenalkan dirinya.
“Namaku adalah Marco dan impianku adalah menjadi siswa yang terkuat di sekolahku hehe.”
Dengan serius wanita itu mendengarkannya kemudian ia ingin melepaskan seribu tanya dalam kepalanya mulai dari tempat tinggalnya, penampilannya, sikapnya, dan lain-lain. Kalimat wanita itu meracau karena gugup, kata yang berhasil keluar dari mulutnya hanyalah
“A-aaa-aku.” Wanita itu gemetar.
“Iya?” Marco memasang telinya baik-baik.
Deru napas wanita itu tidak beraturan melihat wajah Marco yang terlihat serius menanti ucapannya. Tangannya meremas seragam yang ia gunakan berusaha untuk menguatkan dirinya yang senantiasa gugup di depan orang-orang, sifatnya yang pemalu membuatnya sulit bersosialisai sehingga ia tidak memiliki banyak teman di sekolahnya.
“Tidak usah kau paksakan” Kata Marco
Mata wanita itu terlihat basah terlihat beberapa kali ia agar matanya agar tidak meluncur dlembut dipipinya. Marco yang menyaksikan itu merasa kasihan kepadanya. Selembar sapu tangan berwarna putih bercorak coklat alami kerena terlalu sering digunakan untuk mengusap wajah berminyak Marco. Sebelum air mata itu meluncur sapu tangan Marco lebih dulu menahan pergerakannya.
“Hey, kau jangan bersedih nanti-”
“Nanti?” Wanita itu seakan bersiap-siap menerima gombal murahan dari Marco
“Nanti aku dapat masalah.” Jawab Marco.
“Hah?” Wanita itu mulai bigung.
“Nanti orang-orang akan menuduhku melakukan hal yang tidak-tidak kepadamu.” Tegasnya.
“Hahaha.” Wanita itu tertawa.
“Apanya yang lucu hah?” Tanya Marco.
“Tidak apa-apa.” Wanita itu mulai membaik.
“Syukurlah.” Marco merasa lega
“Ohiya aku hampir lupa.” Lanjutnya
Mendengar itu ia bersiap menebak bahwa Marco akan menanyakan namanya dan bersiap untuk menjawabnya.
“Aku Ce-“
“Maukah kau memberitahuku dimana aku sekarangggggg!” Marco melanjutkan pertanyaan sebelumnya.
“Hahhh?” Wanita itu super-super bigung.
Tidak ingin larut dalam kebingungan, wanita itu meluruskan tubuhnya dan mulai berdiri tangannya mulai menarik ransel sekolahnya kemudian melangkah maju sambil menundukkan wajahnya yang malu itu kemudian pamit.
“Maaf, saya permisi dulu.” Wanita itu mulai menjauh dari Marco.
“Hey tunggu dulu.” Marco berusaha menghentikan wanita itu dengan menarik lengannya.
“Lepaskan!” Wanita itu menepis tangan lelaki misterius itu.
Kakinya bergerak cepat secara bergantian meninggalkan Marco sendirian disana ia berharap untuk tidak bertemu lagi dengannya. Marco mulai panik memikirkan nasib buruk yang menimpanya. Ia hanya berputar-putar disana dan berusaha menghentikan pejalan kaki yang lewat untuk di mintai tolong namun sayang tidak ada yang menghiraukannya sama sekali.
“Aku pulang.” Wanita itu pulang kerumahnya
“Putriku yang cantik sudah pulang ternyata.” Ibunya menyambut kedatangannya.
“Aku masuk ke kamar dulu ya Ma” Izinnya.
Tangannya yang putih dan lembut itu menarik gagang pintu kamar bersiap untuk memasukinya. Sebelum kaki kanannya melangkah masuk tiba-tiba saja baying-bayang lelaki misterius itu memenuhi kepalanya. Dadanya terasa sesak setelah memikirkan kondisi lelaki misterius itu. Suara pintu tertutup terdengar keras sampai ke dapur.
PRAKK!
Ibunya yang mendengar suara keras itu segera meletakkan sudip yang ia gunakan untuk menggoreng ikan kemudian melangkah keluar dari untuk memastikan.
“Ada apa sayang?” Ibunya betanya.
“Aku melupakan sesuatu Ma di sekolah.” Jawabnya.
“Ohh iya kalau begitu kamu ganti baju dulu dan kembali kesana.” Ibunya menyarankan.
“Maaf Ma aku harus kesana sekarang.” Wanita itu membantah.
“Hey hey dengarkan Ibu sayang.” Ibunya melambai-lambaikan tangan berniat untuk menghentikan kepergian putrinya.
Kaki wanita itu terhenti dan kembali menuju kamarnya.
“Baik Ma.” Wanita itu berubah pikiran dan segera mengganti seragam sekolahnya.
“Nahh gitu dong sayang hehe.” Ibunya terkekeh.
Sweater berwarna pink menutupi tubuh wanita itu sepaket dengan celana trening hitam putih yang menutupi bagian bawahnya.
“Aku berangkat Ma.” Wanita itu pamit meninggalkan rumah.
Wajahnya terlihat memerah karena lelah setelah berlari menyusuri langkah yang ia lalui tadi. Kakinya mulai terasa pegal ia memegangnya sambil memijat-mijat area itu, tidak ingin membuang-buang waktu ia pun kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat dimana lelaki misterius itu berada.
Perasaan Marco ayal mulai cemas kakinya bergetar ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dadanya mulai panas serasa ingin meluapkan emosi yang terkurung sejak tadi karena terus diabaikan oleh orang-orang ia mintai bantuan. Sekian lama Marco merasa pusing sambil mengacak-acak rambut di atas kepalanya ia pun meninju truck sampah yang telah membawanya ke tempat anta baranta ini.
ARGHHH!
ini. Tangan Marco berdarah tetapi ia tidak menghiraukannya sakit seperti ini sudah biasa dirasakannya, sapu tangan putih keluar dari sakunya kemudian ia mengusap lukanya agar tidak pendarahan. Marco mulai pasrah dan kembali menaiki truck sampai itu ia pun tertidur lagi didalamnya.
Wanita itu akhirnya tiba di tempat lelaki misterius tadi karena kelelahan ia pun menyeka peluh yang mengucur di dahinya. Ia pun sontak terkejut ketika lelaki misterius itu tidak ada disana, perasaannya tercampur aduk setelah mengetahui bahwa ia tidak akan bertemu lagi dengan Marco. Wanita itu menarik napas panjang kemudian meneriakkan nama seseorang yaitu Marco.
“Marcoooooooo, Marcoooooo, Marcoooooo.” Wanita itu menjerit sambil menangis. Ini kali pertama ia melawan rasa takut dan malunya sekuat ini.
To be continued…
Marco meletakkan kepala Leo di lantai secara perlahan-lahan ketita sudah menyentuh lantai Marco pun hendak berdiri di saat lutut kanannya sudah lurus tiba-tiba terdengar suara tawa.“Hahahaha.” Leo terbangun dari acting pingsannya dan menertawai Marco dengan sangat keras.Marco yang sudah menangis bombay karena khawatir dengan kondisi Leo membuka mulutnya tidak percaya sambil mengelap air matanya yang sempat keluar tadi.“Bagaimana acting pingsan ku bagus kan? Hahahah.” Leo menertawai Marco yang berhasil ia kerjai.Marco masih tidak percaya kalau dia sebenarnya sedang di bohongi oleh Leo tangannya pun menunjukkan letak Leo duduk tadi di atas kursi kemudian menunjuk ke lantai di mana Leo tadi terjatuh dengan sangat nyata.“Syukurlah itu kalau itu semua hanyalah kejahilanmu.” Marco sama sekali tidak dendam bahkan ia mengulurkan tangan kanannya kepada Leo untuk bangun.“Aku tadi kesal ketika kau mengage
“Sebagai seorang brandalan kita harus berani maka dari itu aku memberanikan diri untuk menceritakan masalahku kepada kalian semua. Pada awalnya Leo juga tidak tahu apa-apa sama seperti kalian tapi sekarang semuanya pasti akan mengetahuinya. Sebenarnya aku sedang punya masalah besar yang melibatkan keberlangsungan hidupku.” Ujar Leo.Marco berhenti sejenak di antara teman-temannya tidak ada yang menyela cerita yang di bawakan oleh ketua mereka. Hati Marco terasa berat untuk menceritakan kelanjutannya. Dengan penuh perhatian Chucky menyuh Marco untuk berhenti.“Cukup Marco.” Chucky berdiri.“Tidak apa-apa aku bisa melanjutkannya jadi duduklah sebelum aku menendangmu keluar.” Marco merasa bahwa dirinya kuat untuk menceritakan masalahnya.“Baiklah.” Chucky kembali duduk dengan wajah ketakutan.“Sebenarnya aku punya masalah di tempat kerja.” Marco terus terang kepada teman-temannya.Tema
Orang yang ia tabrak itu adalah Alan. Saking terkejutnya sampai-sampai wajah Freya pucat bagaimana tidak orang yang barusan ia bicarakan bersama Chika tiba-tiba saja muncul di hadapannya dengan cepat ia kembali menunduk supaya Alan tidak keburu mengenalinya.“Kenapa kamu menunduk.” Alan berusaha melihat wajah wanita itu dari bawah.DUG…DUG…DUG…Jantung Freya berdetak kencang ia deg-degan bukan karena jatuh cinta melainkan karena ia takut apabila Alan mengenalinya. Dalam hati Freya mengatakan. “Gawat.” Sambil menggigit bibirnya.ALAN.Tiba-tiba saja di sisi lain tempat itu Chika memanggil nama Alan ia memang berniat untuk menyelamatkan Freya yang terjebak. Alan yang mendengar namanya di panggil seketika langsung clingak-clinguk memcarinya. Momentum emas itu di manfaatkan oleh Freya untuk lari ia sempat menoleh ke belakang dan di lihatnya Chika mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jempul sebagai
Cecil kembali tersenyum lalu mengangguk seperti seperti sebelumnya. Nampaknya ia hanya mengetes Freya apakah anak itu benar-benar serius ingin mengajaknya.“Kau duduk dulu yah aku akan segera kembali.” Cecil meninggalkan Freya di ruang tamu sendirian sedangkan ia berlari masuk ke dalam kamarnya.Setelah Freya menunggu selama kurang lebih sepuluh menit akhirnya Cecil keluar dari kamarnya. Sekarang ia sudah rapi mulai dari baju sampai gaya rambut semuanya telah ia ganti.“Baiklah kalau begitu ayo kita menggaet cowok.” Freya sangat bersemangat.“Ehh?” Cecil merasa ada yang aneh dari kalimat Freya barusan.“Upss maaf maksudku mari kita jalan-jalan di mall hehehe.” Freya memperbaiki kesalahan dalam kalimatnya sambil cengengesan.Ibu Cecil akhirnya keluar dari dapur ia menyertai putri dan juga temannya sebelum berangkat.“Kalian sudah mau berangkat?” Tanya Ibu Cecil dengan ra
Di dalam kamar yang gelap Marco merenung. Matanya menatap langit-langit ruangan, fikirannya terbang kesana kemari. Sebenarnya Marco ingin meminta bantuan Leo dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya sekarang tetapi lagi-lagi ia memikirkan wanita yang di temui di kota Avesta. Marco pernah berjanji kepada wanita itu kalau ia akan menjadi kuat suatu saat nanti, maka dari itu Marco berfikir kalau dirinya harus berhenti meminta tolong kepada orang lain. Bagaimana mungkin ia bisa melindungi wanita yang di cintainya itu kalau dirinya saja tidak bisa ia lindungi dari berbagai macam masalah sehingga mengharuskannya untuk meminta tolong kepada orang lain sampai keenakan dan tidak lagi mengandalkan dirinya sendiri. Marco sangat dilema memikirkan ego yang terlalu mengekangnya.Marco pun memejamkan mata ia berniat untuk tidur agar ia dapat melupakan masalahnya sejenak. Pecuma saja otak dan perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Otak yang selalu memikirkan masalah yang ia hadapi sekara
Marco menunggu pertanyaan Leo sambil menilikkan kepalanya.“Besok pagi saja, aku ngantuk hoamz.”Keesokan harinya mereka berdua berangkat ke sekolah di tengah perjalanan tita-tiba Marco mengingat kalau Leo ingin menayakan sesuatu tadi malam.“Kau ingin menanyakan apa tadi malam?” Marco melihat ke arah Leo.“Maksudmu?” Leo melupakan pertanyaannya tadi malam.“Ya sudah.” Marco tidak lagi membahasnya.Kedua orang itu telah sampai di sekolah. Marco dan Leo terlihat bingung ketika melihat sejumlah orang berkumpul di tengah lapangan sekolah. Seorang pria berdiri dengan pakaian rapi di tengah-tengah mereka. Marco dan Leo masih berdiri di tempat sambil melihat orang-orang yang berkerumun di tempat itu.Di samping Marco terdapat seorang siswa yang lewat, tanpa ragu Marco menarik lengan orang yang tidak di kenalnya itu.“Apa maksudmu hah?” Orang yang di tarik itu merasa keberata
“Wah wah wah.” Paman bongsor yang melihat Marco baru datang kerja geleng-geleng.Marco yang datang bersama Leo hanya bisa menunduk ia tahu bahwa selama ini ia sering bolos kerja. Leo berniat untuk membela temannya itu tetapi melihat keadaannya sekarang. Dengan ramah paman bongsor itu mengajak Marco duduk bersama, sepertinya ia akan membahas sesuatu yang penting.“Silahkan duduk.” Paman bongsor itu mempersilahakan Marco untuk duduk.“Oh iya.” Marco pun duduk bersama dengan paman bongsor itu.“Mengapa kau masih di sini? Cepat pergi sana lanjutkan pekerjaanmu.” Paman bongsor itu mengusir Leo yang tadinya berdiri di samping Marco.Leo pun pergi dari tempat itu sambil mengenakan kaos tangan kerjanya, dari kejauhan ia melihat mereka berdua berbincang-bincang dengan serius.“Ayo silahkan di makan.” Paman bongsor itu menyuruh Marco untuk memakan kue yang ia sediakan di atas meja.Mar
Plak…Plak…Plak…Terdengar suara tepuk tangan pelan sedang berjalan menghampiri mereka. Terlihat seseorang yang tidak asing lagi di ingatan mereka yang ada di kelas 1-3. Belum melihatnya saja Dory sudah tahu hanya dari bunyi tepuk-tangannya ia bisa langsung menebak kalau dia adalah Roger.Lagi dan lagi Roger mengusik kehidupan Marco dan Leo, wajar saja Roger melakukan hal itu karena mereka berdua telah di anggap sebagai antek-antek yang nantinya akan berusaha menggulingkan tahta Marduk. Roger sudah menduga kalau Rico dan Dory akan melakukan hal yang sangat hina di mana mereka akan menjilat ke kubu Marco.“Wah wah wah kalian berdua telah menemukan rumah baru yah?” Roger menyinggung Rico dan Dory.Teman-teman Marco mulai percaya dengan Dory, tidak ada yang berani menanggapi perkataan Roger semuanya kelihatan takut. Hanya ada satu orang yang berani yaitu Marco.“Oiii Roger lama tidak berjumpa.” Marco menyapa
Tangan Marco bergerak-gerak matanya mengerjap-ngerjap.“Aku ada di mana?” Marco berbicara dengan dirinya sendiri ia membuka mata sambil memegangi kepalanya.“Kau ada di ruang UKS sekarang.” Terdengar suara yang ia kenal ada di sampingnya ternyata itu suara Leo.Marco dengan spontan memutar kepalanya untuk melihat Leo kemudian ia memandangi wajah sahabatnya itu dan seketika ia merasa bersyukur atas apa yang dimilikinya sekarang. Tidak ada orang yang sebaik Leo di dalam kehidupan Marco, selama ini ia hidup sebatang kara tanpa Ayah dan Ibu yang ia miliki dari dulu sampai sekarang hanyalah dirinya sendiri dan Leo.“Ternyata kau.” Marco menyadari kehadiran Leo.“Iya. Sekarang bagaimana keadaanmu?” Leo masih mencemaskan Marco.“Aku baik-baik saja.” Marco menjawab pertanyaan Leo sambil tersenyum.“Apanya yang baik-baik saja, wajah mu masih bonyok tau hahaha.” Leo berusah