Adam langsung mengeluarkan ponselnya lalu membaca informasi detail tentang Megan Larasati. Gadis cantik berkulit kuning langsat, berusia dua puluh tiga tahun. Masih single dan saat ini bekerja di sebuah restoran sebagai pelayan. Megan juga bekerja sebagai buruh cuci untuk tetangganya.
Megan tidak memiliki akun sosial media seperti kebanyakan gadis seusianya. Tetapi beberapa rekan kerjanya memiliki akun sosial media dan wajah Megan terlihat di beberapa foto yang mereka posting. Adam menyodorkan ponselnya agar Ethan bisa melihat foto-foto Megan bersama rekan kerjanya.Ethan melihat-lihat foto Megan yang sedang berkumpul dengan rekan-rekan kerjanya. Pakaian mereka terlihat sama semuanya. Ethan tersenyum smirk, wajah Megan memang manis natural. Tanpa make up yang berlebihan melapisi permukaan kulit wajahnya. Megan semakin menarik perhatian Ethan untuk memilikinya.“Apa saya perlu menangkapnya sekarang, Tuan?” tawar Adam setelah dia mendapatkan alamat tinggal Megan.Ethan tidak lantas menjawab pertanyaan asisten pribadinya itu. Dia memikirkan sesuatu di luar kebiasaannya. Sangat mudah bagi Ethan untuk menangkap dan mendapatkan tubuh Megan saat ini juga. Tetapi Ethan ingin berterima kasih kepada penyelamatnya itu. Bukan dengan uang ataupun kenyamanan yang selama ini menjadi dambaan setiap wanita yang mengejar Ethan.“Kalau memang Megan sebaik itu, aku ingin menikahinya,” celetuk Ethan membuat Joshua, Adam, dan kepala pelayan Tan berhenti bernapas seketika.Mereka bertiga langsung membeku menatap Ethan seolah pria itu telah berubah menjadi orang lain yang tidak mereka kenali. Melihat reaksi ketiga orang terdekatnya, Ethan menyandarkan tubuhnya ke sofa besar dengan arogan. Dagunya mendongak ke atas lalu menatap Joshua, Adam, dan kepala pelayan Tan satu persatu dengan tatapan tajam.“Kenapa kalian bereaksi seperti itu? Apa aku tidak boleh menikah?” tanya Ethan tidak suka.Ketiganya langsung bersikap normal lagi tetapi saling pandang. Joshua masih berpikir apa mungkin kepala Ethan terbentur sesuatu ketika diserang tadi. Adam sendiri berpikir kalau Ethan meminum minuman yang salah selama di pesta tadi. Sedangkan kepala pelayan Tan berpikir kalau Ethan belum makan malam dengan baik malam ini.BRAK!Ethan menggebrak meja sofa dengan keras mengagetkan Joshua, Adam, dan kepala pelayan Tan. Ketiganya kecuali Adam, langsung mengangguk membenarkan kalau Ethan tidak bisa sembarangan menikahi seorang wanita. Keluarga besar Wibisana akan sangat selektif memilih pasangan hidup untuk Ethan. Sekarang saja sudah ada desas-desus tentang calon istri Ethan yang berasal dari keluarga Wisesa.“Cih! Aku tidak mau menikah dengan wanita sembarangan. Apalagi wanita yang tidak aku kenal. Pikirkan caranya! Aku harus menikahi Megan Larasati.”Jika Ethan sudah berkehendak, bahkan langit pun tidak bisa membelokkan sifat keras kepalanya. Ethan tidak akan berhenti sampai keinginannya terpenuhi dan sudah menjadi tugas Adam untuk mencari solusi atas masalahnya saat ini. Pria blasteran itu tampak memikirkan sesuatu sebelum menjawab solusi untuk Ethan.“Tuan, bukan tidak mungkin kalau Tuan ingin menikahi Megan Larasati. Tapi kita harus menguji sifat gadis itu dulu.”“Maksudmu?” tanya Ethan mulai penasaran.Adam lalu mendekat pada Ethan dan membisikkan sesuatu kepada pria itu. Seringai licik mulai mengembang di bibir Ethan setelah Adam menarik dirinya kembali. Kepala pelayan Tan dan Joshua menatap kepo ke arah mereka berdua, tetapi bukan jawaban yang mereka terima.“Bagus. Lakukan sesuai yang kau katakan. Megan Larasati harus menjadi istriku secepatnya!” titah Ethan sangat senang.Keesokan paginya di rumah Megan,“Megan, kamu di dalam? Tolong keluar, nak,” pinta ibu Susan. Megan menoleh ke arah pintu lalu membukanya dengan cepat.“Ada apa, bu? Aku barusan--.” Megan tidak melanjutkan kata-katanya setelah melihat wajah ibu Susan yang pucat dan bingung. Wanita paruh baya itu menatap Megan lalu mengalihkan pandangannya ke arah pintu depan yang masih terbuka lebar.Rasa penasaran dengan apa yang dilihat ibu Susan, membawa Megan segera mendekati pintu depan rumahnya. Langkah Megan terhenti sebelum sampai di pintu. Manik matanya membulat ketika melihat sosok Adam, pria blasteran tampan yang semalam memanggil Ethan dengan panggilan Tuan itu, ada di depan pintu rumahnya.“Selamat pagi, Megan Larasati. Kedatangan saya pagi i--.” Belum selesai Adam bicara, Megan sudah menyambarnya lebih dahulu.“Mau apa anda kemari?” tanya Megan dingin kepada Adam. Sorot matanya dingin menatap tajam kedua manik mata gelap milik Adam.Pria itu menyadari kalau dirinya tidak akan diterima dengan mudah oleh Megan. Adam pun nekat membuka hadiah mahal yang sudah dia siapkan. Sekotak perhiasan yang terbuat dari emas dan berlian dengan model keluaran terbaru yang hanya ada satu-satunya di dunia, terpajang di depan wajah Megan.“Apa ini?” tanya Megan masih bersikap sama.“Tuan Ethan mengirimkan hadiah ini untuk anda. Sebagai ucapan terima kasih atas--.”“Tidak perlu! Bawa kembali hadiah ini dan tolong jangan datang lagi ke rumah saya!” pinta Megan ketus. Dia tidak ingin Adam menyelesaikan kata-katanya agar ibu Susan tidak mendengar tentang kejadian semalam.“Tapi, Tuan Et--.”“Apa anda tuli? Silakan pergi!” usir Megan tegas.Beberapa tetangga Megan sudah berkumpul di depan rumahnya karena tertarik melihat mobil mewah yang dibawa Adam. Mereka pun mulai berjalan mendekati rumah Megan. Kini rumah Megan sudah menjadi tontonan warga kepo yang ingin tahu siapa pria tampan mirip artis luar negeri yang masih berdiri di depan rumah Megan itu.Saat melihat situasi menjadi tidak menguntungkan baginya, Adam mengeluarkan ponsel untuk melakukan hal lain yang diperintahkan Ethan.“Megan, Sayang. Aku sangat menikmatinya tadi malam. Aku harap dapat bertemu denganmu secepatnya.”Suara yang tidak asing namun menakutkan, terdengar dari ponsel milik Adam. Megan pun hanya bergeming mendengar suara iblis itu.Setelah Adam pergi, Ibu Susan menarik Megan kembali ke dalam rumah."Ibu perlu penjelasan saat ini juga, Megan Larasati!" tegas ibu Susan.Megan menatap Ibu Susan yang terus menunggu sebuah penjelasan tentang apa yang terjadi semalam. Tidak ada jalan lain selain menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Setidaknya Ibu Susan akan membantunya mengatasi pria blasteran itu kalau berani datang lagi.“Bu, sebenarnya semalam itu aku hampir diperkosa,” ucap Megan lalu memejamkan matanya bersiap mendengar teriakan Ibu Susan.“Apa?!” pekik Ibu Susan syok.Wanita paruh baya langsung mundur lalu terduduk di kursi sambil memegangi dadanya. Di dalam sana, jantung Ibu Susah berdebar sangat kencang mendengar kenyataan yang hampir menghancurkan masa depan putrinya itu.Megan buru-buru mengambil air minum untuk membantu Ibu Susan mengendalikan dirinya. Deru nafas ibunya itu membuat Megan merasa bersalah karena berusaha jujur. Megan pun bersimpuh di hadapan Ibu Susan lalu menggenggam tangan ibunya itu.“
“Tidak. Dia hanya kakek tua, Megan. Tenanglah. Saat ini kakek itu membutuhkan bantuanmu,” batin Megan lalu menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya.Setelah cukup tenang, Megan tersenyum ramah kepada kakek itu dan menanyakan alamat rumahnya. Ethan pun menyebutkan alamat rumahnya dengan baik tanpa menatap Megan.“Kakek harus jalan ke mana, cu? Ke kanan atau ke kiri?” tanya Ethan dengan suara mirip kakek-kakek keselek.“Sebentar ya, kek. Saya cari dulu dimana alamat rumah kakek,” sahut Megan lembut.Jantung Ethan rasanya ser-seran mendengar suara Megan yang lembut dan sekssi. Sungguh Ethan ingin sekali membopong Megan masuk ke dalam mansionnya lalu mengunci gadis itu di dalam kamar bersamanya. Tetapi demi mengetahui sifat Megan yang sebenarnya, Ethan terpaksa menahan dirinya.Megan pun mengetik alamat rumah kakek itu pada mesin pencarian di ponselnya lagi. Ternyata rumah kakek itu sejalan dengan arah jalan pulangnya. Megan pun menawari kakek itu untuk pulang bersamanya. Tetapi ketik
Pintu mobil Vans menutup kembali dan sopirnya hampir menjalankan mobilnya ketika rombongan mobil antik sudah mendahului mereka. Para penculik Megan terpaksa menunggu sampai rombongan mobil antik itu berlalu semuanya. Ketika mobil Vans itu mulai bergerak menyusuri jalanan besar, mobil Vans lain muncul di belakang mereka.Mobil Vans itu dikendarai Moji, dan Boni duduk di bangku belakang. Mereka sedang menyusul Megan untuk menculiknya. Moji menghentikan mobil tepat di belakang mobil penculik Megan itu karena ada truk yang akan lewat dari arah berlawanan. Perhatian Moji fokus melihat plat nomor mobil di depannya.“Sama persis ya, Ji,” ucap Boni sambil menunjuk mobil Vans di depan mereka.“Beda dikit. Itu tipe lama. Mobil kita kan tipe yang terbaru. Kau sudah lihat gadis itu?” tanya Moji.Boni melongokkan kepalanya ke luar dari dalam mobil lalu melihat sepanjang jalan yang rimbun. Megan tidak terlihat dimanapun juga sepanjang jalanan besar itu.“Dia ke mana? Tidak kelihatan. Coba maju lagi
Setelah Ethan puas mendengarkan cerita Adam, keduanya pun berjalan mendekati mobil Vans tempat Moji dan Boni sudah menunggu. Keduanya segera bersiap dengan sikap tegak ketika melihat kedatangan Ethan dan Adam.“Tugas kalian sudah beres kan?!” tanya Ethan tanpa basa-basi. Dia paling benci pada orang yang terlalu banyak basa-basi hanya untuk mengesankan dirinya.“Itu ….” Moji saling pandang dengan Boni.“Cepat jawab!” titah Adam yang masih kesal. Moji dan Boni terkesiap lalu sama-sama kompak menjawab Ethan.“Kami tidak menemukan gadis itu, Tuan!” ucap Moji dan Boni lantang.“Apa?!” Ethan langsung kebakaran jenggot mengetahui Moji dan Boni kehilangan jejak Megan. Panik dan geram dirasakan Ethan di dalam dirinya karena memikirkan Megan kembali melarikan diri darinya.Ethan tidak habis pikir hanya untuk menangkap seorang gadis dan membawanya ke Mansion Wibisana saja, kedua anak buahnya itu tidak becus. Bahkan sampai kehilangan jejak Megan dalam sekejap mata. Ethan berkacak pinggang lalu be
Belasan kilometer dari lokasi Ethan dan Adam, dua orang pria berbadan kekar sambil membawa seorang wanita cantik. Mereka memasuki sebuah ruangan berukuran 3x2 yang terasa pengap dengan ventilasi seadanya. Ketika tubuh wanita itu diletakkan di lantai yang dingin, terlihat wajah Megan yang pucat. Kedua matanya masih terpejam erat setelah tengkuknya dipukul salah satu pria kekar itu. Megan tidak sendirian di ruangan itu. Di samping Megan, ada seorang wanita yang terlihat sedang melihat. Tubuhnya bersandar pada dinding kotor dan tidak bergerak karena desah napasnya yang berat. Suara-suara mulai terdengar dari luar ruangan mulai mengganggu pendengaran Megan.Kedua mata terbuka perlahan sebelum memicing kembali karena wajah Megan terpapar cahaya matahari yang masuk dari celah jendela kecil. Gadis itu menyentuh tengkuknya yang terasa nyeri sebelum ia menyadari dirinya untuk bangkit dan duduk. Sekali lagi Megan mencoba membuka matanya dan melihat keberadaan saat ini. “Sss…sakit,” pelannya m
“Kau tidak apa-apa?” Suara bariton Ethan bagaikan suara petir terdengar di telinga Megan.Gadis itu meronta dalam dekapan Ethan dan mendorong pria itu kuat-kuat menjauh darinya. Kedua kaki Megan melangkah mundur berusaha menjaga jaraknya dari Ethan. Dia bahkan belum tahu siapa nama pria itu dan tidak mau tahu. Lebih baik mereka tidak bertemu lagi selamanya.Suara-suara keras di belakang Megan semakin keras terdengar. Megan sadar kalau pengejarnya semakin menipiskan jarak mereka sehingga dia mau tidak mau harus bersembunyi. Megan menatap wajah Ethan dengan sorot mata galak sekaligus takut. Bayangan kejadian malam itu kembali berputar di kepala Megan.Pilihan Megan semakin sulit antara tertangkap lagi oleh para penculiknya atau meminta bantuan kepada pria brengsek yang sedang menatapnya tajam. Megan harus menentukan pilihan paling sulit di dalam hidupnya. Dia menoleh ke belakang, manik matanya membesar melihat dua pria kekar yang menculiknya berlari semakin dekat.Tidak ada pilihan lain
Tidak ada yang lebih indah daripada membayangkan hidup bersama Megan. Tinggal dalam satu rumah bahkan satu kamar dan selalu bersama sepanjang hari. Ethan akan bisa melihat tubuh Megan yang hanya tertutup piyama tidur tipis. Aroma wangi tubuh Megan akan memenuhi penjuru rumah dan tentunya akan membuat Ethan bergairah.Itu yang terlintas di kepala Ethan saat memikirkan tentang rencana Adam. Bayangan Ethan sudah traveling kemana-mana memikirkan hal yang luar biasa itu. Mereka bisa menghabiskan waktu seharian saling meraih kepuasan duniawi. Sekali tercetus perintah Ethan untuk melanjutkan rencana Adam, pria itu langsung mempersiapkan segalanya dengan cepat.“Bawa mobilnya!” titah Adam pada sopir Ethan yang berdiri di belakangnya.Mobil Mercedes-Benz berwarna hitam pun muncul dari balik rerimbunan semak yang ada di dekat mereka. Ketika Adam membantu Ethan masuk ke dalam mobil itu, terdengar suara berisik dari arah bangunan tua itu. Rupanya anak buah Ethan sudah mengepung tempat itu dan sibu
Adam mengangguk pelan, Ethan memang mulai berubah setelah mengenal Megan. Kebiasaannya setiap malam sepulang dari bekerja adalah bermain dengan wanita yang berbeda. Ethan tidak pernah mau bermain cinta dengan wanita yang sama. Setelah puas, Ethan akan melempar wanita itu keluar dari kehidupannya.Adam harus menyiapkan dua sampai tiga orang wanita yang sesuai dengan standar Ethan. Cantik, tinggi, putih mulus, tidak cerewet, dan yang paling penting bisa memuaskan Ethan. Kriteria itu sangat sulit untuk Ethan yang perfeksionis, dingin, dan arogan. Pernah sekali Ethan menendang seorang wanita keluar dari kamarnya hanya karena tidak suka dengan rambut wanita itu.Semakin hari, semakin sulit bagi Adam untuk mencari wanita yang diinginkan Ethan. Rasanya waktunya lebih banyak tersita untuk menyeleksi tumpukan berkas milik para wanita cantik yang sesuai standar Ethan. Padahal pekerjaan Adam lebih dari sekedar pencari kenikmatan untuk Ethan.Tanggung jawabnya sebagai asisten pribadi Ethan adalah